Mohon tunggu...
Hen Ajo Leda
Hen Ajo Leda Mohon Tunggu... Buruh - pengajar dan pegiat literasi, sekaligus seorang buruh tani separuh hati

menulis dan bercerita tentang segala hal, yang ringan-ringan saja

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Keadilan Sosial, Transparansi dan Akuntabilitas Seleksi Akpol: Kasus Penerimaan Calon Taruna Akpol di NTT

9 Juli 2024   12:31 Diperbarui: 9 Juli 2024   12:49 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keadilan Sosial, Transparansi dan Akuntabilitas Seleksi Akpol: Kasus Penerimaan Calon Taruna Akpol di NTT

Beberapa waktu lalu tepatnya pada tanggal 3 Juli 2024, Kepolisian Daerah Nusa Tenggara Timur (Polda NTT) mengumumkan hasil kelulusan 11 calon taruna Akademi Kepolisian (Akpol) untuk tahun ajaran 2024. 

Dari 11 calon yang lulus, hanya satu yang dianggap asli NTT, yaitu Mario Christian Bernalo Tafui. Sementara itu, lima calon lainnya berasal dari suku Batak dan empat lainnya dari berbagai daerah di Indonesia. 

Hasil ini memicu reaksi kritik keras dari masyarakat NTT yang merasa bahwa kuota untuk anak-anak asli NTT tidak dipenuhi dengan adil. 

Kritik pertama yang muncul adalah mengenai identitas dan representasi daerah. Masyarakat NTT merasa tidak adil ketika hanya satu calon dari 11 yang berasal dari NTT. 

Mayoritas calon yang berasal dari luar NTT menimbulkan anggapan bahwa anak-anak asli NTT kurang diperhatikan dalam proses seleksi. 

Hal ini menimbulkan kecurigaan bahwa ada permainan dalam seleksi, di mana kuota Polda NTT diisi oleh calon dari luar daerah.

Sebutan "Nusa Tempat Titip" dan "Numpang Titip Taruna" menjadi ungkapan kekecewaan masyarakat terhadap kondisi tersebut.

Identitas dan representasi daerah menjadi isu sentral karena berhubungan langsung dengan rasa keadilan masyarakat lokal. 

Masyarakat NTT berharap bahwa institusi kepolisian, sebagai salah satu institusi negara yang penting, dapat merepresentasikan keberagaman dan memberikan kesempatan yang adil kepada putra-putri daerah.

Ketiadaan representasi yang memadai dari anak-anak asli NTT dalam penerimaan calon taruna Akpol mengindikasikan adanya ketimpangan dalam distribusi peluang pendidikan dan karier.

Transparansi dan Akuntabilitas

Pihak Polda NTT mengklaim bahwa proses penerimaan dilakukan dengan transparan dan melibatkan pengawas internal dan eksternal. 

Namun, penjelasan ini belum cukup bagi masyarakat yang merasa tidak ada keadilan dalam proses seleksi. 

Masyarakat mempertanyakan keadilan proses seleksi jika hanya satu anak asli NTT yang lulus dari 11 kuota yang tersedia. 

Transparansi dan akuntabilitas dalam proses penerimaan menjadi isu utama yang disoroti oleh masyarakat.

Keterbukaan informasi mengenai proses seleksi, termasuk kriteria penilaian dan mekanisme pengawasan, menjadi sangat penting untuk memastikan bahwa semua calon mendapatkan kesempatan yang sama. 

Tanpa transparansi yang memadai, masyarakat akan terus meragukan keabsahan hasil seleksi dan menilai bahwa ada upaya untuk mengabaikan hak-hak anak-anak asli NTT. 

Akuntabilitas juga penting untuk memastikan bahwa setiap keputusan yang diambil dalam proses seleksi dapat dipertanggungjawabkan secara moral dan hukum.

Keadilan Sosial

Isu keadilan sosial menjadi sentral dalam kritik terhadap hasil penerimaan calon taruna Akpol. Masyarakat NTT mengharapkan keadilan yang lebih nyata dalam kesempatan bagi anak-anak asli NTT. 

Dengan hanya satu anak asli NTT yang lulus, masyarakat merasa hak mereka tidak terpenuhi secara adil. Masyarakat berharap ada kebijakan afirmatif yang memberikan kuota lebih bagi anak-anak asli NTT agar lebih banyak yang lulus seleksi.

Kebijakan afirmatif dapat menjadi solusi untuk mengatasi ketimpangan yang ada. Kebijakan ini bertujuan untuk memberikan kesempatan lebih kepada kelompok yang selama ini kurang terwakili atau terpinggirkan, dalam hal ini anak-anak asli NTT. 

Dengan kebijakan afirmatif, diharapkan anak-anak asli NTT memiliki peluang yang lebih besar untuk lulus seleksi dan bisa berkontribusi dalam institusi kepolisian.

Selain itu, dalam kritiknya, masyarakat juga menekankan pentingnya persiapan dan kompetensi anak-anak NTT. 

Anak-anak muda diharapkan menjaga fisik, meningkatkan kecerdasan, dan mengelola akhlak dengan baik untuk dapat bersaing dalam seleksi Akpol. 

Tanpa persiapan yang matang, sulit bagi anak-anak NTT untuk lolos seleksi yang ketat. Hal ini menjadi refleksi bagi masyarakat NTT untuk lebih mempersiapkan generasi mudanya dalam menghadapi seleksi-seleksi penting seperti ini.

Persiapan yang baik meliputi berbagai aspek, mulai dari fisik, mental, hingga akademis. Anak-anak NTT perlu dibekali dengan pelatihan yang memadai agar mampu bersaing dengan calon dari daerah lain. 

Pemerintah daerah dan masyarakat NTT perlu bekerja sama untuk menyediakan fasilitas dan dukungan yang diperlukan bagi anak-anak muda dalam mempersiapkan diri mereka.

Kesimpulan dan Penutup

Reaksi keras masyarakat NTT terhadap hasil penerimaan calon taruna Akpol tahun 2024 mengungkap sejumlah isu penting terkait identitas, transparansi, akuntabilitas, dan keadilan sosial. 

Masyarakat merasa tidak ada keadilan dalam proses seleksi ketika hanya satu anak asli NTT yang lulus dari 11 kuota yang tersedia. Kritik ini juga menyoroti pentingnya kebijakan afirmatif untuk memastikan representasi daerah dalam institusi kepolisian.

Masyarakat NTT juga diharapkan lebih mempersiapkan anak-anaknya dengan baik agar mampu bersaing dalam seleksi-seleksi penting seperti Akpol.

Pihak Polda NTT perlu merespons kritik ini dengan langkah nyata yang menunjukkan transparansi dan keadilan dalam proses penerimaan calon taruna Akpol. Langkah ini penting untuk memulihkan kepercayaan masyarakat dan memastikan bahwa hak anak-anak asli NTT terpenuhi secara adil.

Secara keseluruhan, situasi ini menjadi pelajaran penting bagi NTT untuk terus memperjuangkan hak-hak daerahnya dan memastikan bahwa setiap anak memiliki kesempatan yang setara dalam mencapai cita-cita mereka. 

Hanya dengan keadilan sosial yang nyata, NTT dapat memastikan masa depan yang lebih baik bagi generasi mudanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun