Bersedekah telah menjadi salah satu nilai yang mendalam dalam banyak agama dan budaya di seluruh dunia.
Dalam Islam, bersedekah merupakan salah satu rukun Islam yang harus dilakukan oleh umat Muslim. Demikian dalam agama Kristen, bersedekah merupakan salah satu bentuk pengamalan ajaran kasih sayang dan kasih kepada sesama.
Banyak manfaat yang bisa didapatkan dengan mempraktikkan bersedekah dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam ajaran agama Islam, dijelaskan bahwa bersedekah merupakan salah satu amal kebaikan yang akan terus mengalir manfaatnya setelah seseorang meninggal dunia. Selain itu, bersedekah juga dianggap bisa membuka pintu rezeki yang lebih besar, secara jelas telah diatur dalam dalil, baik Al-Qur'an maupun hadits, misalnya Surah Al-Baqarah Ayat 261:
"Perumpamaan orang-orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah adalah seperti (orang-orang yang menabur) sebutir biji (benih) yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan (pahala) bagi siapa yang Dia kehendaki. Allah Mahaluas lagi Maha Mengetahui."
Ayat ini menekankan bahwa setiap tindakan bersedekah dihitung oleh Allah, dan pahalanya tidak akan pernah terbuang sia-sia.Â
Bersedekah adalah investasi spiritual yang akan memberikan hasil yang berlipat ganda. Seperti seorang petani yang menabur satu biji dan mendapatkan tujuh tangkai, demikian pula setiap perbuatan baik yang dilakukan di jalan Allah akan mendatangkan banyak keberkahan dan pahala.
Bahwa Allah melipatgandakan pahala bagi siapa yang Dia kehendaki. Ini menunjukkan bahwa Allah adalah Maha Pemurah dan Maha Adil.Â
Dia memberikan balasan yang melimpah kepada hamba-Nya sesuai dengan kehendak dan kebijaksanaan-Nya. Ini juga menunjukkan bahwa Allah memiliki otoritas penuh dalam menentukan pahala bagi perbuatan baik yang dilakukan hamba-Nya
Demikian pula dalam ajaran Kristen, perihal bersedekah juga sangat ditekankan dalam Alkitab, bahwa Yesus Kristus memberikan teladan yang kuat tentang pentingnya memberi kepada orang lain, terutama kepada yang membutuhkan.
 "Barangsiapa mempunyai dua helai baju, hendaklah ia membaginya dengan yang tidak punya, dan barangsiapa mempunyai makanan, hendaklah ia berbuat juga demikian." (Lukas 3:11). "Barangsiapa mempunyai harta duniawi dan melihat saudaranya menderita kekurangan, tetapi menutup pintu hatinya terhadap saudaranya itu, bagaimanakah kasih Allah dapat tetap di dalam dirinya?"(1 Yohanes 3:17).
Besedekah adalah belas kasihan dan kasih sayang adalah wujud konkret dari kasih Allah yang sudah dinyatakan kepada umatNya.Â
Jika seseorang memiliki kemampuan untuk membantu saudaranya yang sedang menderita atau berkekurangan, namun ia memilih untuk menutup hatinya dan tidak membantu, maka hal itu menunjukkan bahwa kasih Allah tidak bersemayam di dalam dirinya.
Keberadaan harta dunia bukanlah tujuan akhir, tetapi harta tersebut diberikan oleh Allah untuk digunakan dengan bijak dan untuk membantu sesama.Â
Jika seseorang tidak menggunakan harta tersebut untuk membantu orang lain, terutama mereka yang membutuhkan, maka kasih Allah tidak akan sungguh-sungguh bersemayam dalam hidupnya.
Agama-agama lainnya, seperti Hinduisme, Buddha, dan banyak tradisi spiritual lainnya, juga terdapat ajaran yang serupa tentang pentingnya bersedekah.Â
Dalam Hinduisme, konsep karma mengajarkan bahwa setiap tindakan memiliki konsekuensi, dan memberi kepada mereka yang membutuhkan dapat membawa keberuntungan dan kebahagiaan kepada yang memberi.Â
Dalam Buddhisme, dharma mengajarkan tentang kebajikan dan kemurahan hati sebagai jalan menuju pencerahan. Dengan demikian, melalui bersedekah, seseorang dapat memperkaya diri sendiri secara spiritual dan mencapai kedamaian batin.
Sejumlah penelitian  menunjukkan bahwa, ada hubungan antara sedekah dan kebahagiaan. Ahmad Rusdi, dkk (2018) menegaskan bahwa praktik memberi, seperti sedekah, bukan hanya bermanfaat bagi penerima, tetapi juga bagi pemberi dalam hal kesejahteraan psikologis. Praktik sedekah dapat dipandang sebagai salah satu prediktor kebahagiaan yang penting dalam kehidupan individu (Ahmad Rusdi, dkk, 2018).
Bersedekah juga bukan hanya melulu tentang memberi secara material. Bersedekah juga bisa berupa hal-hal yang bersifat non material, misalnya memberikan waktu, perhatian, empati, peduli dan kasih sayang kepada sesama manusia. Semisalnya, meluangkan waktu untuk mendengarkan masalah seseorang, memberikan dukungan moral, atau bahkan sekadar tersenyum kepada orang yang sedang kesepian dapat memiliki dampak yang besar pada kehidupan mereka.
Bersedekah adalah tentang sikap terbuka, empati, dan kebaikan hati yang bersifat universal.
Berilah Sebanyak-Banyaknya, Maka Kamu Akan Menerima Sebanyak-Banyaknya
Konsep ini mengajarkan untuk memberikan tanpa pamrih sebagai cara untuk memperoleh kebaikan dalam hidup.
"Berilah sebanyak-banyaknya" menekankan pentingnya memberikan tanpa pamrih. Ketika kita memberikan dengan tulus dan ikhlas, tanpa mengharapkan balasan atau keuntungan pribadi, kita membuka diri untuk menerima kebaikan yang lebih besar dari alam semesta. Pemberian yang tulus muncul dari kasih sayang, empati, dan rasa tanggung jawab kita terhadap sesama manusia. Ini adalah tindakan yang dilakukan dengan tujuan murni untuk membantu orang lain dan meringankan penderitaan mereka.
Pemberian tanpa pamrih juga mencerminkan pemahaman mendalam akan keterhubungan kita dengan semua makhluk hidup. Ketika kita memberikan kepada orang lain, kita tidak hanya membantu mereka, tetapi juga memperkuat ikatan kita dengan seluruh alam semesta. Tindakan pemberian menciptakan lingkaran positif energi yang mengalir antara kita dan orang lain, memperkaya kehidupan kita dan memberikan arti yang lebih dalam.
"Maka kamu akan menerima sebanyak-banyaknya" mengajarkan kita untuk memiliki kesadaran yang lebih besar akan rejeki dan berkah yang ada di sekitar kita. Ketika kita memberikan dengan tulus, alam semesta akan merespons dengan memberikan kembali kepada kita. Ini bukan hanya dalam bentuk materi atau kekayaan, tetapi juga dalam bentuk cinta, kedamaian, dan kebahagiaan.
Seringkali, apa yang kita terima sebagai balasan dari tindakan pemberian kita tidak langsung terlihat atau diukur dengan cara konvensional. Namun, dalam setiap tindakan baik yang kita lakukan, ada kebaikan yang kita tanamkan dalam alam semesta yang pada akhirnya akan kembali kepada kita. Ini bisa berupa dukungan dari orang lain saat kita membutuhkannya, kesempatan yang tak terduga, atau bahkan rasa bahagia dan penuh makna dalam kehidupan kita.
Saat kita menerima dengan tulus, kita memberi alam semesta kesempatan untuk memberikan kepada kita dengan cara yang paling sesuai dengan kebutuhan dan keinginan kita. Ini juga merupakan bentuk penghargaan kita terhadap upaya orang lain dalam memberi, sehingga menjaga keseimbangan dalam hubungan sosial dan spiritual kita.
Prinsip "Berilah sebanyak-banyaknya, maka kamu akan menerima sebanyak-banyaknya" mengajarkan kita tentang pentingnya pemberian tanpa pamrih, kesadaran akan rejeki dan berkah, serta penerimaan yang tulus, sebagai panggilan untuk hidup dalam siklus pemberian dan penerimaan yang berkelanjutan, yang menghubungkan kita dengan sesama manusia dan alam semesta secara lebih dalam.Â
Dengan mempraktikkan prinsip ini dalam kehidupan sehari-hari kita, kita dapat mengalami kekayaan spiritual dan kebahagiaan yang lebih besar, serta menginspirasi orang lain untuk melakukan hal yang sama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H