Mohon tunggu...
Hen AjoLeda
Hen AjoLeda Mohon Tunggu... Buruh - pengajar dan pegiat literasi, sekaligus seorang buruh tani separuh hati

menulis dan bercerita tentang segala hal, yang ringan-ringan saja

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Pilihan

Petani Perempuan Desa Wolotolo-Ende: Pionir Pertanian Organik dan Pengelolaan SDA Berkelanjutan

13 Juni 2024   12:52 Diperbarui: 13 Juni 2024   13:19 274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pembuatan Pupuk Organik. Sumber Gambar: Tananuanews

Petani Perempuan Desa Wolotolo: Pionir Pertanian Organik dan Pengelolaan SDA Berkelanjutan 

Pada hari Jumat, 6 Juni 2024 yang lalu, saya menemani tim Yayasan Tananua Flores dalam kegiatan diskusi dan FGD Program Pertanian berkelanjutan di Kabupaten Ende. Salah satu desa yang dikunjungi adalah Desa Wolotolo, Kecamatan Detusoko.

Yayasan Tana Nua Flores hadir mendampingi dan membimbing para petani tradisional di Desa Wolotolo ini, sejak tahun 2022. Melalui program pertanian berkelanjutan Yayasan Tananua bekerja untuk peningkatan ketahanan dan kapasitas masyarakat masyarakat.

Tujuannya agar petani dapat mempersiapkan diri secara efektif dan juga bisa beradaptasi terhadap dampak perubahan iklim yang terjadi melalui praktik pertanian berkelanjutan yang lebih baik lagi.

Edukasi, sosialisasi dan pelatihan yang dilakukan melalui Demplot Sekolah Lapang (SL), petani diberikan pengetahuan, informasi teknis, alat dan bahan yang dibutuhkan. 

Sistem bertani dirancang dengan mengusung program pengelolaan sumber daya pertanian organik berbasis masyarakat dengan memerhatikan ekosistem lingkungan bagi penghidupan yang berkelanjutan.

Cerita dan Kisah Ibu-Ibu: Pertanian Organik dan Pengelolaan Sumber Daya Alam


Kami berkumpul di salah satu pondok petani yang sederhana, dan bercerita dengan beberapa kelompok tani ibu-ibu yang menjadi mitra sasaran program Yayasan Tananua. Para ibu ini, dengan semangat dan antusiasme yang terpancar menceritakan berbagai pengalaman mereka dalam praktik pertanian organik di desa mereka.

Mama Martina, salah satu petani perempuan bercerita bahwa, kelompok tani mereka secara rutin membuat pupuk dan pestisida organik dari bahan-bahan alami yang mudah digunakan disekitar tempat tinggal. Pengetahuan terkait teknik pembuatan pupuk dan pestisida organik ini, diperoleh dari hasil pelatihan dan pendampingan Yayasan Tananua.

Pembuatan Pupuk Organik. Sumber Gambar: Tananuanews
Pembuatan Pupuk Organik. Sumber Gambar: Tananuanews

“pernah ada pelatihan, kami diajarkan teknik pembuatan pupuk dan pestisida organik, lalu kami juga diajarkan pembuatan demplot budidaya tanaman hortikultura”, ungkap Mama Martina.

Pertanian di Desa Wolotolo didominasi oleh budidaya tanaman hortikultura. Bagi para petani Wolotolo, dengan budidaya tanaman hortikultura akan lebih cepat menghasilkan pendapatan.

Jenis tanaman hortikultura seperti tomat, cabai, bawang dan sawi, bisa dipanen dalam satu bulan, ada juga yang bisa dipanen dalam tiga bulan, sehingga lebih cepat dibandingkan dengan tanaman komoditi perkebunan yang sifatnya jangka panjang.

Beberapa ibu-ibu mengungkapkan bahwa, kegiatan sekolah lapang sangat menjawab kebutuhan mereka adalah pembuatan pupuk bokasi, pembuatan pestisida organik padat dan cair. Karena melalui praktik pertanian tersebut, penghasilan dan pendapatan rumah tangga mereka mengalami peningkatan.

Implementasi pertanian organik di Desa Wolotolo memberikan dampak positif terhadap ekonomi rumah tangga. Dengan meningkatnya hasil panen dari pertanian organik, pendapatan rumah tangga juga meningkat. Hal ini memungkinkan rumah tangga di desa Wolotolo dapat memenuhi kebutuhan dasar seperti pendidikan anak dan kesehatan.

Praktik pertanian organik yang diterapkan oleh petani di Desa Wolotolo membantu dalam pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan. Dengan pemanfaatan pupuk organik dan metode pertanian ramah lingkungan, tentunya tidak hanya mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia tetapi juga mengurangi emisi karbon yang dihasilkan dari produksi dan transportasi pupuk kimia.

Petani Perempuan. Sumber Gambar: Tananuanews
Petani Perempuan. Sumber Gambar: Tananuanews

Petani Desa Wolotolo ini juga aktif terlibat dalam program penghijauan seperti menanam pohon dan menjaga keberlangsungan sumber air. Kegiatan ini sebagai bentuk rencana aksi program Penanggulangan Resiko Bencana (PRB) dengan menanam pohon bambu di pinggir kali dan mata air.

Mama Vera menyebutkan bahwa bibit-bibit pohon seperti bambu, mangga, dan durian yang diberikan melalui program bantuan, telah ditanam di sekitar kali dan mata mair dekat kampung,

Kegiatan menanam pohon tidak hanya berfungsi sebagai penahan erosi tetapi juga berkontribusi pada penyerapan karbon serta memperkaya keanekaragaman hayati dan menjaga keseimbangan ekosistem.

Petani tradisional Desa Wolotolo mulai rasakan manfaat bimbingan dan pendampingan Yayasan Tananua. Melalaui berbagai kegiatan seperti pembuatan pupuk organik, penanaman pohon dan pengelolaan kelompok tani, petani tradisional Desa Wolotopo tidak hanya berkontribusi pada peningkatan kesejahteraan ekonomi dan sosial komunitas, namun juga berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan dan tantangan perubahan iklim.

Para petani tradisional Desa Wolotolo dengan semangat dan komitmen mereka, menunjukkan bahwa perubahan besar dimulai dari langkah-langkah kecil yang dilakukan dengan konsisten dan dedikasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun