Mohon tunggu...
Hen Ajo Leda
Hen Ajo Leda Mohon Tunggu... Buruh - pengajar dan pegiat literasi, sekaligus seorang buruh tani separuh hati

menulis dan bercerita tentang segala hal, yang ringan-ringan saja

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Membangun Karakter Siswa dan Alternatif Ekstrakurikuler Pasca Kebijakan Pramuka

14 April 2024   02:46 Diperbarui: 14 April 2024   05:40 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: https://www.refoindonesia.com/

Pramuka telah menjadi bagian integral dari pendidikan di Indonesia selama bertahun-tahun, dan menjadi kegiatan ekstrakurikuler yang harus diikuti oleh semua siswa.

Hampir sebagian dari kita mungkin teringat dengan masa-masa ketika mengikuti kegiatan Pramuka di masa sekolah. Bersama teman-teman sekelas, mengenakan seragam cokelat, kita belajar banyak hal dari permainan, petualangan, hingga keterampilan bertahan hidup.

Namun, seiring berjalannya waktu, pertanyaan tentang relevansi Pramuka di era kurikulum merdeka belajar kemudian muncul. Apakah Pramuka masih memiliki tempatnya sebagai ekstrakurikuler wajib yang harus diikuti oleh semua siswa di sekolah?

Pertanyaan ini muncul bersamaan dengan keputusan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi untuk menjadikan Pramuka sebagai pilihan ekstrakurikuler bagi siswa. Keputusan ini mencerminkan dinamika dalam pendekatan pendidikan dalam kurikulum "merdeka belajar", bahwa sebagai upaya memberikan kebebasan kepada siswa dalam memilih ekstrakurikuler sesuai minat dan bakat mereka.

Keputusan untuk menjadikan Pramuka tidak lagi sebagai ekstrakurikuler wajib telah menimbulkan beragam reaksi dari masyarakat. Sebagian mendukung, sementara yang lain merasa keputusan tersebut mengurangi kesempatan bagi siswa untuk belajar nilai-nilai penting yang diajarkan oleh Pramuka.

Bahwasannya, sebagai bagian dari upaya untuk meningkatkan motivasi dan keterlibatan siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler, keputusan ini dianggap memungkinkan siswa untuk mengeksplorasi minat mereka secara lebih bebas.

Dalam konsep merdeka belajar, setiap siswa memiliki keunikan dan bakatnya sendiri, dan memberikan mereka kesempatan untuk memilih ekstrakurikuler yang sesuai dapat meningkatkan motivasi belajar dan keterlibatan mereka dalam proses pendidikan.

Sementara itu ada yang berpandangan bahwa Pramuka masih relevan dengan menawarkan nilai-nilai yang berharga bagi siswa dengan kegiatan alam terbuka, mengajarkan kemandirian, kerjasama, displin, ketangguhan dan lainnya.

Selain mengajarkan nilai-nilai, Pramuka dipandang memiliki esensi yang mendalam dalam pembentukan karakter siswa melalui ragam permainan, kemah di alam liar atau mengikuti jejak petualangan.

Dalam setiap permainan, kemah dan petualangan, siswa belajar tidak hanya bertahan hidup di alam liar, tetapi juga beradaptasi dengan lingkungan, mengelola sumber daya, dan bekerja sama dalam mengatasi tantangan.

Alternatif Ekstrakulikuler Pasca Kebijakan Pramuka

Sejalan dengan perubahan keputusan pemerintah yang memunculkan perdebatan publik, maka meskipun Pramuka tidak lagi menjadi ekstrakurikuler wajib, pengembangan karakter siswa tidak boleh terabaikan.

Sekolah dapat mengadopsi program-program pengembangan karakter yang terintegrasi ke dalam kurikulum atau mengadakan kegiatan ekstrakurikuler lain yang fokus pada pembentukan kepribadian. Hal ini berarti bahwa ada solusi alternatif untuk membentuk karakter siswa selain melalui Pramuka.

Pertama, sekolah dapat mengembangkan program-program yang terintegrasi ke dalam kurikulum untuk membentuk karakter siswa. Ini bisa mencakup pelajaran atau kegiatan ekstrakurikuler yang difokuskan pada nilai-nilai seperti kejujuran, keberanian, kerja sama, tanggung jawab, dan disiplin.

Kedua, sekolah dapat menawarkan beragam kegiatan ekstrakurikuler yang tidak terkait dengan Pramuka tetapi tetap memperkuat pembentukan karakter siswa. Misalnya, klub debat, klub seni, atau klub lingkungan dapat menjadi pilihan yang menarik bagi siswa yang tidak tertarik pada kegiatan alam terbuka.

Ketiga, melibatkan siswa dalam proyek-proyek kemanusiaan dan sosial juga dapat menjadi model yang efektif dalam pengembangan karakter. Ini membantu siswa memahami pentingnya empati, kepedulian, dan kerjasama dalam membantu orang lain dan menjawab tantangan sosial.

Keempat, program-program yang mengajarkan kewirausahaan dan keterampilan kepemimpinan juga dapat menjadi alternatif yang menarik. Ini membantu siswa mengembangkan keterampilan seperti inovasi, komunikasi, dan pengambilan keputusan yang penting dalam kehidupan sehari-hari dan karier masa depan mereka.

Kelima, sekolah dapat menyediakan program mentoring dan pembinaan individu yang memungkinkan siswa untuk berinteraksi dengan mentor atau pembina yang dapat memberikan panduan dan dukungan dalam pengembangan karakter mereka.

Keenam, kegiatan olahraga dan kesehatan juga merupakan model alternatif yang dapat membantu dalam pengembangan karakter siswa. Olahraga tidak hanya mengajarkan keterampilan fisik, tetapi juga nilai-nilai seperti kerja tim, ketekunan, dan semangat sportivitas.

Ketujuh, integrasi teknologi dalam pembelajaran juga dapat menjadi model yang menarik bagi siswa. Penggunaan platform digital untuk pembelajaran interaktif atau simulasi virtual dapat membantu siswa belajar nilai-nilai karakter sambil tetap berada dalam lingkungan teknologi yang akrab bagi mereka.

Aneka ragam ekstrakurikuler pengganti Pramuka untuk pengembangan karakter siswa, sekolah dapat memberikan beragam pilihan bagi siswa untuk mengembangkan karakter mereka sesuai dengan minat dan bakat mereka. Tentunya disesuaikan dengan kebutuhan dan minat siswa serta lingkungan sekolah.

Dengan demikian, meskipun Pramuka tidak lagi menjadi ekstrakurikuler wajib, penting untuk memperhatikan bahwa pembentukan karakter siswa tetap menjadi prioritas dalam pendidikan.

Yang terpenting, adalah bahwa nilai-nilai yang diajarkan oleh Pramuka—seperti kejujuran, keberanian, kerja sama, tanggung jawab, dan disiplin—tetap menjadi landasan dalam pengembangan karakter siswa, dan hal ini harus tetap menjadi fokus dalam setiap model pendudukan ekstrakurikuler yang dipilih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun