Mohon tunggu...
Hen Ajo Leda
Hen Ajo Leda Mohon Tunggu... Buruh - pengajar dan pegiat literasi, sekaligus seorang buruh tani separuh hati

menulis dan bercerita tentang segala hal, yang ringan-ringan saja

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Hilirisasi Industri Nikel dengan Manfaat Pertumbuhan Ekonomi yang Berdampak ke Masyarakat

6 Juli 2024   08:00 Diperbarui: 9 Juli 2024   13:17 1583
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hilirisasi Industri Nikel dengan Manfaat Pertumbuhan Ekonomi yang Berdampak ke Masyarakat

Indonesia sebagai negara yang kaya akan sumber daya alam, semakin terus berupaya untuk membuat lompatan besar dengan memperkuat posisi ekonominya di panggung global, melalui peningkatan nilai tambah sumber daya alam. Sejak periode kedua kepemimpinan Presiden Joko Widodo, obsesi ini diwujudkan melalui strategi kebijakan ekonomi yang dikenal sebagai hilirisasi.

Upaya hilirisasi di Indonesia diatur melalui berbagai regulasi, termasuk Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020 tentang Perubahan UU Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara. Kebijakan ini diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah ekspor, menciptakan lapangan kerja dan memperkuat struktur industri dalam negeri.

Salah satu sektor yang menjadi fokus utama pemerintah dalam hilirisasi adalah sektor mineral dan batu bara (minerba). Sumber daya mineral dengan cadangan paling tinggi adalah bijih nikel yang merupakan salah satu komponen utama dalam pembuatan baterai kendaraan listrik (Kementerian ESDM, 2022). Indonesia memiliki cadangan nikel terbesar di dunia dengan total sumber daya bijih nikel mencapai 8,26 miliar ton dan cadangan bijih nikel mencapai 3,65 miliar ton.

Hilirisasi nikel dilakukan dengan dua cara yakni menetapkan kebijakan larangan ekspor bijih nikel dan mendorong pembangunan smelter bijih nikel di dalam negeri. Peraturan Menteri ESDM Nomor 1 Tahun 2014 dan Peraturan Menteri ESDM Nomor 11 Tahun 2019 merupakan contoh regulasi yang melarang ekspor bijih nikel dengan kadar di bawah 1,7% dan mendorong pembangunan smelter di dalam negeri.

Selain menetapkan kebijakan tersebut, pemerintah juga mendorong pembangunan smelter bijih nikel di Indonesia. Pembangunan smelter bijih nikel bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah ekonomi dan menciptakan nilai lebih dari kekayaan alam melalui hilirisasi nikel dengan mengintegrasikan proses dari hulu tambang hingga menjadi produk setengah jadi.

Kontribusi dan Manfaat Ekonomi Hilirisasi Industri Nikel PT. GN

Smelter nikel PT Gunbuster Nickel Industry yang terletak di Kabupaten Morowali Utara, Sulawesi Tengah (Sulteng). (Dok. PT GNI) via money.kompas.com
Smelter nikel PT Gunbuster Nickel Industry yang terletak di Kabupaten Morowali Utara, Sulawesi Tengah (Sulteng). (Dok. PT GNI) via money.kompas.com

Salah satu perusahaan yang didorong untuk membangun smelter bijih nikel di dalam negeri adalah PT Gunbuster Nickel Industry (PT GNI), yang berlokasi di Morowali Utara, Sulawesi Tengah. Sejak diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada 2021, PT GNI telah menjadi salah satu pelaku utama dalam pengolahan dan pemurnian bijih nikel. Sebagaimana dilansir dalam portalnya https://gunbusternickleindustry.com, PT GNI menerapkan teknologi Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) yang lebih mutakhir dan cepat, dengan 25-line smelter yang mampu menghasilkan 10-12% Nickel Pig Iron (NPI) dengan kapasitas produksi diperkirakan mencapai 1,9 juta Nickel Pig Iron per tahun.

Penerapan teknologi RKEF oleh PT GNI meningkatkan daya saing industri nikel Indonesia di pasar global dengan menghasilkan produk Nickel Pig Iron, yang selanjutnya dapat digunakan sebagai bahan baku untuk pembuatan baja tahan karat (stainless steel), produk hilir ini selanjutnya akan disuplai langsung kepada konsumen yang kemudian dapat mengolahnya menjadi berbagai produk industri, termasuk peralatan listrik, medis, dan industri lainnya. Peningkatan daya saing ini menciptakan efek multiplier terhadap perekonomian negara dan daerah dengan meningkatnya kontribusi logam dasar terhadap ekonomi Indonesia.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), pada Januari-Agustus 2022, Indonesia mencatatkan nilai ekspor produk feronikel sebesar USD 8,76 miliar, hampir dua kali lipat dari pencatatan pada tahun 2020 yang sebesar USD 4,73 miliar. Pada periode yang sama, ekspor nikel dan barang olahannya mencapai USD 3,59 miliar, meningkat tajam dari USD 808,4 juta pada tahun 2020.

Kondisi ini menempatkan Indonesia sebagai eksportir terkuat nikel di dunia. Laporan Badan Survei Geologi Amerika Serikat (USGS) menyebutkan bahwa Indonesia adalah produsen nikel terbesar di dunia pada 2022, dengan total produksi diperkirakan mencapai 1,6 juta metrik ton atau 48,48% dari total produksi nikel global sepanjang tahun lalu. Total produksi nikel dunia pada tahun 2022 diperkirakan mencapai 3,3 juta metrik ton, meningkat 20,88% dibandingkan tahun 2021.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun