Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah mengubah cara kita berinteraksi, mendapatkan informasi politik, dan terlibat dalam proses politik.Â
Namun, penyebaran hoaks dan kampanye hitam juga meningkat seiring dengan kemajuan teknologi tersebut. Data MAFINDO (Masyarakat Anti Fitnah Indonesia) menunjukkan bahwa penyebaran hoaks meningkat sebesar 24% dari tahun 2022 ke tahun 2023.
Oleh karena itu, literasi kritis menjadi sangat penting. Literasi kritis tidak hanya berarti kemampuan membaca dan menulis, tetapi juga kemampuan untuk menganalisis, mempertanyakan, dan memahami informasi yang diterima.Â
Literasi kritis melibatkan keterampilan analitis, pengetahuan kontekstual, dan sikap skeptis. Keterampilan analitis membantu memahami struktur dan tujuan teks, pengetahuan kontekstual memberikan pemahaman tentang isu yang lebih luas, dan sikap skeptis mendorong pemikiran kritis tentang informasi yang diterima.
Dengan demikian, upaya untuk membatasi atau menanggulangi praktik kampanye hitam dengan mengembangkan literasi kritis adalah tugas dan tanggung jawab bersama, termasuk para Kompasianer.Â
Para kompasianer dapat melakukan strategi literasi kritis, antara lain adalah menyebarkan informasi yang benar dan akurat melalui akun kompasina masing-masing, mengadakan kampanye positif, pendidikan atau diskusi politik, serta melakukan aksi-aksi sosial yang dapat membangun kesadaran masyarakat akan bahaya kampanye hitam dan pentingnya pemilu yang bersih dan jujur, dilingkungan masing-masing.
Dalam konteks politik pengetahuan, literasi kritis bukan hanya alat untuk mencegah kampanye hitam, tetapi juga menopang demokrasi yang sehat dan partisipatif.Â
Dengan literasi kritis yang baik, masyarakat dapat lebih kritis terhadap informasi yang mereka konsumsi, mendeteksi dan menganalisis informasi politik yang mereka terima, mempertanyakan validitas informasi, serta memisahkan fakta dari fitnah.
Melalui cara ini, masyarakat dapat mengatasi kampanye hitam dan memastikan bahwa kampanye menjadi ruang diskursus positif, di mana isu-isu krusial dibahas dan pemahaman publik tentang kebijakan dan visi masa depan kandidat meningkat. Dengan demikian, literasi kritis memainkan peran kunci dalam menjaga integritas demokrasi dan memastikan bahwa Pilkada serentak 2024 berlangsung dengan jujur dan adil. Semoga*
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H