Mohon tunggu...
Hen AjoLeda
Hen AjoLeda Mohon Tunggu... Buruh - pengajar dan pegiat literasi, sekaligus seorang buruh tani separuh hati

menulis dan bercerita tentang segala hal, yang ringan-ringan saja

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Student Loan: Solusi atau Beban Baru bagi Pembiayaan Pendidikan di Indonesia?

3 Juni 2024   20:37 Diperbarui: 3 Juni 2024   20:42 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: https://www.pajak.com

Edi Subkhan, seorang pakar pendidikan dari Universitas Negeri Semarang, mengungkapkan bahwa Student Loan bisa berdampak negatif bagi mahasiswa dan negara. Ia mencontohkan penerapan Student Loan di Amerika Serikat yang akhirnya menjadi beban bagi negara akibat tingginya angka gagal bayar, dan khawatir hal serupa terjadi di Indonesia.

Hingga saat ini, wacana mengenai Student Loan di Indonesia masih dalam tahap diskusi para pemangku kepentingan dan belum ada keputusan yang diumumkan. Namum beberapa pihak menyarankan agar Student Loan dikelola melalui bank pelat merah untuk menghindari beban yang seringkali ditimbulkan oleh pinjaman online (pinjol) bagi mahasiswa. Ada pula yang berpendapat bahwa pinjaman pendidikan ini bisa saja diterapkan, asalkan tidak dikenakan bunga.

Menyikapi polemik terkait wacana Student Loan ini disamping plus minusnya, saya melihat bahwa Student Loan merupakan bagian dari sistem kapitalisme menciptakan produk finansial agar sirkulasi kapital tetap berjalan.

Kapitalis finansial (seperti bank dan lembaga keuangan) menyediakan pinjaman kepada orang tua mahasiswa. Para orang tua mahasiswa ini kemudian menggunakan dana tersebut untuk membayar biaya proses produksi cadangan tenaga kerja (mahasiswa) selama menempuh pendidikan, temasuk biaya kebutuhan hidup sehari-hari selama kuliah.

Selain memegang peran kunci dalam menyediakan modal yang diperlukan untuk keperluan kuliah, kapitalis finansial memiliki kontrol dan kepengaturan untuk mengatur kondisi kredit, tingkat bunga, dan jadwal pembayaran. Setelah lulus, para orang tua mahasiswa harus membayar kembali pinjaman tersebut beserta bunga. 

Dengan kontrol dan kepengaturan ini, kemudian akan menjadi siklus di mana kapital terus bergerak melalui utang dan pembayaran, menciptakan jaringan sirkulasi kapital yang kompleks dalam sektor pendidikan, yang menghubungkan mahasiswa, lembaga pendidikan, dan kapitalis finansial.

Menempuh pendidikan atau kuliah sebagai proses peningkatan "kapasitas cadangan tenaga kerja". Setelah lulus kuliah, para cadangan tenaga kerja ini kemudian akan "dibeli" oleh kapitalisme jika sewaktu-waktu dibutuhkan untuk bekerja dalam sektor inti produktifitas kapitalis (pekerja formal). 

Demikian juga sebagian dari mereka yang tidak bekesempatan menjadi pekerja formal, akan terpaksa bekerja di luar sektor inti produktifitas kapitalis (pekerja informal) seperti bekerja sebagai ojol, pedagang, dan lainnya. 

Jika nasipnya betepuk sebalah tangan (bangkrut atau gulung tikar), mereka kemudian menjadi surplus populasi relatif yakni kombinasi antara pengangguran dan proletriat informal baik di pedesaan atau perkotaan, yang hilir-mudik tidak menentu mencari pekerjaan atau melakukan migrasi, baik di desa-kota atau terbang dan berlayar ke luar negeri untuk mencari pekerjaan guna sekedar bertahan hidup (Muchtar Habibi, 2016).

Pertanyaan lebih lanjut adalah, apabila skema Student Loan benar-benar diterapkan di Indonesia, apakah mampu mengatasi kesenjangan sosial-ekonomi yang telah mengkondisikan rendahnya akses terhadap pendidikan karena biaya yang terus meningkat, kemiskinan, kesempatan atas kerja dan upah kerja yang layak, serta segala persoalaan yang mendera sebagian besar rakyat Indonesia ?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun