Ketegangan antara kedua kubu mencapai puncaknya pada 27 Juli 1996. Massa pendukung Megawati yang berada di kantor PDI di Jakarta diserang oleh massa pro-Soerjadi, yang mengakibatkan bentrokan hebat.Â
Peristiwa ini mengakibatkan lima orang tewas, 149 orang luka-luka, dan 23 orang hilang, menurut catatan Komnas HAM.
Investigasi oleh Komnas HAM menemukan enam bentuk pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi selama peristiwa Kudatuli.Â
Pelanggaran tersebut termasuk pelanggaran terhadap kebebasan berkumpul, kebebasan berpendapat, dan perlindungan terhadap jiwa manusia.Â
Pemerintah Orde Baru diduga kuat terlibat dalam kekerasan tersebut, baik secara langsung maupun tidak langsung, untuk melemahkan posisi Megawati dan pendukungnya.
Dampak Kudatuli pada Politik Indonesia
Peristiwa Kudatuli memiliki dampak yang luas pada politik Indonesia. Pertama, peristiwa ini menunjukkan betapa rentannya sistem politik Indonesia saat itu terhadap intervensi pemerintah.Â
Pemerintah Orde Baru menggunakan kekuasaannya untuk campur tangan dalam urusan internal partai politik, sebuah tindakan yang mencederai prinsip demokrasi.
Kedua, Kudatuli memperlihatkan ketidakstabilan politik yang serius di Indonesia.Â
Kerusuhan yang terjadi di kantor PDI bukan hanya menciptakan ketidakamanan di kalangan anggota partai, tetapi juga menciptakan ketidakstabilan politik yang lebih luas.Â
Hal ini berdampak pada ekonomi, di mana ketidakpastian politik menyebabkan ketidakpastian ekonomi dan mempengaruhi investasi asing di Indonesia.
Ketiga, peristiwa Kudatuli menarik perhatian internasional terhadap situasi politik di Indonesia.Â