Mohon tunggu...
Hen AjoLeda
Hen AjoLeda Mohon Tunggu... Buruh - pengajar dan pegiat literasi, sekaligus seorang buruh tani separuh hati

menulis dan bercerita tentang segala hal, yang ringan-ringan saja

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Pengangguran Generasi Z, Tantangan menuju Indonesia Emas 2045

6 Juli 2024   22:55 Diperbarui: 9 Juli 2024   13:16 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: KOMPAS/PRIYOMBODO (PRI)

Pengangguran Generasi Z: Tantangan Menuju Indonesia Emas 2045

Pengangguran di kalangan generasi muda di Indonesia, terutama Gen Z, menjadi perhatian serius yang memerlukan penanganan strategis. 

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah pengangguran di antara pemuda berusia 15-24 tahun telah mencapai hampir 10 juta orang. 

Kategori ini dikenal sebagai NEET (Not in Employment, Education, or Training). Kondisi ini mencerminkan tantangan serius dalam masa transisi pemuda ke dunia kerja dan berpotensi menghambat pemanfaatan bonus demografi serta visi Indonesia Emas 2045.

Bonus demografi merupakan peluang besar bagi Indonesia untuk mempercepat pembangunan ekonomi dengan memanfaatkan jumlah penduduk usia produktif yang besar. 

Namun, tingginya angka pengangguran di kalangan pemuda menunjukkan bahwa Indonesia belum siap sepenuhnya memanfaatkan potensi ini. 

Ketidaksiapan ini dapat berimplikasi negatif terhadap pertumbuhan ekonomi dan menimbulkan masalah sosial, seperti meningkatnya kemiskinan dan ketimpangan sosial. 

Oleh karena itu, penting untuk segera mengambil langkah-langkah efektif guna menyiapkan tenaga kerja muda yang kompeten dan produktif.

Gen Z dan Ketidaksesuaian Pendidikan dengan Kebutuhan Dunia Kerja

Masalah pengangguran Gen Z tidak dapat dipandang sebelah mata, karena dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah ketidaksesuaian antara pendidikan dan kebutuhan tenaga kerja. 

Banyak lulusan SMA dan perguruan tinggi yang tidak langsung mendapatkan pekerjaan karena kurangnya keterampilan yang sesuai dengan permintaan pasar kerja. 

Survei BPS menunjukkan bahwa banyak pemuda yang menganggur bukan karena mereka malas atau tidak ingin bekerja, melainkan karena adanya kendala sosial ekonomi dan tingkat pendidikan yang belum memadai.

Selain itu, kendala sosial ekonomi dan tingkat pendidikan ini menjadi penghalang utama bagi Gen Z untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. 

Kebijakan peningkatan biaya pendidikan atau Uang Kuliah Tunggal (UKT) di perguruan tinggi semakin memperberat beban mereka. 

Dalam situasi ekonomi yang tidak pasti, banyak pemuda yang kesulitan menata keuangan mereka dan melanjutkan pendidikan atau mencari pekerjaan yang layak. 

Hal ini menuntut pemerintah untuk lebih peka dan fleksibel dalam menyediakan akses pendidikan dan pelatihan yang terjangkau dan relevan dengan kebutuhan pasar kerja.

Tingkat Pengangguran Terbuka dan Sektor Informal

Data BPS pada Februari 2024 menunjukkan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Indonesia mencapai 4,82 persen, yang berarti ada sekitar 7,2 juta penganggur. 

Dari total 142,18 juta penduduk yang bekerja, sekitar 59,17 persen bekerja di sektor informal, seperti usaha sendiri dan pekerja bebas di sektor pertanian dan non-pertanian. 

Tingginya proporsi pekerja informal ini menunjukkan perlunya perhatian khusus untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas lapangan kerja di sektor formal agar dapat menampung lebih banyak tenaga kerja muda.

Untuk memperluas kesempatan kerja bagi Gen Z, diperlukan kebijakan yang tidak memperketat akses mereka ke pasar kerja. 

Selain itu, lulusan SMA juga perlu diberikan kesempatan yang lebih mudah untuk masuk ke perguruan tinggi demi mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. 

Membangun sektor ekonomi kreatif dan mempersiapkan sumber daya manusia muda dengan keterampilan yang relevan adalah langkah penting untuk memaksimalkan potensi yang dimiliki oleh Gen Z.

Kesimpulan

Pengangguran di kalangan generasi muda di Indonesia adalah tantangan serius yang memerlukan penanganan holistik dan strategis. 

Dengan menyiapkan tenaga kerja muda yang kompeten dan meningkatkan akses pendidikan serta pelatihan yang relevan, Indonesia dapat memanfaatkan bonus demografi secara optimal dan mencapai visi Indonesia Emas 2045. 

Pemerintah harus berperan aktif dalam menciptakan lapangan kerja yang berkualitas dan memberikan peluang yang setara bagi semua pemuda untuk meraih masa depan yang lebih baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun