Mohon tunggu...
Hen Ajo Leda
Hen Ajo Leda Mohon Tunggu... Buruh - pengajar dan pegiat literasi, sekaligus seorang buruh tani separuh hati

menulis dan bercerita tentang segala hal, yang ringan-ringan saja

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Peran Pustakawan dalam Lanskap Informasi Digital dan Kecerdasan Buatan (AI)

30 April 2024   09:12 Diperbarui: 30 April 2024   09:20 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: https://web.perpuskita.id/

Peran Pustakawan dalam Lanskap Informasi Digital dan Kecerdasan Buatan (AI)

Revolusi digital yang sedang berlangsung telah membawa perubahan besar dalam cara kita mengakses, menyimpan, dan berbagi informasi. Di era ini, perpustakaan dan pustakawan menghadapi tantangan baru dalam mempertahankan relevansi mereka. 

Salah satu perkembangan terbaru yang menarik perhatian adalah munculnya kecerdasan buatan (AI) dan dampaknya yang berpotensi besar terhadap profesi pustakawan.

Kecerdasan buatan telah mencapai kemajuan pesat dalam beberapa tahun terakhir, dengan algoritma yang semakin canggih dan kemampuan komputasi yang terus meningkat. 

Sistem AI modern dapat melakukan tugas-tugas yang sebelumnya hanya bisa dilakukan oleh manusia, seperti pemrosesan bahasa alami, pengenalan gambar, dan analisis data kompleks. Namun, meskipun AI menawarkan banyak peluang, juga membawa tantangan tersendiri bagi pustakawan.

Pertama, kecerdasan buatan dapat membantu pustakawan dalam mengelola dan mengorganisir informasi dengan lebih efisien. Sistem AI dapat digunakan untuk melakukan tugas-tugas seperti pengindeksan otomatis, klasifikasi subjek, dan bahkan peringkasan isi. 

Sehingga kerja pustakawan dapat menghemat waktu dan upaya yang signifikan, memungkinkan pustakawan untuk fokus pada tugas-tugas lain yang lebih penting, seperti memberikan layanan kepada pengguna perpustakaan dan mengembangkan koleksi yang relevan.

Kedua, kecerdasan buatan dapat membantu dalam meningkatkan pengalaman pengguna perpustakaan. Dengan menganalisis pola pencarian dan preferensi pengguna, sistem AI dapat memberikan rekomendasi sumber daya yang lebih tepat dan relevan. 

Selain itu, teknologi AI juga dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan layanan virtual, seperti asisten perpustakaan virtual yang dapat menjawab pertanyaan dan memberikan panduan secara real-time.

Namun, di sisi lain, kecerdasan buatan juga menimbulkan beberapa kekhawatiran dan tantangan bagi profesi pustakawan. Salah satu kekhawatiran utama adalah potensi otomatisasi tugas-tugas rutin yang sebelumnya dilakukan oleh pustakawan.

Jika sistem AI dapat melakukan tugas-tugas seperti pengindeksan dan klasifikasi dengan efisien, apakah ini berarti bahwa peran pustakawan akan berkurang? Pertanyaan ini menggarisbawahi pentingnya pustakawan untuk terus mengembangkan keterampilan baru dan memposisikan diri mereka sebagai ahli dalam pengelolaan informasi dan literasi informasi.

Selain itu, kecerdasan buatan juga menghadirkan isu-isu etis yang perlu diperhatikan. Sistem AI, meskipun canggih, masih memiliki bias dan keterbatasan tertentu. 

Algoritma AI dapat mencerminkan bias dan prasangka yang ada dalam data pelatihan atau bahkan bias dari pembuatnya. Pustakawan berperan penting dalam memastikan bahwa sumber daya informasi yang disediakan oleh perpustakaan adalah adil, akurat, dan tidak bias.

Dalam menghadapi tantangan ini, pustakawan harus merangkul kecerdasan buatan sebagai alat yang berharga dalam memperkaya layanan perpustakaan, bukan sebagai ancaman. 

Pustakawan harus proaktif dalam mempelajari dan mengadopsi teknologi AI, sambil tetap memegang teguh prinsip-prinsip profesionalisme.

Salah satu langkah penting adalah dengan membangun kolaborasi antara pustakawan dan ahli kecerdasan buatan. Dengan bekerja sama, mereka dapat mengembangkan sistem AI yang selaras dengan nilai-nilai dan etika perpustakaan, seperti kebebasan informasi, akses terbuka, dan keragaman. 

Pustakawan dapat memberikan masukan yang berharga tentang kebutuhan pengguna, sementara ahli AI dapat menyediakan keahlian teknis yang diperlukan.

Selain itu, pustakawan harus terus mengembangkan keterampilan baru yang relevan dengan era digital, seperti analisis data, literasi digital, dan manajemen konten digital. 

Dengan memiliki keterampilan ini, pustakawan dapat memainkan peran yang lebih strategis dalam mengelola dan memfasilitasi aliran informasi di era kecerdasan buatan.

Dalam era digital yang terus berkembang ini, peran pustakawan menjadi semakin penting. Mereka harus bertindak sebagai pemandu bagi pengguna dalam mencari, mengevaluasi, dan menggunakan informasi secara kritis dan bertanggung jawab. 

Dengan merangkul kecerdasan buatan sebagai alat bantu yang berharga, sambil tetap memegang teguh prinsip-prinsip profesionalisme, pustakawan dapat memastikan bahwa perpustakaan tetap relevan dan memberikan nilai bagi masyarakat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun