[caption caption="sumber pss-sleman.co.id"][/caption]Ada yang menarik dari perhelatan Bali Island Cup 2016 kali ini. PSS Sleman diundang datang ke turnamen akbar di pulau dewata yang menampilkan tim tim berkelas kasta tertinggi liga Indonesia. Siapa yang tak mengenal Persib Bandung dan Arema, serta Bali United yang diarsiteki pelatih sekelas Indra Sjafri. Lalu mengapa tim sekelas PSS di undang dalam turnamen tersebut ?.
Pertandingan pertama akhirnya digelar antara Persib dan PSS Sleman. Disaksikan pendukung keduanya yang telah jauh jauh datang ke Bali, kedua tim ingin menampilkan yang terbaik. Chants Bobotoh Viking berkumandang sejak menit awal berjalan, sang maung Bandung terus menekan pertahanan PSS Sleman. Barulah memasuki menit ke 20' chants ciri khas pendukung Sleman Brigata Curva Sud terdengar hingga berbunyi nyaring. Namun blunder pemain baru PSSÂ membuat sang Maung Bandung unggul 1 - 0.
Tak mau kalah PSS akhirnya berani keluar dari tekanan dan Mbamba penyerang PSS pun terpaksa dilanggar di kotak terlarang. Wahyu Gunawan sebagai eksekutor akhirnya membawa PSS kembali sejajar dengan Persib. Pertandingan babak pertama boleh dibilang menarik PSS bisa menahan tim sekelas Persib.
Babak kedua bergulir pendukung kedua tim semakin bersemangat. Ya keperkasaan Maung Bandung terlihat pada babak kedua. Namun kisah menarik dimulai dari sini. Baru berjalan beberapa menit Persib sudah unggul 2-1 dari tendangan bebas. Setelah itu goal cantik kembali tercipta dari pemain baru Persib David Laly, 3 - 1 untuk Persib. Yang menarik adalah suara berisik dari sudut tribun Sleman ternyata tidak menurun sedikitpun. Mereka masih tetap bersemangat mengeluarkan chants yang mungkin jarang kita dengar di Liga Indonesia.
Bahkan Persib kembali membuat Ali Barkah (kiper PSS) memungut bola dari gawangnya untuk yang ke 4 kalinya, tribun itu masih saja berisik dan bersemangat. Hingga akhirnya PSS bisa memperkecil ketinggalan menjadi 4 - 2. Fans Sleman mengamuk? ini yang membuat semua orang kagum, mereka masih memberi kehormatan kepada pemain dengan bernyanyi "closing ceremony". Terucap dengan keras kalimat "Sebuah kehormatan mengawalmu pahlawan, untuk selalu berjuang mewujudkan harapan" membuat merinding yang mendegarkanya.
[caption caption="sumber pss-sleman.co.id"]
Dan taukah anda bahwa sebelum pertandingan ini PSS diberi "surat dadakan" dari PSSI. Adalah sebuah larangan pelatih dan assisten pelatih serta beberapa pemain yang tidak boleh tampil karena hukuman kasus "sepak bola gajah". Jadi PSS tampil di turnamen ini tanpa ada pelatih yang memandu di pinggir lapangan. Mari kita berfikir sejenak untuk mengambil pemikiran bijak. Apakah turnamen Bali Island Cup ini digagas PSSI? masuk dalam kalender PSSI?.
Lalu apakah PSSI masih berhak ketika sudah dibekukan oleh menpora bahkan liga tak kunjung mulai sampai sekarang?. Dan apakah kasus sepak bola gajah sudah selesai? ditangani dengan benar? dan yang lebih kita tunggu apa edukasi yang harusnya diberikan PSSI?. Masih ingatkah kita ketika PSSI dibekukan mereka seoalah olah memperjuangkan nasib pemain dan pelatih yang mencari nafkah lewat sepak bola, Nah mengapa turnamen seperti ini bukan atas gagasan PSSI mereka mereka tidak diperkenankan paling tidak mencari sedikit nafkah untuk keluarganya?. Lalu apa yang telah dilakukan PSSI selama ini? adakah peduli dengan tim tim divisi utama?.
Di luar itu semua ada sebuah kisah inspiratif dari Sleman. Cerita tentang semangat sepak bola mereka yang mati matian bisa datang ke Bali. Ada yang sampai jual motor, sepatu kesayangan, atau barang berharga mereka untuk bisa datang ke Bali. Sampai terdengar kabar Brigata Curva Sud ingin menyewa pesawat hercules TNI untuk away ke Bali yang mereka namai dengan #invasibali. Selain itu dari basecamp yang disediakan di Bali mereka harus jalan kaki 1,5 km untuk sampai ke stadion Stadion Kapten I Wayan Dipta.
Mereka melakukan dengan gembira bernyanyi sepanjang perjalanan dengan semangat yang mereka percayai. Di dalam stadion mereka bernyanyi lantang dengan hati mereka apapun kondisi di lapangan. Tidak ada satu kata "rasis" dalam chants mereka. Dikabarkan jumlah mereka bertambah hari demi hari. Ternyata banyak kisah dari mereka seperti kewajiban menghidupi klub dengan membeli ticket, membeli marchendise original, hingga dukungan nyata di kandang maupun luar kandang sangat menarik.
Inilah yang akhirnya menjadi respect dari supporter lain seperti Bobotoh Viking, Aremania, Semeton Dewata menjalin persaudaraan yang hebat diantaranya. Menginspirasi bahwa sepak bola adalah alat pemersatu ketika kita fokus mendukung tim bukan malah mengolok yang lain.