Pemilih Bijak dan Dewasa dalam Pilkada: Pilar Demokrasi yang Kuat
Pilkada semakin dekat, terhitung kurang lebih 3 bulan, gelora manifestasi nyata dari kedaulatan rakyat akan diselenggarakan.
Sejumlah ekspektasi bahwa, proses Pilkada harus bersih dan tidak tercemar oleh praktik-praktik curang. Dilaksanakan dengan prinsip-prinsip yang mencakup transparansi, kejujuran, keadilan, dan ketertiban.Â
Ekspektasi ini akan menjadi nyata jika masyarakat memiliki sikap kebijaksanaan dan tanggung jawab dalam memilih pemimpin yang berintegritas, adil, bijaksana, dan bermoral.Â
Keberhasilan dalam memilih pemimpin yang berintegritas, adil, bijaksana, dan bermoral, akan berdampak langsung pada keberlangsungan kehidupan berbangsa dan bernegara yang lebih baik.
Namun, sering kali masyarakat memandang pilkada sebagai acara seremonial semata, tanpa adanya tindak lanjut atau pengawasan setelah pemilihan selesai.Â
Pandangan seperti ini dapat merusak demokrasi itu sendiri. Oleh karena itu, masyarakat perlu menjadi pemilih yang benar-benar sadar akan pentingnya pilkada sebagai sarana untuk mencapai tujuan negara yang adil dan makmur.Â
Menjadi Pemilih yang Bijak dan Dewasa
Sejumlah calon selalu menawarkan diri menjadi pemimpin. Janji-jani manis dan retorika bombastis adalah alat penawar dan penakluk hati pemilih. Pertanyaannya adalah, bagaimana kita bisa memilih calon yang terbaik di antara yang baik?Â
Pemilih harus cermat membaca program-program yang ditawarkan oleh masing-masing calon sejak awal kampanye. Selain itu, kepedulian calon terhadap masyarakat dan rekam jejaknya juga harus menjadi pertimbangan utama dalam memilih.
Sikap bijak dan dewasa, mengandaikan bahwa pemilih memiliki kesadaran politik kritis dalam memilih pemimpin. Sikap ini adalah kunci utama dalam menjalankan pilkada yang demokratis.Â
Pilkada bukan sekadar acara rutin yang terjadi lima tahun sekali, tetapi merupakan kesempatan bagi masyarakat untuk menentukan arah masa depan daerahnya.
Pemilih yang bijak dan dewasa tidak akan tergoda oleh janji-janji manis yang mungkin ditawarkan oleh calon yang tidak memiliki rekam jejak yang baik.Â
Pemilih harus memilih berdasarkan penilaian yang objektif terhadap program-program yang ditawarkan dan bukti nyata dari kepedulian calon terhadap masyarakat.
Kesadaran rakyat yang kritis sebagai basis berdirinya kebijaksanaan dan kedewasaan politik akan berdirih kokoh jika masyarakat aktif (cityzen active) dalam pendidikan politik.Â
Dengan pendidikan politik yang kritis, masyarakat akan lebih tercerahkan dan mampu menyaring mana calon yang benar-benar berkualitas dan mana yang hanya sekadar menawarkan janji kosong.
Pendidikan politik bagi masyarakat juga sangat penting untuk menciptakan pemilih yang bijak. Dengan pemahaman yang baik tentang politik dan proses pilkada, masyarakat akan lebih mampu membuat keputusan yang tepat. Pendidikan politik dapat dilakukan melalui berbagai cara, termasuk seminar, diskusi publik, atau kampanye edukasi politik.Â
Pilkada sebagai arena kompetisi demokratis untuk memilih pemimpin yang arif dan bijaksana, dimana setiap kompetisi, selalu ada pemenang dan pecundang.
Pemilih yang bijak dan dewasa harus mampu menerima hasil pemilihan dengan lapang dada. Pemenang tidak boleh merasa jumawa, dan yang kalah harus bisa legawa. Perbedaan pilihan harus diolah menjadi kekuatan untuk mempersatukan masyarakat, bukan sebaliknya.
Setelah pemilihan usai dan pemimpin terpilih menjabat, peran dan masyarakat tidak usai. Masyarakat harus tetap aktif dalam mengawal, berkomunikasi, dan memberikan kritik serta saran yang membangun kepada pemimpin terpilih.Â
Hal ini penting untuk memastikan bahwa pemimpin tetap berada pada jalur pengabdian kepada masyarakat. Sejatinya, pemimpin adalah pelayan rakyat, dan masyarakat harus memastikan bahwa pemimpin menjalankan tugasnya dengan baik.
Pengawasan dapat dilakukan dengan berbagai cara, termasuk melalui forum-forum diskusi, media sosial, atau langsung mengajukan pertanyaan kepada pemimpin terpilih. Masyarakat juga harus berani memberikan kritik yang membangun ketika pemimpin tidak menjalankan tugasnya dengan baik.Â
Dalam konteks demokrasi yang sehat, masyarakat yang kritis dan aktif dalam proses pilkada dan pasca pilkada adalah kunci untuk memastikan bahwa pemimpin yang terpilih benar-benar bekerja untuk kesejahteraan rakyat.
Belum terlambat bagi masyarakat untuk meningkatkan kesadaran politik dan menjadi pemilih yang bijak serta dewasa.Â
Semoga pilkada mendatang membawa dampak positif bagi semua pihak, baik pemerintah maupun masyarakat. Dengan demikian, demokrasi yang kita jalankan benar-benar dapat mewujudkan keadilan dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat.Â
Jangan kapok untuk menjadi pemilih yang bijak dan dewasa dalam Pilkada sebagai pilar demokrasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H