Gelaran pesta sepak bola terakbar Eropa, Euro sedang berlangsung di Polandia dan Ukraina. Pesta sepak bola empat tahunan ini merupakan pagelaran ke-14. Euro dibuka pada tanggal 8 Juni 2012 dan final sekaligus upacara penutupan akan dihelat 1 Juli mendatang.
Pesona Euro tidak kalah dengan Piala Dunia. Hal ini dikarenakan Eropa merupakan kiblat sepak bola dunia. Banyaknya tim besar bertabur bintang laangan hijau berkelas dunia merupakan magnet kuat turnamen ini, disamping karena memang sepak bola merupakan olahraga paling populer di muka bumi.
Ajang perebutan tahkta tertinggi sepakbola Eropa ini dipastikan meyedot perhatian dunia. Perhelatan akbar ini diperkirakan disaksikan tak kurang dari 1 milyar penduduk bumi secara langsung, maupun lewat televisi. Tidak sedikit pula suporter yang rela merogoh koceknya dalam-dalam untuk dapat menyaksikan langsung tim idolanya di stadion. Ibarat virus, Piala Eropa menyebarkan demam bagi penggila sepak bola.
Indonesiapun tak luput dari demam Piala Eropa ini. setidaknya ajang ini dapat menjadi hiburan yang murah dan berkualitas bagi masyarakat, di tengah kacaunya situasi negeri ini. Pesta ini milik semua orang. Euro dapat menghilangkan sekat-sekat sosial masyarakat. Seorang lurah, mahasiswa, dan tukang becak dapat duduk dan berteriak bersama di depan layar Euro.
Kurang Beruntung
Bagi seorang mahasiswa yang juga penggemar sepak bola, gelaran Euro kali ini membuat “galau”. Mengapa? Karena gelaran Euro 2012 bertepatan dengan Ujian Akhir Semester (UAS). Memang ada sebagian universitas yang telah menyelesaikan UAS-nya sebelum Euro digelar. Tetapi sebagian yang lain kurang beruntung karena universitasnya menggelar UAS di tengah pagelaran Euro 2012.
Ketidakberuntungan itu dikarenakan letak geografis Indonesia yang memiliki perbedaan waktu sekitar tujuh jam dengan dua host Euro, Polandia dan Ukraina. Jadi apabila kick off pertandingan dilaksanakan pada pukul empat sore, di Indonesia sama dengan pukul sebelas malam. Artinya seorang mahasiswa harus rela begadang jika ingin menyaksikan pertandingan, sementara paginya harus memeras otak menjawab soal ujian.
Ajang empat tahunan ini sayang untuk dilewatkan. Selain karena berlangsung empat tahun sekali, aksi-aksi para gladiator lapangan hijau menjadi faktor penarik lainnya. Tetapi UAS merupakan salah satu aspek penting perkuliahan. UAS biasanya mendapat presentase tertinggi sebagai penentu nilai seorang mahasiswa dalam satu mata kuliah. Apabila nilai UAS jatuh, nilai kumulatif akhir yang diperoleh tentu tidak akan memuaskan.
Mengerjakan ujian setelah semalaman begadang tentu tidak akan memberikan hasil maksimal. Kemampuan konsentrasi akan cepat menurun karena otak kurang istirahat. Belum lagi rasa kantuk yang akan menambah “rintangan” bagi mahasiswa yang semalaman tidak tidur. Walau begitu tetap saja banyak mahasiswa yang rela memelototi layar kaca hingga dini hari demi menyaksikan tim idola berlaga.
Mahasiswa yang menonton Euro hingga pagi tidak bisa disalahkan, juga dibenarkan. Karena di satu sisi menonton Euro adalah hak mereka, sementara di sisi lain mereka punya “kewajiban” untuk mendapatkan hasil maksimal dalam UAS, agar memperoleh nilai kumulatif yang tinggi.
Skala prioritas sangat berguna dalam kasus seperti ini. pilihlah UAS yang lebih penting bagi masa depan kita. Namun penulis mengembalikan pilihan kepada pribadi masing-masing. Seandainya masih bisa fokus dalam ujian setelah menonton Euro, tentu tidak menjadi masalah. Bijak dalam mengambil keputusan mutlak diperlukan. So, apa pilihan Anda?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H