Melalui berbagai adegan dan peristiwa yang menggelitik, panggung pemilu 2024 memperlihatkan betapa politik menjadi genre komedi yang mengelikan, terutama kampanye hitam oleh buzzer politik.
Di platform-platform digital seperti Instagram, Twitter, dan YouTube, buzzer politik mengaburkan batas antara fakta dan fitnah, antara politik hiburan dan politik kambing hitam.
Skenario komedi kian dramatis pasca pilperes, polemik kotak angket. Saling jegal kotak angket menjadi babak seru dalam komedi politik Indonesia. Kerjasama antagonis antar partai dan anggota parlemen sebagai teater, demi karier politik, gengsi, dan rezeki.
Panggung drama politik yang menarik, menyulut gejolak politik yang kemudian residunya bertemu gejolak ekonomi. Krisis iklim yang menyulut aneka rupa efek domino seperti lonjakan harga beras, dan lain-lain.
Berbagai adegan dan peristiwa politik yang menggelitik, tidaklah salah ucapan Marx, "sejarah selalu berulang pada dirinya sendiri, pertama sebagai tragedi, kemudian menjadi lelucon."
Demikian kata seorang profesor; "pemilihan tahun 2024 akan membawa perubahan dalam karier politik pemenangnya, serta pengaruh terhadap gengsi, rezeki, gizi dan upeti bagi keluarga, teman, dan kerabat terdekatnya. Namun, bagi mayoritas warga, situasinya tetap sama seperti sebelumnya, tanpa perubahan signifikan yang dirasakan dalam kehidupan sehari-hari".
Bila yang terjadi hari ini adalah tragedi. Yang berikutnya, jika terulang lagi, adalah lelucon.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H