Mohon tunggu...
Hen Ajo Leda
Hen Ajo Leda Mohon Tunggu... Buruh - pengajar dan pegiat literasi, sekaligus seorang buruh tani separuh hati

menulis dan bercerita tentang segala hal, yang ringan-ringan saja

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Politisi Artis Harus Menjadi Politisi Gaya Baru

26 Februari 2024   19:39 Diperbarui: 26 Februari 2024   19:39 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keterlibatan artis dalam politik, khususnya dalam pemilihan umum 2024 di Indonesia telah menimbulkan beragam pandangan dari masyarakat. 

Sebagian besar masyarakat merasa skeptis terhadap kemampuan maupun kapabilitas mereka sebagai wakil rakyat. Keraguan yang muncul terkait dengan kualifikasi dan kemampuan  seperti kepemimpinan, negosiasi, dan pemecahan masalah tidak selalu dimiliki oleh semua politisi artis, sehingga keraguan akan kemampuan mereka untuk menjabat sebagai wakil rakyat muncul secara wajar.

Selain itu, ada yang menganggap bahwa, kepopuleran dan ketenaran para artis hanya dimanfaatkan oleh partai politik untuk mendulang dukungan elektoral.

Berbekal basis penggemar yang besar dan pengaruh yang luas di kalangan masyarakat, sering kali menjadi daya tarik bagi partai politik untuk menarik perhatian publik, meningkatkan citra partai untuk memenangkan suara dalam pemilihan umum.

Ada pula yang optimis dan mengharapkan para artis ini dapat membawa perubahan positif dalam politik. Kehadiran mereka dianggap akan memberi warna baru di panggung politik, dan diharapkan dapat membawa pengaruh besar dalam menggunakan platform politik mereka untuk membawa perubahan positif.

Ditengah perdebatan tersebut, menurut saya, berpolitik adalah hak semua warga negara termasuk para artis. Bukankah dalam sistem demokratis, partisipasi politik tidak dibatasi hanya pada golongan tertentu, melainkan terbuka bagi semua warga negara?

Jikalau kemudian apabila para artis yang lolos ke Parlemen tidak disertai dengan pengetahuan dan kapabilitas yang memadai, bukankah itu adalah "salah" kita sebagai pemilih?

Apabila kemudian sebaliknya, jika para artis yang tenar dan poluler ternyata juga populis, bukankah itu adalah "keberuntungan", ditengah apatisme elit yang kadang datang mengujungi rakyat sekali dalam lima tahun.

Politik adalah Seni Berekspresi

Menurut saya, artis itu seniman yang bekerja dan berkarya untuk seni, dan ketika mereka memasuki dunia politik, mereka hanya sedang melanjutkan karya seni mereka dalam konteks yang berbeda.

Kreativitas dalam politik dapat memungkinkan individu untuk menyuarakan pandangan mereka dengan cara yang unik dan orisinal, sambil menghargai kebebasan berekspresi yang diberikan oleh demokrasi.

Saya teringat perkataan salah satu aktor senior Indonesia yang pernah mengungkapkan bahwa, "ia merasa merdeka di dunia perfilman karena tidak perlu tunduk pada atasan".

Begitupun dalam dunia politik, mestinya memberi lebih banyak kebebasan untuk mengekspresikan diri yang sesuai dengan visi, tanpa terlalu banyak campur tangan atau pengaruh dari pihak lain.

Seperti pepatah klasik "politik adalah seni berekspresi", bahwa politik membutuhkan keterampilan, kecerdasan, dan kreativitas untuk mencapai tujuan-tujuan politik.

Politisi Artis Mesti Menjadi Politisi Gaya Baru

Pada tahun 2021 lalu saya terkejut oleh pengakuan seorang anggota DPR, Krisdayanti (KD),  yang secara terbuka mengungkap besaran gaji dan tunjangan yang diterima anggota DPR.

Lewat wawancara di kanal YouTube Akbar Faisal Uncensored pada 13 September 2021, KD bilang begini "....Setiap tanggal 1 terima 16 juta, tanggal 5 terima 59 juta. Dana aspirasi setiap reses 450 juta terima lima kali dalam setahun, dana kunjungan dapil 140 juta terima delapan kali setahun...".

Pada waktu itu, publik dibuat heboh, tidak sedikit komentar netizen di jagat maya mencerca dan mengkritiknya. Karena KD dianggap kurang sensitif terhadap kondisi masyarakat, dan mengusulkan agar gaji yang besar tersebut dialokasikan untuk kebutuhan rakyat.

Bahkan Partai PDIP, di mana KD bernaung waktu ini, merespons dengan meminta KD untuk meminta maaf atas pernyataannya tersebut.

Waktu itu saya melihat dari sisi yang positif, saya mengapresiasi keberaniannya KD untuk membuka informasi terkait gaji anggota DPR, mengingat tidak semua anggota DPR bersedia transparan mengenai hal tersebut, apalagi terbuka soal kinerja mereka.

Politik gaya lama yang seringkali menutup-nutupi intrik dan kepentingan sempit mesti ditinggalkan. Ketika politik menjadi tertutup dan disembunyikan, hal ini akan mengakibatkan korupsi dalam politik itu sendiri.

Kepentingan publik mesti dibuka, blak-blak, apa adanya, jangan ada apanya. Semua masalah yang terkait dengan kepentingan publik harus diperdebatkan, ditentukan, dan dipertanggungjawabkan secara terbuka.

Kita berharap, tujuan para artis melenggang ke gedung parlemen bisa melampaui gaya "politisi lama" dan menjadi "politisi baru" dengan memfokuskan pada membangun kualitas, kapabilitas, kecerdasan, dan kreativitas untuk mencapai tujuan-tujuan politik yang melayani publik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun