Mohon tunggu...
Hen AjoLeda
Hen AjoLeda Mohon Tunggu... Buruh - pengajar dan pegiat literasi, sekaligus seorang buruh tani separuh hati

menulis dan bercerita tentang segala hal, yang ringan-ringan saja

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Menimbang Pengaruh Jokowi Effect dalam Pilkada 2024

7 Juli 2024   01:00 Diperbarui: 7 Juli 2024   01:12 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: KOMPAS/HERYUNANTO

Menjelang pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak 2024, menampilkan dinamika politik yang cukup memikat, terutama dalam konteks pengaruh ketokohan politik Joko Widodo, yang sering disebut sebagai "Jokowi Effect". 

Pengaruh Jokowi dalam panggung politik Indonesia tidak bisa diremehkan. Selama dua periode kepemimpinannya, kebijakan dan pendekatan politiknya telah membentuk banyak aspek dari tatanan politik dan pemerintahan. 

Tingginya tingkat kepuasan publik terhadap kinerja pemerintahan Jokowi menjadi faktor penting yang bisa mempengaruhi preferensi pemilih. Sehingga pandangan tentang Jokowi Effect disinyalir tetap relevan. Berdasarkan berbagai survei, sebagian besar masyarakat masih mempertimbangkan calon kepala daerah yang memiliki hubungan dengan Jokowi. 

Dalam konteks ini, aneka ragam program pembangunan yang telah dilakukan selama masa pemerintahan Jokowi menjadi simbol harapan bagi masyarakat, sehingga koneksi dengan Jokowi bisa menjadi nilai tambah bagi calon kepala daerah. Contoh konkret dari pengaruh Jokowi terlihat pada Pilpres 2024, di mana pasangan yang didukung oleh Jokowi berhasil memenangkan pemilihan. 

Kendati demikian, meski Jokowi telah berperan penting dalam politik nasional, banyak pihak meragukan kekuatannya dalam Pilkada mendatang. Faktor-faktor seperti transisi kekuasaan dan dinamika kekuatan politik lokal di setiap daerah menjadi alasan utama keraguan ini.

Pilkada memiliki karakteristik yang berbeda dibandingkan dengan Pemilihan Presiden (Pilpres) dan Pemilihan Legislatif (Pileg), di mana dinamika politik lokal memainkan peran yang lebih dominan. 

Meski pemimpin nasional memiliki pengaruh, namun dalam konteks Pilkada, kekuatan politik lokal sering kali lebih berpengaruh daripada kekuatan personal presiden.

Beberapa analis politik skeptis mengenai pengaruh Jokowi yang diperkirakan akan menurun seiring dengan transisi kekuasaan. Pengaruh Jokowi diperkirakan tidak akan sekuat di Pilpres karena peralihan kekuasaan dari Jokowi ke presiden terpilih Prabowo. Meskipun pengaruhnya tetap ada, hal ini akan berkurang dalam masa transisi. 

Kemenangan Prabowo yang berpasangan dengan putranya Gibran, dinilai tidak semata-mata disebabkan oleh Jokowi Effect, tetapi juga oleh kerja keras partai pengusung, sukarelawan, dan berbagai kelompok masyarakat yang mendukung pasangan tersebut. Hal tersebut menunjukkan bahwa meskipun pengaruh Jokowi signifikan, ia bukan satu-satunya faktor penentu kemenangan.

Di sisi lain, perubahan sikap partai politik dengan berbagai kalkulasi hitungan kekuatan baru menjelang Pilkada menjadi indikator bahwa pengaruh Jokowi mulai meredup. Misalnya, ketika anak Jokowi, Kaesang yang awalnya diisukan akan maju sebagai calon wakil gubernur, menghadapi dinamika politik baru karena lobi-lobi dari partai lain, menunjukkan bahwa pengaruh Jokowi bisa berubah tergantung pada konstelasi politik yang terjadi menjelang Pilkada.

Dalam skenario politik ini, menunjukkan bahwa pengaruh Jokowi bisa berfluktuasi. Hal ini berarti, pengaruh Jokowi di Pilkada memang ada, tetapi tidak sebesar efeknya di Pilpres 2024. Pengaruhnya ini akan lebih terasa pada tahapan tertentu dan di wilayah-wilayah tertentu. 

Pengaruh Jokowi juga mungkin tidak akan efektif sepenuhnya mengingat adanya kekuatan baru dari presiden terpilih. Presiden terpilih yang memiliki basis dukungan kuat di wilayah-wilayah strategis dapat mempengaruhi peta koalisi dan dukungan partai di Pilkada. 

Meskipun pengaruh politik dari keputusannya yang memungkinkan calon-calon tertentu maju di Pilkada, terutama bagi calon-calon yang memiliki hubungan langsung atau memiliki kedekatan dengan Jokowi. Namun, setelah masa jabatan Jokowi berakhir pada Oktober 2024, pengaruhnya diprediksi akan berkurang.

Efek ini diperkirakan akan memberikan keuntungan dalam tahapan pencalonan dan kampanye, tetapi tantangan tetap ada dari dinamika politik lokal yang kemudian akan berpengaruh pada hasil Pilkada mendatang. Karena tokoh-tokoh lokal sering kali memiliki pengaruh yang lebih besar dalam konteks politik lokal dibandingkan tokoh nasional seperti Jokowi.

Kesimpulan

Pilkada 2024 di Indonesia berada dalam bayang-bayang Jokowi, tetapi tidak sepenuhnya ditentukan olehnya. Transisi kekuasaan, kekuatan politik lokal, dan dinamika politik lokal memainkan peran penting dalam menentukan hasil Pilkada. 

Meskipun Jokowi masih memiliki pengaruh yang signifikan, terutama melalui koneksi personal dan kinerjanya sebagai presiden, faktor-faktor lain seperti kekuatan partai politik, dukungan tokoh lokal, dan strategi kampanye juga akan menjadi penentu utama dalam kontestasi Pilkada 2024. 

Dengan demikian, Pilkada 2024 akan menjadi ujian penting bagi pengaruh Jokowi dan kemampuan calon-calon kepala daerah dalam memanfaatkan kekuatan lokal untuk meraih kemenangan. 

Lebih dari itu, Pilkada ini juga menjadi ujian bagaimana masyarakat Indonesia semakin dewasa dalam memilih pemimpin mereka, sekaligus ujian bagi kematangan politik dan demokrasi di Indonesia.

Kita akan terus memantau perkembangan dan dinamika politik yang terjadi, serta berharap yang terbaik bagi masa depan demokrasi Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun