Pertama, gimmick politik sering kali digunakan oleh calon dan partai politik untuk menarik perhatian pemilih dengan cara-cara yang sensasional dan tidak substantif. Ini bisa berupa janji-janji populis yang tidak realistis, atau aksi-aksi teatrikal yang bertujuan untuk mendapatkan sorotan media.Â
Meskipun gimmick politik mungkin efektif dalam menarik perhatian sesaat, mereka cenderung mengalihkan fokus dari isu-isu penting yang seharusnya menjadi perhatian utama pemilih.Â
Dalam konteks Pilkada Jakarta, calon dan partai politik harus fokus pada program-program konkret yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Jakarta. Kebijakan yang berbasis pada penelitian dan data, serta solusi yang dapat diimplementasikan dengan baik, harus menjadi prioritas utama.
Kedua, politisasi politik demi mengawetkan kekuasaan adalah praktik yang merusak proses demokrasi. Ini terjadi ketika kekuasaan digunakan untuk keuntungan pribadi atau kelompok tertentu, bukan untuk kepentingan publik.Â
Dalam Pilkada Jakarta, penting bagi semua pihak untuk berkomitmen pada prinsip-prinsip demokrasi yang adil dan transparan. Penggunaan aparat dan institusi pemerintah, politisasi birokrasi, politisasi sumber daya publik seperti bansos untuk keuntungan politik harus dihindari.
Selain itu, upaya untuk menghalangi calon lain atau mengontrol media demi menguntungkan satu pihak tertentu merupakan pelanggaran terhadap nilai-nilai demokrasi.
Dengan menghilangkan gimmick politik dan politisasi kekuasaan, Pilkada Jakarta dapat menjadi proses demokrasi yang lebih bersih dan kredibel.Â
Pemilih akan lebih mampu menilai calon berdasarkan program dan visi mereka, bukan berdasarkan aksi-aksi sensasional atau manipulasi politik. Hal ini akan membantu menciptakan pemerintahan yang lebih akuntabel dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat.Â
Pemilihan yang adil dan transparan akan memastikan bahwa pemimpin yang terpilih benar-benar memiliki mandat dari rakyat dan mampu menjalankan tugas mereka dengan integritas dan dedikasi. Bukan pemimpin yang gemar menebar janji dan gemmick politik untuk merawat kekuasaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H