Di sisi lain, kelas menengah ke bawah dengan pendapatan rendah cenderung memiliki rumah yang lebih sederhana, atau bahkan tidak memiliki rumah sendiri alias mengontrak.Â
Rumah-rumah ini biasanya berukuran lebih kecil dan terletak di lingkungan yang kurang eksklusif, dengan fasilitas yang lebih terbatas.Â
Desain rumah kelas menengah ke bawah cenderung lebih fungsional daripada estetis. Fokus utama adalah pada kebutuhan dasar seperti tempat tidur, ruang makan, dan kamar mandi.Â
Pemilik rumah dari kelas ini biasanya mengutamakan efisiensi biaya dalam membangun atau menyewa rumah, sehingga penggunaan bahan bangunan yang lebih murah dan desain yang lebih sederhana menjadi pilihan utama.
Lokasi rumah bagi kelas menengah ke bawah sering kali berada di daerah yang lebih padat dan kurang strategis, seperti di pinggiran kota atau di daerah urban dengan infrastruktur yang minim.Â
Hal ini seringkali disebabkan oleh keterbatasan finansial yang mengharuskan mereka untuk mencari tempat tinggal yang lebih terjangkau. Keamanan dan kenyamanan menjadi tantangan tersendiri bagi mereka yang tinggal di lingkungan seperti ini.
Namun, meskipun sederhana, rumah-rumah ini tetap memiliki arti penting bagi pemiliknya, menjadi tempat perlindungan dan kenyamanan, serta pusat kehidupan keluarga.Â
Meskipun dengan keterbatasan, banyak orang dari kelas menengah ke bawah yang tetap berusaha menciptakan lingkungan rumah yang hangat dan menyenangkan, mencerminkan nilai-nilai kekeluargaan dan kebersamaan.
Realitas Sosial dan Ekonomi di Balik Kepemilikan Rumah
Dengan demikian kepemilikan rumah menjadi mencerminkan realitas sosial dan ekonomi yang ada di masyarakat. Ketimpangan ekonomi antara kelas atas dan kelas menengah ke bawah terlihat jelas dalam perbedaan kualitas dan lokasi rumah.Â
Ketimpangan kepemilikan rumah merujuk pada ketidakseimbangan dalam akses dan kemampuan untuk memiliki rumah di antara berbagai kelompok dalam masyarakat.Â