Mohon tunggu...
Hen Ajo Leda
Hen Ajo Leda Mohon Tunggu... Buruh - pengajar dan pegiat literasi, sekaligus seorang buruh tani separuh hati

menulis dan bercerita tentang segala hal, yang ringan-ringan saja

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pancasila dan Pendidikan Inklusi: Refleksi pada Hari Lahir Pancasila

1 Juni 2024   12:45 Diperbarui: 1 Juni 2024   12:47 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pancasila dan Pendidikan Inklusi: Refleksi pada Hari Lahir Pancasila

Hari ini, 1 Juni 2024, kita memperingati hari lahirnya Pancasila, sebuah momen penting bagi bangsa Indonesia untuk merenungkan dan memperkuat kembali komitmen kita terhadap nilai-nilai dasar negara.

Lima dasar Pancasila yang terdiri dari lima nilai yang masing-masing mengandung nilai-nilai universal yang menjadi pedoman dan fondasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, dalam setiap aspek kehidupan. Lima dasar nilai Pancasila yang digali oleh para pendiri bangsa, yang kemudian menjadi alat mempersatukan beragam suku, agama, dan budaya dalam satu kesatuan bangsa yang kokoh. 

Untuk memastikan Pancasila tetap relevan dalam kehidupan berbangsa, kita perlu melihat bagaimana nilai-nilainya diimplementasikan, khususnya dalam konteks pendidikan.

Pancasila dan Pendidikan Inklusi

Pendidikan inklusi adalah pendekatan pendidikan yang mengakui dan menghargai keragaman siswa, termasuk siswa dengan berbagai kebutuhan khusus. Pendidikan inklusi bertujuan untuk memberikan kesempatan yang setara bagi semua siswa untuk belajar bersama di lingkungan yang sama, tanpa diskriminasi, tanpa memandang latar belakang sosial, ekonomi, budaya, gender, atau kemampuan, mendapatkan kesempatan yang sama untuk belajar dan berkembang.

Dalam konteks Indonesia yang multikultural, pendidikan inklusif sangat penting untuk mengajarkan nilai-nilai toleransi, empati, dan penghargaan terhadap keberagaman, yang sejalan dengan semangat Pancasila.

Namun demikian, implementasi nilai-nilai Pancasila dalam pendidikan di Indonesia masih menghadapi banyak tantangan. Kekerasan seksual, perundungan (bullying), dan intoleransi masih sering terjadi di lingkungan pendidikan.

Kasus-kasus kekerasan seksual terhadap anak-anak atau mahasiswa, baik oleh sesama murid, guru, atau bahkan orang tua, telah menjadi sorotan publik yang menyedihkan. Ini adalah bentuk paling ekstrim dari pelanggaran hak asasi manusia yang harus diberantas. Kekerasan seksual tidak hanya merusak fisik dan psikis korban, tetapi juga merusak kepercayaan terhadap institusi pendidikan itu sendiri.

Disamping itu, perundungan juga menjadi masalah serius dalam lingkungan pendidikan. Tindakan intimidasi, pelecehan verbal, atau bahkan kekerasan fisik yang dilakukan oleh sesama murid atau bahkan oleh guru dapat merusak kepercayaan diri dan kesejahteraan mental korban.

Perundungan tidak hanya mengganggu proses belajar-mengajar, tetapi juga dapat memiliki dampak jangka panjang terhadap kesehatan mental dan emosional korban. Selain itu, intoleransi juga menjadi masalah yang muncul dalam lingkungan pendidikan. 

Ketidakmampuan untuk menerima perbedaan, baik itu perbedaan agama, suku, atau orientasi seksual, dapat menghasilkan sikap diskriminatif dan bahkan kekerasan terhadap individu atau kelompok tertentu. Ini bertentangan dengan nilai-nilai inklusifitas dan keragaman yang seharusnya ditanamkan dalam pendidikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun