Mohon tunggu...
Helmy Wicaksono S.
Helmy Wicaksono S. Mohon Tunggu... -

write to learn..

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Badminton, Identitas Indonesia

14 Juni 2012   15:42 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:59 1319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13396992231787733164

[caption id="attachment_194685" align="aligncenter" width="280" caption="Ilustrasi/ Admin (tribunnews.com)"][/caption]

“Badminton dimana-mana..

Di kota dan di desa...”

Itulah sepenggal lirik lagu berjudul badminton yang saya lupa siapa penyanyinya. Badminton, atau bulutangkis adalah sebuah olahraga yang cukup digemari di negara kita, Indonesia. Dari mulai anak kecil hingga dewasa, laki-laki maupun perempuan dari semua kalangan menyukai olahraga yang satu ini. Memang badminton adalah olahraga yang “universal”, maksudnya bukan merupakan olahraga yang identik dengan jenis kelamin, seperti sepakbola. Kepopuleran bulutangkis di Indonesia, mungkin hanya kalah dari sepak bola.

Cara bermainnya pun cukup mudah, saya rasa hampir semua orang mengerti bagaimana memainkan olahraga ini. Tidak punya raket? Manusia Indonesia cukup kreatif. Sering saya melihat orang yang menggunakan papan kayu yang dibentuk sedemikian rupa, sebagai pengganti raket. Unik, bukan? Saya rasa hal seperti itu hanya ada di Indonesia. Untuk memainkannya juga tidak perlu di lapangan yang sesungguhnya. Di jalan depan rumah atau lahan kosong dimanapun itu, bisa digunakan sebagai arena pertandingan.

Sebagai olahraga yang cukup digemari, Indonesia memiliki banyak atlet yang berprestasi di tingkat dunia. Pernah dengar nama Liem Swie King, Christian Hadinata, Susi Susanti, atau Hendrawan? Mereka-mereka adalah legenda-legenda atlet badminton di Indonesia. Tentunya masih banyak juga legenda yang lain. Di era sekarang, nama-nama seperti Taufik Hidayat, Soni Dwi Kuncoro, Liliyana Natsir ataupun Adriyanti Firdasari juga tidak kalah populer di telinga masyarakat.

Prestasi Indonesia di tingkat perbulutangkisan internasional patut dibanggakan. Entah kategori perorangan maupun beregu banyak menyumbang keping-keping medali bagi negeri ini. Tak heran nama Indonesia merupakan salah satu negara yang difavoritkan menjadi juara dalam setiap turnamen yang diikuti. Indonesia hanya kalah dari Cina yang memang sangat superior dalam beberapa tahun terakhir.

Kiprah Indonesia di turnamen bulutangkis Internasional dapat membuat kita bangga. Pada olimpiade 1992 di Barcelona, Romeo dan Juliet bulutangkis Indonesia, Alan Budi Kusuma dan Susi Susanti berhasil meraih medali emas di kategori tunggal putra dan putri. Luar biasa. Di olimpiade 2004 Athena, giliran Taufik Hidayat yang berdiri di podium tertinggi tunggal putra. Selain prestasi mereka, banyak lagi piala, medali yang berhasil didapatkan oleh atlet-atlet Indonesia. Rudi Hartono, salah satu pebulutangkis terbaik yang dimiliki Indonesia, merupakan juara All England terbanyak sepanjang sejarah. Di kelas beregu, prestasi Indonesia diantaranya adalah juara piala Thomas 13 kali dan 3 kali untuk piala uber.

Yang terbaru adalah prestasi Sony Dwi Kuncoro yanb berhasil menjuarai Thailand Open. Yang lebih membanggakan, Sony juara setelah mengalahkan Lin Dan, pebulutangkis nomor dua dunia. Di final ia mengalahkan petenis Cina lainnya, Chen Yuekun.

Identitas

Kadang saya melihat badminton seolah menjadi anak tiri olahraga Indonesia. Antusiasme masyarakat terhadap bulutangkis tidak sebesar sepak bola. Apabila tim nasional kita bertanding, bisa dipastikan stadion akan penuh walaupun itu hanya sebuah pertandingan uji coba ataupun penyisihan. Stasiun televisi ramai membicarakan dan bersaing untuk mendapatkan hak siar. Semua orang selalu berusaha menyaksikan pertandingannya. Hal ini tidak terjadi di bulutangkis. Apabila ada turnamen yang melibatkan Indonesia, stasiun televisi hanya menyiarkan pertandingan semifinal atau finalnya saja. Sementara untuk babak penyisihan dan kualifikasi sering tidak ditayangkan. Ironis.

Ekspose media terhadap bulutangkis juga tidak sebesar sepakbola. Pemberitaan yang ada terkesan biasa saja. Bahkan perlakuan elit politikpun cenderung “menganaktirikan” bulutangkis. Masih ingat kejadian saat Aburizal Bakrie mengajak pemain dan staff tim nasional Indonesia makan bersama dan berdoa sebelum final piala AFF 2011? Pernahkah bulutangkis diperlakukan seperti itu? Tidak. Nyatanya percuma. Timnas kita bertekuk lutut di hadapan Malaysia.

Yang terbaru, pemberitaan media terhadap juara yang diraih Sony Dwi Kuncoro dalam turnamen Thailand Open menurut saya kurang wah. Bandingkan dengan pemberitaan media saat Indonesia masuk final AFF Cup 2011. Padahal baru masuk final tetapi pemberitaan di media sangat gencar dan menjadi berita utama, dan bisa menghiasi media hingga dua minggu lamanya. Tetapi berita keberhasilan Sony yang merengkuh gelar juara Thailand Open hanya bertahan beberapa hari.

Dari segi prestasi, bulutangkis Indonesia lebih membanggakan dibandingkan sepakbola. Prestasi sepak bola Indonesia yang terbaik mungkin hanya juara Sea Games 1991. Bandingkan dengan badminton yang bergelimang prestasi internasional. Tak adil rasanya melihat kenyataan bahwa sepakbola lebih diminati masyarakat. Memang sepakbola adalah olahraga paling disukai umat manusia, tetapi tampaknya sepak bola bukanlah identitas Indonesia. Lihatlah Amerika, di negara ini rugby dan basket lebih disukai dibandingkan sepak bola. Dan itulah yang menjadi identitas mereka. Ketika orang menyebut rugby atau basket maka yang terlintas pertama di pikiran adalah Amerika.

Seharusnya Indonesia juga bisa seperti itu. Buat bulutangkis sebagai identitas kita. Buat orang memikirkan Indonesia ketika kata bulutangkis disebut. Karena kenyataannya prestasi bulutangkis Indonesia melebihi sepak bola. Jika Amerika bisa, mengapa kita tidak?

Lewat bulutangkis Indonesia bisa membangun identitasnya. Lewat bulutangkis nama Indonesia semerbak di dunia. Berdiri sejajar dengan negara-negara besar lainnya. Lewat bulutangkislah lagi Indonesia Raya dapat berkumandang di arena internasional. Merah Putih dapat berkibar di pucuk tertinggi tiang kebanggaan. Inilah jati diri Indonesia, identitas Indonesia. Semoga bulutangkis kita semakin jaya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun