Mohon tunggu...
Hen Ajo Leda
Hen Ajo Leda Mohon Tunggu... Buruh - pengajar dan pegiat literasi, sekaligus seorang buruh tani separuh hati

menulis dan bercerita tentang segala hal, yang ringan-ringan saja

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Memahami Fenomena Childfree dan Childless: Pilihan, Dampak, dan Kebijakan yang Diperlukan

27 April 2024   00:53 Diperbarui: 27 April 2024   00:58 408
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Memahami Fenomena Childfree dan Childless: Pilihan, Dampak, dan Kebijakan yang Diperlukan 

Hen Ajo Leda, Pengajar Studi Kependudukan (STPM St.Ursula)

Dalam kajian demografi kependudukan dikenal istilah "childfree" dan "childless". Kedua istilah tersebut sering digunakan secara bergantian, tetapi keduanya mewakili realitas demografi kependudukan yang berbeda. 

Childfree adalah istilah yang mengacu pada individu atau pasangan yang secara sadar dan dengan sengaja memilih untuk tidak memiliki anak. Ini adalah keputusan yang dibuat atas dasar preferensi pribadi, di mana individu memilih untuk fokus pada karir, hubungan, atau gaya hidup alternatif tanpa tanggung jawab orangtua.

Sedangkan Childless mengacu pada individu atau pasangan yang tidak memiliki anak, namun tidak secara aktif memilih untuk tidak memiliki anak. Ini bisa terjadi karena berbagai alasan, termasuk masalah kesehatan, kesulitan dalam kehamilan, atau ketidakmampuan untuk mengadopsi anak. Dalam beberapa kasus, individu mungkin mengalami ketidaksuburan atau belum menemukan pasangan hidup yang cocok untuk memulai keluarga.

Jadi, perbedaan utama antara keduanya adalah bahwa childfree adalah pilihan yang disengaja, sementara childless sering kali merupakan kondisi yang tidak dipilih atau diinginkan. 

Faktor Demografi dan Faktor Non-Demografi dalam Childfree dan Childless

Pilihan untuk memiliki anak atau tidak merupakan keputusan yang kompleks, dipengaruhi oleh berbagai faktor demografi dan non-demografi. Faktor-faktor ini mencakup aspek-aspek seperti usia, ekonomi, kesehatan, pendidikan, kebijakan, dan lainnya. Ketika pasangan suami istri memutuskan untuk tidak memiliki anak karena alasan-alasan ini, maka fenomena childfree dan childless akan muncul.

Faktor Demografi

Faktor demografi mencakup karakteristik populasi yang dapat memengaruhi keputusan untuk memiliki anak. Beberapa faktor demografi yang memainkan peran penting dalam keputusan ini antara lain:

  • Struktur Umur: Struktur umur populasi memainkan peran penting dalam keputusan untuk memiliki anak. Di negara-negara dengan struktur umur yang lebih tua, seperti Jepang, keputusan untuk tidak memiliki anak lebih umum karena pasangan cenderung menunda atau tidak memiliki anak sama sekali.
  • Struktur Perkawinan: Pola perkawinan dalam masyarakat juga memengaruhi keputusan memiliki anak. Di negara-negara dengan tingkat pernikahan yang rendah atau tren penundaan pernikahan, seperti di beberapa negara Eropa, fenomena childfree lebih umum terjadi.
  • Umur Kawin: Usia saat menikah dapat memengaruhi keputusan untuk memiliki anak. Pasangan yang menikah pada usia yang lebih muda mungkin lebih cenderung memiliki anak lebih awal dalam pernikahan mereka, sementara pasangan yang menikah pada usia yang lebih tua mungkin memutuskan untuk menunda atau tidak memiliki anak sama sekali. 
  • Disrupsi Perkawinan: Faktor-faktor seperti perceraian atau pemisahan dapat mengubah rencana keluarga pasangan suami istri. Disrupsi perkawinan dapat memengaruhi keputusan untuk memiliki anak, baik secara langsung maupun karena pertimbangan baru yang muncul setelah peristiwa tersebut.

Faktor Non-Demografi

  • Faktor Ekonomi: Kondisi ekonomi individu atau pasangan dapat memengaruhi kemampuan mereka untuk merencanakan keluarga. Pasangan yang menghadapi ketidakstabilan finansial atau beban hutang yang tinggi mungkin memutuskan untuk menunda atau tidak memiliki anak.
  • Kesehatan: Masalah kesehatan, termasuk masalah kesuburan, gangguan reproduksi, atau kondisi kesehatan mental, dapat menjadi hambatan dalam merencanakan keluarga.
  • Pendidikan: Tingkat pendidikan juga memainkan peran dalam keputusan untuk memiliki anak. Individu dengan pendidikan yang lebih tinggi mungkin lebih cenderung menunda memiliki anak untuk mengejar karir atau menyelesaikan pendidikan mereka terlebih dahulu.
  • Kebijakan: Kebijakan pemerintah, seperti dukungan untuk orangtua seperti cuti orangtua yang layak atau akses terhadap layanan kesehatan reproduksi, dapat memengaruhi keputusan pasangan suami istri untuk memiliki anak.
  • Urbanisasi dan Industrialisasi: Perubahan dari masyarakat agraris ke masyarakat urban dan industrial dapat memengaruhi keputusan untuk memiliki anak. Di daerah perkotaan yang lebih padat, biaya hidup yang tinggi dan tekanan sosial dapat membuat pasangan lebih cenderung memilih untuk tidak memiliki anak atau menunda keputusan tersebut.
  • Pertumbuhan industri dan perubahan ekonomi dapat menyebabkan perubahan pola pikir tentang keluarga. Pasangan yang bekerja di sektor industri mungkin menghadapi tekanan waktu dan finansial yang membuat mereka memilih untuk tidak memiliki anak.

Dampak Childfree dan Childless terhadap Pertumbuhan Penduduk dan Bonus Demografi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun