Mohon tunggu...
Hen Ajo Leda
Hen Ajo Leda Mohon Tunggu... Buruh - pengajar dan pegiat literasi, sekaligus seorang buruh tani separuh hati

menulis dan bercerita tentang segala hal, yang ringan-ringan saja

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jual Pangan demi Pangan: Cerita dari NTT

21 Februari 2024   22:19 Diperbarui: 22 Februari 2024   13:55 363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Biji jagung kering dijual di Pasar Betun di Kabupaten Malaka, Nusa Tenggara Timur, Jumat (20/1/2023) petang. Banyak masyarakat di daerah itu menjadi jagung sebagai makanan pokok mereka. (KOMPAS/FRANSISKUS PATI HERIN)

Selain itu, aspek infrastruktur dan aksesibilitas juga memainkan peran penting dalam dinamika krisis pangan ini. Meskipun produksi pangan lokal melimpah, tantangan dalam distribusi dan aksesibilitas menuju wilayah pedesaan seringkali menjadi hambatan bagi masyarakat untuk memperoleh pangan yang cukup. Akibatnya, ketika terjadi krisis seperti ini, masyarakat cenderung mencari solusi yang paling mudah dan cepat, meskipun itu dengan menjual sumber daya pangan lokal yang seharusnya mereka konsumsi sendiri.

Untuk mengatasi krisis pangan yang sedang terjadi di NTT, diperlukan pendekatan yang komprehensif yang tidak hanya melibatkan aspek ekonomi dan logistik, tetapi juga melibatkan pendekatan budaya dan sosial. Penting untuk mempromosikan nilai-nilai keberagaman pangan dan mengedukasi masyarakat tentang pentingnya memanfaatkan sumber daya lokal yang ada.

Selain itu, diperlukan investasi dalam infrastruktur dan aksesibilitas yang memadai untuk memastikan distribusi pangan yang lancar ke seluruh wilayah, terutama wilayah pedesaan yang seringkali terpinggirkan. Langkah-langkah ini harus didukung oleh kebijakan yang mempromosikan produksi dan konsumsi pangan lokal, serta memberikan insentif bagi petani dan produsen lokal untuk terus mengembangkan dan memasarkan produk pangan lokal mereka.

Dalam jangka panjang, penyelesaian krisis pangan di NTT membutuhkan transformasi lebih luas dalam pola konsumsi dan kebiasaan masyarakat, serta investasi yang berkelanjutan dalam pembangunan infrastruktur dan peningkatan aksesibilitas. Hanya dengan pendekatan yang holistik dan berkelanjutan, kita dapat mengatasi tidak hanya krisis pangan yang terjadi saat ini, tetapi juga membangun fondasi yang kokoh untuk ketahanan pangan yang berkelanjutan di masa depan. Orang NTT jangan malu makan pangan lokal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun