Mohon tunggu...
Hen Ajo Leda
Hen Ajo Leda Mohon Tunggu... Buruh - pengajar dan pegiat literasi, sekaligus seorang buruh tani separuh hati

menulis dan bercerita tentang segala hal, yang ringan-ringan saja

Selanjutnya

Tutup

Politik

Perjuangan Kesetaraan Perempuan dalam Politik

8 November 2023   23:29 Diperbarui: 8 November 2023   23:39 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Diskriminasi ataupeminggiran politik terhadap perempuan menjadi PR yang tidak mudah diselesaikan. Kondisi yang demikian itu bukan berarti bahwa peluang untuk sejajar dengan laki-laki dalam kiprah perpolitikan adalah tidak mungkin. Perjuangan harus ada yang paling penting perempuan harus berani maju dan tampil menunjukan eksistensinya, tanpa mengharapkan pamrih dari kaum laki-laki.

Belajar Dari Sejarah

Sejarah Bangsa Indonesia mencatat, bahwa perempuan pernah memegang peranan penting dalam merebut kemerdekaan. Perempuan, tidak hanya menjadi bunga revolusi, namun pelaku dari revolusi itu sendiri, subyek dari perubahan. Tokoh perjuangan nasional laki-laki yang demikian serius membicarakan soal perempuan, adalah Bung Karno. Dialah tokoh laki-laki yang amat sensitif dan visioner melihat kekuatan perempuan dalam perjuangan nasional. Dia pula tokoh laki-laki yang yakin bahwa perempuan Indonesia sanggup berdiri dan duduk sejajar dengan laki-laki dalam alam kebebasan Indonesia dari kolonisasi asing.

Selain itu ada pula tokoh wanita yang tidak kalah pentingnya memperjuangkan kepentingan kaum perempuan yakni R. A Kartini, yang berani membuat gerakan dalam bidang pendidikan. Salah satu strateginya adalah dengan membentuk kursus wanita. Hal ini merupakan terobosan besar untuk mendidik kalangan perempuan dengan membekali pengetahuan, keterampilan, dan sikap pergerakan mereka secara mendalam. Ini suatu misi besar perjuangan. Program seperti itu sungguh patut ditiru dan diteruskan saat ini agar kesetaraan dapat tercapai.

Perempuan masa kini patut belajar dari sejarah. Sejarah perjuangan perempuan yang pernah maju dan progresif. Perempuan masa kini patut mengadopsi strategi perjuangan dan menerapkannya dalam praktek kehidupan saat ini. Setiap perubahan pasti akan terjadi, dan hanya kekuatan perempuan yang mampu mendobraknya. Mendobrak sebuah tatanan social yang terlanjur mengakar kuat tidaklah mudah. Ia membutuhkan kesabaran revolusioner, ketelitian, kesanggupan dan militansi tiada batas. Itulah yang dibutuhkan bagi gerakan perempuan saat ini dalam menyuguhkan perubahan.

Di ruang demokrasi yang kini terbuka, sebenarnya tidak ada lagi hambatan untuk terus berani membangun organisasi-organisasi perempuan yang dinamis, berani mengisi imunisi-imunisi (kapasitas intelektual) atau terlibat dalam aktifitas-aktifitas yang bermanfaat lainnya. 

Perempuan harus berani membebaskan diri dari egoisme kekuasaan patriarki yang lalim, keluar dari hegemoni budaya yang hanya menjadikan perempuan sebagai hiasan di dalam rumahnya yang sempit, sesekali ia keluar dari ranah publik hanya sebagai pendukung suami, bersaing menjadi juru masak terbaik di setiap lomba memasak di momentum hari Kartini. Berani memperjuangkan kesetaraan yang terkubur oleh kuasa patriarki berabad-abad lamanya.

Diakhir tulisan ini penulis menyuguhkan pandangan Bung Karno tentang hubungan saling melengkapi antara perempuan dan laki-laki: 

"Cara kitamenggambarkan sila perikemanusiaan adalah di atas perisai yang dikalungkan kepada lehernya Garuda Indonesia, adalah rantai yang bergelang-gelang tiada putus-putusnya, persegi bundar-persegi bundar. Sebagai lambang tiada putus-putusnya perhubungan antara perempuan dan laki-laki. Persegi lambang perempuan, bundar lambang laki-laki. Demikian juga bendera kita merah putih, bukan sekadar merah lambang keberanian, putih lambang kesucian. Merah-Putih juga adalah lambang terjadinya manusia, sebagaimana surya dan candra, di mana matahari dilambngkan dengan warna merah dan bulan warna putih, demikian juga merah adalah lambang perempuan dan putih adalah lambang laki-laki."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun