Mohon tunggu...
Hen Ajo Leda
Hen Ajo Leda Mohon Tunggu... Buruh - buruh tani separuh hati

menulis dan bercerita tentang segala hal, yang ringan-ringan saja

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Sinergi Buku dan TIK: Mengatasi Disrupsi Informasi dan Mendorong Literasi di Era Digital

23 Mei 2024   11:58 Diperbarui: 4 Juni 2024   13:07 399
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: proses belajar mengajar secara daring. (Sumber: ANTARA FOTO/INDRAYADI TH via kompas.com) 

Pada tanggal 17 Mei yang lalu, dua peringatan penting yang jarang disadari banyak orang. Hari Buku Nasional dan World Telecommunication and Information Society Day (WTISD). 

Meskipun berasal dari latar belakang yang berbeda, kedua peringatan ini memiliki tujuan yang saling berkaitan dalam meningkatkan literasi dan menyebarkan pengetahuan. 

Buku sebagai sumber ilmu pengetahuan, fondasi literasi, kebudayaan dan peradaban telah menginspirasi lahirnya hari Buku Nasional. Buku mengajarkan kita untuk membaca, menulis, dan berpikir kritis. 

Lahirnya WTISD diperingati dalam rangka meningkatkan kesadaran tentang peran teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam pembangunan masyarakat modern.

Dalam konteks era digital, buku dan TIK memiliki peran krusial dalam mendorong literasi dan mengatasi disrupsi informasi. Ketika kita berbicara tentang literasi, buku dan TIK sebenarnya memiliki tujuan yang sama: memberikan akses kepada pengetahuan dan informasi. 

Sejak ditemukan, buku telah menjadi sumber utama pengetahuan. Buku memberikan konten yang terstruktur dan diverifikasi, yang esensial dalam pendidikan formal. 

Bayangkan seorang anak yang tumbuh dengan membaca buku; melalui buku, ia tidak hanya belajar membaca dan menulis, tetapi juga diajak untuk berpikir kritis. 

Buku memberikan konteks yang mendalam tentang berbagai topik, memungkinkan pembaca untuk memahami isu-isu kompleks dengan cara yang lebih terperinci.

Misalnya, dalam pelajaran sejarah, buku teks menawarkan narasi kronologis yang mendalam tentang peristiwa masa lalu, membantu siswa memahami sebab dan akibat dari berbagai kejadian. Dengan membaca buku, siswa diajak untuk menganalisis, mengevaluasi, dan menarik kesimpulan berdasarkan informasi yang kredibel.

Kemudian lahirnya TIK telah merevolusi cara kita mengakses informasi. Internet dan media sosial memungkinkan kita untuk mendapatkan informasi secara instan, dari mana saja dan kapan saja. WTISD menekankan pentingnya TIK dalam membangun masyarakat yang lebih inklusif dan berpengetahuan.

TIK memungkinkan demokratisasi akses informasi. Seorang mahasiswa di sebuah desa terpencil yang dapat mengakses perpustakaan digital universitas terkemuka di dunia hanya dengan koneksi internet. Ia dapat mengunduh jurnal ilmiah, mengikuti kursus online, dan berpartisipasi dalam diskusi global tanpa harus meninggalkan desanya.

Selain itu, TIK memungkinkan pembelajaran interaktif. Dengan video, simulasi, dan platform e-learning, siswa dapat belajar dengan cara yang lebih menarik dan efektif. Interaktivitas ini tidak hanya meningkatkan keterlibatan tetapi juga membantu siswa memahami konsep yang kompleks dengan lebih baik.

Mengatasi Disrupsi Informasi di Era Digital

Namun, era digital juga membawa tantangan berupa disrupsi informasi. Penyebaran misinformasi dan disinformasi dapat mengganggu proses literasi dan pembelajaran. Di sinilah peran sinergis buku dan TIK menjadi penting.

Buku, dengan proses penerbitan yang ketat, biasanya menyediakan informasi yang telah diverifikasi. Buku memberikan kedalaman dan konteks yang sering kali hilang dalam informasi digital yang cepat.

Di sisi lain, TIK menawarkan alat untuk memverifikasi informasi dengan cepat. Dengan situs-situs fact-checking dan sumber berita terpercaya, kita dapat memastikan bahwa informasi yang kita terima adalah akurat.

Dengan TIK memungkinkan pendidikan literasi digital, yang sangat penting di era informasi berlimpah ini. Literasi digital mengajarkan kita untuk menilai kredibilitas sumber, mengenali berita palsu, dan memahami algoritma media sosial yang dapat memengaruhi apa yang kita lihat dan baca.

Kombinasi buku dan TIK dapat menciptakan ekosistem literasi yang lebih kuat dan inklusif. Dalam pendidikan, menggabungkan buku cetak dengan sumber daya digital dapat memberikan pengalaman belajar yang lebih komprehensif. Misalnya, buku teks yang diintegrasikan dengan konten multimedia dapat memperkaya pemahaman siswa.

Program-program yang menggabungkan distribusi buku dan pelatihan literasi digital juga dapat memberdayakan komunitas yang kurang terlayani. 

Semisalnya sebuah program di desa terpencil yang tidak hanya menyediakan buku-buku berkualitas tetapi juga mengajarkan penduduk cara memanfaatkan internet untuk belajar dan mengembangkan diri. Ini dapat mengurangi kesenjangan literasi dan memastikan bahwa semua orang memiliki akses ke alat yang mereka butuhkan untuk sukses.

Tidaklah berlebihan jika kita dapat membangun masyarakat yang lebih terdidik, kritis, dan inklusif bila ada kombinasi buku dan TIK, yang bukan hanya meningkatkan akses informasi tetapi juga memastikan bahwa informasi yang disebarkan dan dikonsumsi adalah akurat, bermanfaat, dan bermakna.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun