Tema : Benda
Oleh : Helny Untu
Langit senja di kaki Gunung Lokon terlihat indah dengan semburat merahnya. Udara sejuk mulai bertiup sedikit kencang. Mengacak rambut hitam lembut kepala Mey.Â
Gadis itu mematung dengan tangan mendekap sesuatu. Netranya tidak lepas menatap kendaraan beroda empat yang hampir berbelok di ujung jalan.Â
Kendaraan yang hampir sebulan ini tidak alpa mengunjungi dan memberikan secercah kebahagiaan ketika reuni bersama teman angkatan SMA.Â
Teman yang selama ini dicari dan dirindukannya.
Rasa yang sama membuat senyum mengulas di bibir pria itu. Pandangannya hampir tidak lepas dari kaca spion. Binar cinta begitu nyata di manik matanya saat menangkap sosok Mey.Â
Cinta pertama yang akhirnya tersampaikan. Gayung bersambut ketika Mey dengan wajah merona, menganggukkan kepala menerima lamaran cintanya. Â
Tanpa sadar ia melirik dan meraih surat yang berisi isi hati dan cincin balasan Mey tiga tahun lalu. Surat yang nyaris tidak sampai karena rasa takut ditolak membuatnya menghindari Mey.
###
Seminggu berlalu ketika Mey meletakkan surat cintanya dengan Jeiven berdampingan. Surat berisi cincin itu terlihat kusut di atas pualam yang berkilat.Â
Binar cinta berpendar sendu melalui lentik dan panjang bulu matanya. Pecahan kaca menganak sungai ketika netra itu mengatup.Â
"Aku merindukanmu, Jei,"isaknya pedih.
 Menggetarkan bahu mungilnya. Membasahi kedua surat.Â
Semburat merah dari surat miliknya menjadi saksi bisu saat kendaraan Jei ditabrak truk bermuatan semen di tikungan jalan.
Manado, 03 April 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H