Mohon tunggu...
Hen Ajo Leda
Hen Ajo Leda Mohon Tunggu... Buruh - pengajar dan pegiat literasi, sekaligus seorang buruh tani separuh hati

menulis dan bercerita tentang segala hal, yang ringan-ringan saja

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Kiat Menyiasati Mahalnya Harga Pupuk

1 Juli 2024   18:00 Diperbarui: 1 Juli 2024   18:09 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Sumber Gambar: https://agri.kompas.com

Kiat Menyiasati Mahalnya Harga Pupuk

Belakangan ini, harga pupuk di pasaran melonjak tajam, menempatkan petani pada situasi yang sulit. Jika pupuk tidak dibeli, produktivitas tanaman pasti akan menurun, yang akhirnya akan menyebabkan penurunan pendapatan. 

Pemulihan tanaman ke kondisi normal setelah penurunan produktivitas akan memakan waktu lama dan biaya besar. Namun, jika kita memutuskan untuk membeli pupuk dengan harga tinggi, belum tentu pupuk tersebut tersedia di pasaran, padahal tanaman harus segera dipupuk.

Untuk memahami biaya pemupukan, mari kita ambil contoh kebun tomat seluas satu hektar. Berdasarkan dosis anjuran, pupuk N-P-K yang dibutuhkan adalah 150 kg SP-36, 200 kg urea, dan 100 kg KCl. Total kebutuhan pupuk untuk satu hektar kebun tomat adalah 450 kg.

Saat ini, harga pupuk SP-36 adalah Rp2.400 per kilogram, urea Rp2.250 per kilogram, dan KCl Rp9.500 per kilogram. Jadi, total biaya untuk pemupukan satu hektar kebun tomat adalah Rp1.760.000.

Ilustrasi. Sumber Gambar: https://www.pexels.com
Ilustrasi. Sumber Gambar: https://www.pexels.com

Meramu Pupuk Sendiri

Untuk menghemat biaya pemupukan, para petani hortikultura skala menengah atau besar biasanya membuat ramuan pupuk sendiri. Mereka menggunakan bahan baku organik atau hasil pertanian sebagai bahan utama. 

Dengan meramu pupuk sendiri, para petani tidak hanya dapat menekan biaya, tetapi juga mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia yang harganya fluktuatif di pasaran. 

Strategi ini tidak hanya bermanfaat dari segi ekonomi, tetapi juga membantu meningkatkan keberlanjutan pertanian dengan penggunaan bahan-bahan yang lebih ramah lingkungan. 

Dalam situasi harga pupuk yang tidak menentu, inovasi dan kemandirian dalam pembuatan pupuk bisa menjadi solusi praktis dan efektif bagi para petani.

#Meramu Pupuk Organik Padat dengan Kandungan NPK

Ilustrasi. Sumber Gambar: https://agri.kompas.com
Ilustrasi. Sumber Gambar: https://agri.kompas.com
Meramu pupuk organik padat yang kaya akan nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K) dapat dilakukan dengan mengkombinasikan berbagai bahan organik yang mengandung unsur-unsur tersebut. 

Berikut adalah panduan untuk membuat pupuk organik padat yang memiliki kandungan NPK:

Bahan-bahan:

1. Nitrogen (N):

  • Kotoran ayam atau kelinci (tinggi nitrogen)
  • Hijauan segar (daun-daunan, rumput segar)
  • Sisa dapur (sisa sayuran, buah-buahan)

2. Fosfor (P):

  • Tepung tulang (fosfor tinggi)
  • Kotoran hewan (sapi, kambing, domba)
  • Sekam padi yang dibakar (arang sekam)

3. Kalium (K):

  • Serbuk gergaji/abu kayu
  • Kulit pisang yang dikeringkan dan dihancurkan
  • Sisa tanaman kacang-kacangan

Langkah-langkah Pembuatan:

1. Persiapan Lokasi:

  • Pilih lokasi yang teduh dan tidak tergenang air.
  • Siapkan wadah atau area kompos, bisa berupa lubang di tanah atau kotak kompos.

2. Pengumpulan Bahan:

  • Kumpulkan bahan organik yang mengandung nitrogen, fosfor, dan kalium.
  • Pastikan bahan-bahan tersebut dicacah atau dipotong kecil-kecil agar proses dekomposisi lebih cepat.

3. Menyusun Lapisan:

  • Mulailah dengan lapisan bahan coklat (jerami, daun kering) di dasar kompos setinggi 20-30 cm.
  • Tambahkan lapisan bahan hijau (daun segar, rumput) di atas bahan coklat.
  • Tambahkan kotoran hewan di atas bahan hijau.
  • Lapiskan dengan bahan kaya fosfor seperti tepung tulang atau arang sekam.
  • Tambahkan bahan kaya kalium seperti abu kayu atau kulit pisang.
  • Basahi setiap lapisan dengan air secukupnya, jangan terlalu basah agar tidak tergenang.
  • Ulangi proses ini hingga tumpukan kompos mencapai ketinggian yang diinginkan, sekitar 1-1,5 meter.

4. Proses Pengomposan:

  • Biarkan tumpukan kompos selama beberapa minggu hingga bahan-bahan mulai terurai.
  • Balik tumpukan kompos setiap 1-2 minggu untuk mempercepat proses dekomposisi dan memastikan semua bagian mendapat udara yang cukup.
  • Jaga kelembaban tumpukan kompos, tambahkan air jika terlalu kering.

5. Pemantauan:

  • Pantau suhu tumpukan kompos. Suhu akan meningkat selama proses dekomposisi aktif, kemudian menurun saat proses mendekati selesai.
  • Kompos matang biasanya siap setelah 2-3 bulan, tergantung bahan dan kondisi cuaca.

6. Penggunaan:

  • Setelah kompos matang, saring untuk memisahkan bahan yang belum terurai sempurna.
  • Pupuk organik padat yang kaya NPK siap digunakan untuk memupuk tanaman di kebun Anda.

#Meramu Pupuk Organik Cair dengan Kandungan NPK

Ilustrasi. Sumber Gambar: https://www.pexels.com
Ilustrasi. Sumber Gambar: https://www.pexels.com
Bahan untuk Pupuk Organik Cair:

1. Kotoran hewan (sapi, kambing, ayam, dll)

2. Sisa-sisa tanaman (jerami, daun kering, kulit buah, dll)

3. Air cucian beras

4. Bioaktivator seperti EM4 (Effective Microorganisms)

5. Gula merah atau molase

6. Air

Alat untuk Pupuk Organik Cair:

1. Tong/drum plastik atau gentong tanah

2. Pengaduk kayu

3. Saringan atau kain kasa

4. Ember atau wadah penampung

5. Botol atau jerigen untuk menyimpan pupuk cair

Proses Pembuatan:

1. Campur kotoran hewan, sisa tanaman, air cucian beras, bioaktivator, dan gula merah dalam tong/drum.

2. Tambahkan air hingga semua bahan terendam.

3. Tutup rapat dan biarkan fermentasi selama 2-4 minggu, aduk sesekali.

4. Saring dan pupuk cair siap digunakan.

Dengan mengkombinasikan bahan-bahan yang tepat, kita bisa membuat pupuk organik padat maupun cair yang kaya akan nitrogen, fosfor, dan kalium, yang sangat bermanfaat untuk pertumbuhan tanaman dan membantu mengurangi biaya pemupukan, sekaligus mendukung praktik pertanian berkelanjutan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun