Tujuan saya mengunggah opini saya berupa tulisan dengan judul Kausalitas Kurikulum dengan Beban sebenarnya untuk membagikan beberapa peraturan sekolah yang menjadi "masalah" bagi saya sebagai seorang siswa.
Jika kamu yang membaca ini (sama seperti saya) duduk di bangku sekolah, baik SMA, SMP, atau bahkan SD, saya yakin ada kemungkinan 50% kamu merasa pergi ke sekolah itu adalah beban.
Beban di sini bukan berupa guru yang galak, materi yang sulit, PR dan tugas menumpuk, atau saingan yang banyak, melainkan beban bahwa kamu harus membawa sekitar 1-3 kilogram buku setiap harinya ke sekolah. Ini termasuk beban fisik. Terutama bagi yang berangkat sekolah dengan berjalan kaki.
Atau mungkin kamu berpikir, "Kenapa perlu dipusingin? Kan ada angkutan umum, bahkan ada ojol yang bisa di-call kapan aja."
Atau, "Di sekolah kan ada loker, tempat nyimpan buku-buku cetak, kenapa harus capek-capek membawanya bolak-balik sekolah-rumah?"
Tapi, dari sekian banyak pelajar sekolah di Indonesia, hampir tak sampai 50 persennya menggunakan fasilitas kendaraan untuk berangkat ke sekolah, juga tak semua sekolah menyediakan fasilitas loker seperti di drama-drama Korea. Dan yang menjadi titik permasalahannya mengena terhadap beberapa hal ini.
1. Beban di Punggung Membuat Badan Pegal
Kamu perlu terbiasa dengan yang namanya pegal untuk dapat merasa tidak terganggu akan nyerinya.
Bayangkan, pagi-pagi kamu berangkat ke sekolah, dengan berjalan kaki, menggendong tas berisi banyak buku yang kalau-kalau ditimbang beratnya menyetarai tabung gas LPG hijau. Lalu di sekolah, otakmu dikuras habis oleh pelajaran. Dan pulangnya, kamu harus kembali menggendong-gendong buku tersebut. Terus seperti itu setiap hari, apa postur tubuhmu akan tetap tegap? Apa impianmu untuk memiliki tubuh ideal akan terwujud?
2. Bawa Buku Banyak, Tetapi Tidak Dimanfaatkan
Paham pentingnya literasi menurun. Ditambah kecanggihan teknologi, membuat masyarakat lebih memilih buku elektronik daripada buku fisik. Tidak perlu jauh-jauh untuk membuktikannya, lihat saja perpustakaan di sekolahmu, apakah hampir seluruh siswa sudah pernah menghabiskan waktu istirahat untuk membaca buku di sana.
Sama seperti ketika kamu harus membawa buku-buku tebal setiap hari ke sekolah, namun guru bidang studinya malah tidak masuk dikarenakan alasan tertentu. Rugi, bukan?
Atau tugasmu hanya sebatas membawa buku-buku tersebut, namun tidak membacanya sama sekali kecuali saat belajar. Sayang sekali, bukan?
3. Buku Tebal Malah Meningkatkan Risiko Malas
Harus dipahami, bahwa peraturan tidak akan dapat memukul rata punggung semua siswa. Siswa yang malas akan semakin malas membawa-bawa buku tebal, apalagi membacanya.
4. Keberatan di Punggung dapat Menyebabkan Bungkuk
Saya tidak tahu entah kamu pernah mengalaminya. Tapi bagi saya yang hampir setiap hari harus seperti kuda membawa buku-buku tebal, merasa tulang belakang saya bungkuk. Dan saya harus membiasakan diri untuk menegapkan tubuh tiap kali berdiri maupun duduk. Karena tak seorangpun menginginkan bentuk tubuh yang tidak proporsional.
Opini saya di atas hanya sebagian dari yang saya alami selama ini. Entah kamu pro atau kontra, saya sebagai siswa hanya ingin membagikan kekurangan atau kelemahan kurikulum saat ini yang amat merugikan menurut saya.
Sebaiknya, aturlah buku-buku terpenting yang kamu harus bawa dalam satu hari ke sekolah, dan usahakan untuk berjalan tegap, duduk tegap, berdiri tegap, untuk mencegah kebungkukan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H