Mohon tunggu...
Hen AjoLeda
Hen AjoLeda Mohon Tunggu... Buruh - pengajar dan pegiat literasi, sekaligus seorang buruh tani separuh hati

menulis dan bercerita tentang segala hal, yang ringan-ringan saja

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Koalisi Nano-nano Pilkada 2024

24 Mei 2024   01:06 Diperbarui: 31 Mei 2024   07:04 575
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: Koalisi partai jelang pilkada. (Sumber gambar: KOMPAS/Supriyanto)

Partai-partai politik di daerah cenderung lebih fleksibel dan pragmatis dalam membentuk koalisi, dengan tujuan utama memenangkan pemilihan kepala daerah (pilkada) dan mengamankan posisi kekuasaan di pemerintahan lokal. 

Akibatnya, koalisi di tingkat daerah sering kali berbeda dengan koalisi di tingkat nasional, karena harus menyesuaikan diri dengan realitas politik dan kepentingan lokal yang unik.

Kedua, strategi elektoral dan kalkulasi kolitik. Faktor lain yang menyebabkan ketidakselarasan koalisi antara nasional dan daerah adalah strategi elektoral dan kalkulasi politik yang berbeda. Di tingkat nasional, partai-partai politik memiliki cakupan yang lebih luas dan harus mempertimbangkan dampak kebijakan dan keputusan politik pada seluruh wilayah negara. 

Koalisi di tingkat nasional sering kali dibentuk dengan mempertimbangkan kepentingan jangka panjang dan stabilitas pemerintahan, sehingga partai-partai cenderung berkoalisi dengan partai-partai yang memiliki visi dan misi yang sejalan.

Sebaliknya, di tingkat daerah, strategi elektoral cenderung lebih berfokus pada hasil jangka pendek dan kemenangan dalam pilkada. Partai-partai politik di daerah lebih fleksibel dalam memilih mitra koalisi, bahkan jika mitra tersebut memiliki ideologi yang berbeda atau bertentangan di tingkat nasional. 

Keputusan untuk berkoalisi di tingkat daerah sering kali didasarkan pada kalkulasi politik yang pragmatis, seperti potensi kemenangan, popularitas calon, dan distribusi basis pemilih. Dengan demikian, ketidakselarasan antara koalisi nasional dan daerah menjadi hal yang biasa terjadi.

Ketiga, pengaruh tokoh lokal dan dinasti politik. Pengaruh tokoh lokal dan dinasti politik juga memainkan peran penting dalam pembentukan koalisi di tingkat daerah. Di banyak daerah, tokoh-tokoh lokal yang karismatik dan memiliki basis massa yang kuat dapat mempengaruhi arah koalisi partai politik. 

Tokoh-tokoh ini sering kali menjadi penentu dalam pembentukan koalisi, karena dukungan mereka dapat memberikan keuntungan elektoral yang signifikan.

Dinasti politik juga menjadi faktor yang mempengaruhi ketidakselarasan koalisi. Di beberapa daerah, keluarga atau kelompok tertentu memiliki pengaruh politik yang dominan dan mampu mengarahkan pembentukan koalisi sesuai dengan kepentingan mereka.

Pengaruh tokoh lokal dan dinasti politik ini sering kali menyebabkan partai-partai politik di daerah memilih untuk berkoalisi dengan pihak-pihak yang memiliki kekuatan dan pengaruh lokal, meskipun hal ini tidak selaras dengan koalisi di tingkat nasional.

Sejumlah faktor tersebut yang kemudian membentuk pola koalisi nano-nano di daerah yang hampir tidak sama persis baik antara Pilkada Gubernur/Wakil Gubernur, Pilkada Bupati/Wakil Bupati dan Walikota/Wakil Walikota maupun dengan koalisi nasional, pada akhirnya membawa beberapa implikasi penting dalam konteks demokrasi lokal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun