PRAKTIKUM KINETIKA DAN KESETIMBANGAN KIMIA
NAMA : HEMA MALINI
NIM : 4222431005
KELOMPOK : V (LIMA)Â
PRODI : S1 - PENDIDIKAN KIMIA
ASLAB : AGNES FLORIDA PATRICIA SIREGAR & NIA PRATIWI SIREGAR
I. JUDUL PRAKTIKUM : DISTRIBUSI SOLUT ANTARA DUA PELARUT TAK BERCAMPUR
II. TUJUAN PRAKTIKUM :
1. Mempelajari distribusi senyawa organik diantara dua pelarut yang tidak bercampur.Â
2. Mempelajari cara mengidentifikasi lapisan organik diantara dua pelarut yang tidak bercampur.
III. TINJAUAN TEORITIS :
Dalam kimia, larutan adalah campuran homogen yang terdiri dari dua zat atau lebih. Zat yang jumlahnya lebih sedikit di dalam larutan disebut (zat) terlarut atau solut, sedangkan zat yang jumlahnya lebih banyak daripada zat-zat lain dalam larutan disebut pelarut atau solven. Komposisi zat terlarut dan pelarut dalam larutan dinyatakan dalam konsentrasi larutan, sedangkan proses pencampuran zat terlarut dan pelarut membentuk larutan disebut pelarutan atau solvasi. Bila ke dalam dua pelarut yang tidak saling bercampur dimasukkan solute yang dapat larut dalam kedua pelarut tersebut, maka akan terjadi pembagian solut dengan perbandingan tertentu, hal ini sesuai menurut hukum distribusi Nernst. Kedua pelarut tersebut umumnya pelarut organik dan air. Dalam praktek solut akan terdistribusi dengan sendirinya ke dalam dua pelarut tersebut setelah dikocok dan dibiarkan terpisah. Perbandingan konsentrasi solut di dalam kedua pelarut tersebut tetap dan merupakan suatu tetapan pada suhu tetap. Tetapan tersebut disebut tetapan distribusi atau koefisien (Malau dan Asep, 2021).
Nernst pertama kalinya memberi pernyataan yang jelas mengenai hukum distribusi ketika tahun 1891, ia menunjukkan bahwa suatu zat terlarut akan membagi dirinya antara dua cairan yang tidak dapat bercampur sedemikian rupa sehingga angka banding konsentrasi pada kesetimbangan adalah konstanta pada suatu temperature tertentu. Menurut hukum distribusi Nernst, bila ke dalam dua pelarut yang tidak saling bercampur dimasukkan solute yang dapat larut dalam kedua pelarut tersebut maka akan terjadi pembagian kelarutan (Mishra, 2021).Â
Ekstraksi pelarut atau sering disebut juga ekstraksi air merupakan metode pemisahan atau pengambilan zat terlarut dala m larutan (biasanya dalam air) dengan menggunakan pelarut lain (biasanya organik). Ekstraksi pelarut menyangkut distribusi suatu zat terlarut (solute) di antara dua fasa cair yang tidak saling bercampur. Teknik ekstraksi sangat berguna untuk pemisahan secara cepat dan "bersih" baik untuk zat organik maupun zat anorganik. Cara ini juga dapat digunakan untuk analisis makro maupun mikro. Selain untuk kepentingan analisis kimia, ekstraksi juga banyak digunakan untuk pekerjaan-pekerjaan preparatif dalam bidang kimia organik, biokimia dan anorganik di laboratorium. Alat yang digunakan dapat berupa corong pemisah (paling sederhana), alat ekstraksi soxhlet sampai yang paling rumit berupa alat "Counter Current Craig" (Willian dan Hilfi, 2022).
IV. ALAT DAN BAHAN :
Alat-alat yang digunakan :
1. Corong pisah 250 mL 3 buah
2. Erlenmeyer 250 mL 3 buah
3. Buret 50 mL 2 buah
4. Pipet ukur 10 mL 2 buah
5. Labu ukur 50 mL 2 buah
Bahan-bahan yang digunakan :
1. Asam asetat 1 M
2. Petroleum eter
3. NaOH 0,5 M
4. Indikator phenolptalein
V. PROSEDUR :
1. Buat masing-masing 50 mL larutan asam asetat dengan konsentrasi 1 M ; 0,8 M ;0,6
M ;0,4 M; dan 0,2 M
2. Masing-masing larutan diambil 25 mL , masukkan kedalam corong pisah, sisanya 10
mL dimasukkan kedalam erlenmeyer untuk dititrasi dengan larutan standar NaOH 0,5
M sehingga dapat diketahui konsentrasi asam asetat yang sesungguhnya. Titrasi ini
dilakukan dua kali.
3. Larutan asam asetat dalam corong pisah ditambah 25 mL eter kemudian dikocok
sampai terjadi kesetimbangan selama 10 menit. Kemudian dibiarkan sampai terjadi
pemisahan yang jelas antara air dan eter. Lapisan air dipisahkan kemudian diambil 10
mL dititrasi dengan larutan NaOH 0,5 M sehingga dapat diketahu konsentrasi dalam
air setelah kesetimbangan.
4. Percobaan ini dilakukan untuk setiap konsentrasi asam asetat yang berbeda seperti
yang dilakukan pada tahap 2 dan 3.
VI. PEMBAHASAN :
Menurut hukum distribusi Nerst, bila ke dalam kedua pelarut yang tidak saling bercampur dimasukkan solut yang dapat larut dalam kedua pelarut tersebut maka akan terjadi pembagian kelarutan. Kedua pelarut tersebut umumnya pelarut organik dan air.Dalam praktek solutakan terdistribusi dengan sendirinya ke dalam dua pelarut tersebut setelah di kocok dan dibiarkan terpisah.Perbandingan konsentrasi solut di dalam kedua pelarut tersebut tetap, dan merupakan suatu tetapan pada suhu tetap. Tetapan tersebut disebut tetapan distribusi atau koefisien distribusi.
Langkah pertama asam asetat dititrasi dengan NaOH 0,5 N menggunakan indikator pp sampai berubah warna dari bening menjadi merah muda. Titrasi ini bertujuan untuk mengetahui berapa besar massa asam asetat total yang akan terdistribusi pada pelarut organik dan air. Langkah berikutnya, asam asetat diekstraksi dengan mencampurkan pada pelarut organik seperti Petrolium. Ketika dimasukkan ke dalam corong pisah, kedua fasa tersebut tidak saling campur. Campuran ini kemudian dikocok beberapa menit, sehingga mengakibatkan terjadinya distribusi asam asetat ke dalam fasa organik dan fasa air. Fungsi pengocokan disini untuk membesar luas permukaan untuk membantu proses distribusi asam asetat pada kedua fasa.
Setelah tercapai kesetimbangan pada corong pisah, campuran kemudian didiamkan dan terbentuk dua lapisan. Pada pelarut Petrolium eter, asam asetat yang larut dalam air akan berada di lapisan bawah, sedangkan larutan asam asetat yang larut dalam pelarut Petrolium eter berada pada lapisan atas. Hal ini terjadi karena perbedaan berat jenis pelarut organik dengan berat jenis air. Larutan asam asetat yang larut dalam air (lapisan airnya) diambil, kemudian dititrasi dengan NaOH 0,5 N dan indikator pp. Pada titik akhir titrasi terjadi perubahan warna dari bening menjadi merah muda. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
CH3COOH + NaOH → CH3COONa + H₂O
Petrolium eter tidak dapat bercampur karena berbeda kepolarannya, dan juga berat jenis air lebih besar dibandingkan petrolium eter, itu sebabnya air berada dibawah dan petrolium eter berada diatas pada saat didalam corong pisah.
VII. KESIMPULAN :
Adapun kesimpulan yang diperoleh dari percoban ini yaitu :
1. Distribusi senyawa organik pada dua pelarut yang tidak bercampur dapat diketahui dengan melihat nilai K atau koefisien distribusi dari hasil yang diperoleh pada saat melakukan percobaan. Zat terlarut atau zat yang dipisahkan terdistribusi diantara kedua lapisan yaitu lapisan organik dan lapisan akuades.
2. Cara mengidentifikasi lapisan organik diantara dua pelarut yang tidak bercampur dapat dilakukan dengan melihat perbedaan kepolaran antara kedua zat, hal ini dikarenakan perbedaan kepolaran yang membuat kedua zat tersebut tidak dapat bercampur. Perbedaan massa jenis kedua zat juga yang menentukan lapisan mana yang berada di bagian atas maupun di bagian bawah. Massa jenis yang lebih kecil akan berada di bagian lapisan atas karena semakin besar massa jenisnya maka akan semakin besar massa setiap volumenya, begitu juga Sebaliknya.Â
VIII. DAFTAR PUSTAKA :
Malau, Nur Aisha dan Asep Wahyu Nugraha. (2021). Study Of Energy And Structure On Intermolecular Interactions In Organic Solvents Using Computational Chemistry Method. Indonesian Journal of Chemical Science and Technology. 2(4) 79-84.
Mishra, Shif Prakash. (2021). BUFFER SOLUTION BEHAVIOUR ON SOLUBILITY AND DISTRIBUTION COEFFICIENT OF BENZOIC ACID BETWEEN TWO IMMISCIBLE LIQUIDS. International Journal of Advanced Research. 9(06) 187-192.
Willian, Nancy dan Hilfi Pardi. (2022). Buku Ajar
PEMISAHAN KIMIASebuah Pengantar Pada Aspek Kemaritiman. Tanjungpinang : UMRAH Press.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H