Indonesia akan segera memasuki fase krusial dalam perjalanan demokrasinya, dengan pemilihan Presiden, Wakil Presiden, dan anggota legislatif di berbagai tingkatan pemerintahan. Momentum ini menjadi pilar penting dalam menentukan arah negara untuk lima tahun ke depan.
Perhelatan demokrasi mencerminkan aspirasi masyarakat akan masa depan yang lebih baik, di mana pemimpin yang dipilih diharapkan mampu memimpin negara dengan kebijakan yang tepat.
Namun, di balik proses demokrasi ini, diperlukan juga pemahaman yang lebih mendalam serta diskusi yang lebih luas mengenai tantangan-tantangan serius yang dihadapi oleh Indonesia dalam berbagai bidang yang krusial.
Salah satu tantangan utama adalah peningkatan emisi gas rumah kaca yang menyebabkan perubahan iklim, berdampak pada ketersediaan lahan, kesehatan, kemiskinan, dan keamanan pangan. Hal ini membawa Indonesia ke dalam situasi masalah yang kompleks, mengancam keberlanjutan dan kesejahteraan masyarakatnya.
Energi merupakan elemen kunci dalam berbagai aktivitas manusia, mulai dari industri, pembangkit listrik, hingga pertanian dan transportasi. Namun, sebagian besar aktivitas ini masih menggunakan energi dari bahan bakar fosil, yang berkontribusi pada peningkatan emisi gas rumah kaca.
Data dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menunjukkan bahwa suhu bumi telah meningkat secara signifikan dalam beberapa dekade terakhir. Proyeksi masa depan menunjukkan ancaman serius terhadap keberlanjutan hidup manusia, termasuk masalah kekeringan yang semakin meluas dan krisis pangan.
Deforestasi juga menjadi masalah serius di Indonesia, terutama karena perambahan hutan untuk keperluan pertanian dan industri. Hilangnya tutupan lahan dan fungsi hutan mengakibatkan penurunan kemampuan alami hutan dalam menyerap karbon, berkontribusi pada peningkatan emisi CO2 global.
Proyek-proyek nasional seperti Food Estate, meskipun dianggap sebagai upaya strategis untuk memajukan sektor pertanian, juga mendapat kritik karena berkontribusi pada deforestasi dan perubahan iklim. Hal ini menciptakan ketegangan antara pembangunan dan pelestarian alam.
Di samping itu, masalah kemiskinan dan ketimpangan terus menjadi momok bagi Indonesia, terutama di daerah pedesaan dan perkotaan. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa tingkat kemiskinan masih cukup tinggi, sementara kesenjangan antara kaya dan miskin semakin melebar.
Korupsi menjadi hambatan utama dalam kemajuan negara. Selain merugikan keuangan negara, korupsi juga menghambat investasi dan pertumbuhan ekonomi yang inklusif. Sistem oligarki kapitalistik yang melibatkan elite politik dan bisnis menjadi penyebab utama masalah ini.
Semua masalah ini merongrong kemampuan masyarakat Indonesia untuk meraih imajinasi tentang masa depan yang lebih baik. Oleh karena itu, pada pemilihan tanggal 14 Februari mendatang, penting bagi Indonesia untuk memilih pemimpin yang memiliki visi jangka panjang, komitmen yang kuat, dan strategi yang jelas untuk mengatasi tantangan-tantangan ini.
Indonesia membutuhkan pemimpin yang mampu melakukan reformasi struktural secara fundamental, melindungi kepentingan rakyat, dan mengatasi permasalahan yang ada dengan langkah-langkah yang terukur. Hanya dengan demikian, Indonesia dapat mewujudkan impian menjadi negara yang makmur dan adil, bukan negara yang dipenuhi kecemasan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H