Mohon tunggu...
Hen Ajo Leda
Hen Ajo Leda Mohon Tunggu... Buruh - pengajar dan pegiat literasi, sekaligus seorang buruh tani separuh hati

menulis dan bercerita tentang segala hal, yang ringan-ringan saja

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Membumikan Spirit Ki Hajar Dewantara dalam Alam Pendidikan Kontemporer

31 Maret 2024   20:58 Diperbarui: 8 April 2024   03:00 703
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam sejarah perjalanan pendidikan kita tidak lepas dari warisan pemikiran seorang pahlawan pendidikan, Ki Hajar Dewantara. Konsep Tri Pusat Pendidikan yang digagas olehnya menjadi landasan kokoh dalam mengembangkan sistem pendidikan nasional.

Melalui konsep ini, Ki Hajar Dewantara mewariskan sebuah khazana pendidikan yang kaya akan nilai-nilai luhur, yang tidak hanya relevan pada zamannya, tetapi juga memberikan inspirasi bagi pendidikan kontemporer.

Tri Pusat Pendidikan menegaskan bahwa pendidikan bukanlah hanya tanggung jawab sekolah semata, melainkan juga melibatkan keluarga dan masyarakat. Alam Keluarga, Alam Perguruan, dan Alam Pergerakan Pemuda menjadi landasan utama dalam memberikan pendidikan yang holistik bagi anak-anak. 

Pendidikan yang terintegrasi dari ketiga lingkungan ini diharapkan dapat membentuk manusia yang berkarakter, berpengetahuan, dan mampu berkontribusi positif bagi masyarakat.

Pertama, Alam Keluarga menjadi pondasi utama dalam pembentukan karakter anak. Keluarga bukan hanya tempat anak belajar membaca, menulis, dan berhitung, tetapi juga tempat anak belajar tentang nilai-nilai moral, norma, dan etika. 

Orang tua dan anggota keluarga lainnya memiliki peran penting dalam memberikan contoh dan mendidik anak-anak tentang pentingnya integritas, tanggung jawab, dan kasih sayang. 

Semangat kebersamaan dan kepedulian yang ditanamkan dalam lingkungan keluarga akan membentuk dasar kuat dalam membentuk karakter anak.

Kedua, Alam Perguruan menjadi wahana formal untuk mengembangkan potensi intelektual dan keterampilan anak. Di sekolah, anak-anak tidak hanya memperoleh pengetahuan akademis, tetapi juga diajarkan untuk berpikir kritis, berkolaborasi, dan berkomunikasi. 

Guru sebagai agen pembelajaran memiliki peran besar dalam menginspirasi dan membimbing siswa untuk mencapai prestasi akademis yang optimal. 

Melalui kegiatan pembelajaran yang kreatif dan interaktif, sekolah menjadi tempat yang mempersiapkan generasi muda untuk menghadapi tantangan global di masa depan.

Ketiga, Alam Pergerakan Pemuda memperluas ruang belajar anak di luar lingkungan sekolah. Organisasi kepemudaan, kegiatan sosial, dan ekstrakurikuler menjadi sarana untuk mengembangkan keterampilan sosial, kepemimpinan, dan solidaritas. 

Anak-anak diajarkan untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitar, menghargai keberagaman, dan menjadi agen perubahan yang positif. 

Melalui partisipasi aktif dalam kegiatan di luar sekolah, anak-anak belajar untuk bertanggung jawab, bekerja sama, dan membangun jejaring yang akan membantu mereka dalam menghadapi berbagai situasi kehidupan di masa depan.

Dalam konteks pendidikan kontemporer, konsep Tri Pusat Pendidikan Ki Hajar Dewantara tetap relevan dan memegang peran penting dalam menghadapi dinamika zaman yang terus berkembang. 

Melalui penguatan pendidikan karakter, nilai-nilai luhur yang ditanamkan dalam Tri Pusat Pendidikan dapat diimplementasikan secara lebih konkret dalam kehidupan sehari-hari. 

Pendidikan karakter bukan hanya tentang mengajarkan moralitas, tetapi juga tentang membentuk sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan universal.

Membumikan Spirit Ki Hajar Dewantara dalam Khazana Pendidikan Kontemporer

Dalam dinamika zaman yang terus berubah, pendidikan menjadi salah satu pilar utama dalam membentuk dan mempersiapkan generasi yang mampu beradaptasi dan berkembang dalam berbagai konteks sosial, ekonomi, dan politik. 

Namun, dalam menghadapi kompleksitas ini, sering kali terjadi inkonsistensi dalam gagasan dan praktik pendidikan. 

Hal ini tidaklah mengherankan mengingat bahwa pemahaman dan perspektif seseorang terhadap pendidikan dapat berubah seiring dengan pertambahan usia, pengetahuan, dan pengalaman yang mereka miliki.

Penting untuk diakui bahwa gagasan ideal mengenai pendidikan haruslah dapat diimplementasikan dalam pola praktis yang dapat disesuaikan dengan kondisi nyata di berbagai konteks sosial dan geografis. 

Nilai-nilai pendidilan yang diwariskan Ki Hajar Dewantara, tidak hanya relevan pada zamannya, tetapi juga mendalam dan abadi. Konsep-konsep seperti kebebasan individu, kemanusiaan, dan penguatan karakter menjadi landasan yang kuat dalam membangun sistem pendidikan yang inklusif dan berdaya saing.

Filosofi pendidikan Dewantara haruslah tetap menjadi pedoman, namun fleksibilitas dalam menerapkan strategi pendidikan menjadi suatu keharusan dalam menghadapi dinamika sosial dan lingkungan yang beragam. 

Hal Ini tentunya menuntut para pendidik untuk terus mengkaji dan menyesuaikan metode pengajaran, kurikulum, serta pendekatan pendidikan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan zaman.

Kendati demikian, di tengah upaya menyesuaikan dengan perkembangan zaman, esensi dari filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara tidak boleh terlupakan. 

Kebebasan individu, kemanusiaan, dan penguatan karakter harus tetap menjadi fokus utama dalam setiap langkah pendidikan yang diambil. 

Pendidikan bukan hanya tentang mentransfer pengetahuan, tetapi juga tentang membentuk karakter dan mempersiapkan generasi yang memiliki kepekaan sosial, moral, dan intelektual yang tinggi.

Dengan membumikan spirit Ki Hajar Dewantara dalam pendidikan kontemporer, diharapkan pendidikan dapat menjadi instrumen yang mampu membentuk individu yang berkualitas dan mampu berkontribusi positif bagi masyarakat. 

Visi Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan yang inklusif, progresif, dan berorientasi pada penguatan karakter harus tetap menjadi panduan dalam setiap langkah pembangunan sistem pendidikan kita.

Hanya dengan demikian, cita-cita untuk mencapai kemajuan pendidikan yang berkelanjutan dan inklusif dapat terwujud dalam khazana pendidikan kontemporer kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun