Mohon tunggu...
Yuki Anggia Putri
Yuki Anggia Putri Mohon Tunggu... -

Travel Enthusiast.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Dari Samosir Hingga Islandia, Tetap Kreatif dengan Kayu Putih Aroma

21 November 2017   13:12 Diperbarui: 21 November 2017   15:40 489
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berinteraksi dengan warga lokal penting dilakukan jurnalis.

Perempuan selalu ingin tampil beda. Selalu ingin menunjukkan sisi terbaik di hadapan semua orang. Paling tidak itu yang saya rasakan. Dan tampil beda bukan berarti hanya untuk tampilan fisik semata. Dalam hal pekerjaan pun demikian. Selama ini saya terlalu asyik menikmati pekerjaan sebagai editor buku di kantor yang nyaman, dengan suasana dan rekan kerja yang mengasyikkan.

Saya terlena dan akhirnya menyadari bahwa saya hanya berjalan di tempat. Makin lama kreativitas makin mampet. Di situlah saya sadar bahwa kreativitas harus dipupuk agar berkembang. Ini saatnya meninggalkan zona nyaman. Saya harus mengasah diri dengan keahlian baru, dan saya mengambil peluang melamar pekerjaan sebagai jurnalis perjalanan. Seorang penulis yang berkecimpung di dunia pariwisata.

Dua hal yang membuat saya berani menempuh jalur baru. Kecintaan terhadap dunia tulis-menulis dan pariwisata.

Banyak orang mengira pekerjaan jurnalistik hanya cocok bagi laki-laki. Mungkin demikian umumnya. Tapi, saya perempuan dan saya mampu, kok. Dengan jam kerja lebih banyak di luar kantor, berkeliling dari satu destinasi ke destinasi lainnya di Indonesia untuk mencari bahan tulisan, saya dituntut memiliki kreativitas dan stamina tinggi.

Kawan-kawan yang tak tahu seluk beluk pekerjaan saya berkomentar, "Enak, ya, jalan-jalan terus dan digaji pula."

Mereka tidak tahu saya harus menggotong koper atau tas besar dan lebih sering mondar-mandir di bandara daripada di rumah. Mereka tidak tahu bagaimana rasanya menginjak tempat yang asing dan terpencil, yang terkadang tak selalu menyambut terbuka seorang jurnalis yang datang tiba-tiba menenteng kamera.

Saya juga bisa kelelahan dan mendadak sakit dalam perjalanan.

kpa-7-5a128bcf3c2c7522f24c5012.jpg
kpa-7-5a128bcf3c2c7522f24c5012.jpg
Di saat itulah saya merasa butuh pelipur lara. Dan selama ini teman hati dan pembangkit energi saya apalagi kalau bukan Kayu Putih Aroma dari Cap Lang. Berfungsi sebagai aromaterapi, wangi Lavender yang ditawarkan produk ini dapat menenangkan sekaligus menghangatkan diri saya secara instan.

"Lavender? Kok, bisa minyak kayu putih jadi wangi bunga?"

Bisa banget, dong. Bukan hanya Lavender, berkat inovasi luar biasa dari Cap Lang, ada juga Kayu Putih Aroma dengan wangi Rose.

Kalau bicara soal minyak kayu putih, kebiasaan memakainya sudah diwariskan oleh orang tua sejak saya kecil. Dari kanak-kanak saya memiliki alergi terhadap parfum dan wangi-wangian mencolok, kulit saya bisa langsung merah-merah dan saya akan bersin-bersin hingga mengalami pilek dan pusing berkepanjangan. Sering kali tiap bepergian saya tiba-tiba sakit karena mencium parfum orang lain yang menyengat, di saat itulah ibu saya akan mengoleskan minyak kayu putih di leher saya untuk melegakan pernapasan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun