Mohon tunggu...
Hen Ajo Leda
Hen Ajo Leda Mohon Tunggu... Buruh - pengajar dan pegiat literasi, sekaligus seorang buruh tani separuh hati

menulis dan bercerita tentang segala hal, yang ringan-ringan saja

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Bahaya Kampanye Hitam dalam Pilkada Serentak 2024 dan Urgensitas Literasi Politik Kritis

28 September 2024   22:35 Diperbarui: 28 September 2024   22:44 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Sumber Gambar: KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA 

Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah mengubah cara kita berinteraksi, mendapatkan informasi politik, dan terlibat dalam proses politik. 

Namun, penyebaran hoaks dan kampanye hitam juga meningkat seiring dengan kemajuan teknologi tersebut. Data MAFINDO (Masyarakat Anti Fitnah Indonesia) menunjukkan bahwa penyebaran hoaks meningkat sebesar 24% dari tahun 2022 ke tahun 2023.

Oleh karena itu, literasi kritis menjadi sangat penting. Literasi kritis tidak hanya berarti kemampuan membaca dan menulis, tetapi juga kemampuan untuk menganalisis, mempertanyakan, dan memahami informasi yang diterima. 

Literasi kritis melibatkan keterampilan analitis, pengetahuan kontekstual, dan sikap skeptis. Keterampilan analitis membantu memahami struktur dan tujuan teks, pengetahuan kontekstual memberikan pemahaman tentang isu yang lebih luas, dan sikap skeptis mendorong pemikiran kritis tentang informasi yang diterima.

Dengan demikian, upaya untuk membatasi atau menanggulangi praktik kampanye hitam dengan mengembangkan literasi kritis adalah tugas dan tanggung jawab bersama, termasuk para Kompasianer. 

Para kompasianer dapat melakukan strategi literasi kritis, antara lain adalah menyebarkan informasi yang benar dan akurat melalui akun kompasina masing-masing, mengadakan kampanye positif, pendidikan atau diskusi politik, serta melakukan aksi-aksi sosial yang dapat membangun kesadaran masyarakat akan bahaya kampanye hitam dan pentingnya pemilu yang bersih dan jujur, dilingkungan masing-masing.

Dalam konteks politik pengetahuan, literasi kritis bukan hanya alat untuk mencegah kampanye hitam, tetapi juga menopang demokrasi yang sehat dan partisipatif. 

Dengan literasi kritis yang baik, masyarakat dapat lebih kritis terhadap informasi yang mereka konsumsi, mendeteksi dan menganalisis informasi politik yang mereka terima, mempertanyakan validitas informasi, serta memisahkan fakta dari fitnah.

Melalui cara ini, masyarakat dapat mengatasi kampanye hitam dan memastikan bahwa kampanye menjadi ruang diskursus positif, di mana isu-isu krusial dibahas dan pemahaman publik tentang kebijakan dan visi masa depan kandidat meningkat. Dengan demikian, literasi kritis memainkan peran kunci dalam menjaga integritas demokrasi dan memastikan bahwa Pilkada serentak 2024 berlangsung dengan jujur dan adil. Semoga*

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun