Mohon tunggu...
Mohammad Helman Taofani
Mohammad Helman Taofani Mohon Tunggu... karyawan swasta -

1982 born, happily married... A devout Pearl Jam fans, love to read, listening to music and watching movies. Write occasionally through my online journal. An avid fan of Italian Football. Going to travel sometime. Willing to travel all around the world. Would like to see the world before I die. Considering to live in another country. Obsessed to master at least five different (international) languange. A proud father of Aksara Asa-Madani.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Warrior: Film Laga dengan Tekstur Berbeda

20 April 2012   09:09 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:23 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_172781" align="aligncenter" width="590" caption=""][/caption] Dua bersaudara yang terasing satu sama lain harus bersua di atas matras sebuah kejuaraan Mixed Martial Arts (MMA). Di antara mereka, ada motivasi besar masing-masing untuk menjadi pemenang sembari belajar memberikan maaf dan mengoreksi disfungsi keluarga. Secara singkat, barangkali film Warrior (rilis 9 September 2011/DVD pada 20 Desember 2011) bisa dijelaskan dengan satu paragraf di atas. Ada drama keluarga, lalu juga kisah laga. Tommy (Tom Hardy) dan Brendan (Joel Edgerton), dua bersaudara yang terpisah puluhan tahun, juga harus menghadapi serentetan pertarungan masing-masing sebelum mencapai kulminasi di final grand prix turnamen MMA. Bersetting di Pennsylvania, Warrior menangkap dengan baik gambaran latar orang-orang keturunan Irlandia yang memang gemar bertarung (mengingatkan pada film "The Fighter" yang juga dari wilayah north-eastern). Di antara Tommy dan Brendan hadir sosok Paddy Conlon, ayah yang sekaligus biang kerok semua masalah keluarga. Nick Nolte memerankan Paddy dengan sangat brilian, bisa menggambarkan jelas sisa era "jahiliyah"-nya yang menyebabkan keluarga Conlon tercerai-berai, sekaligus sebagai ayah yang menyesal di usia tua. Ia menjadi sentra gravitasi konflik, sekaligus objek drama dalam film beraura maskulin ini. Semua scene yang melibatkan Nolte memberi sentuhan dengan tekstur berbeda. Skenario yang ditulis sendiri oleh sutradara Gavin O'Connor memaparkan dengan bahasa sederhana dan alur lugas. Tidak banyak durasi terbuang untuk hal-hal yang berpotensi menyeret Warrior menjadi film laga picisan. Ia tetap di koridor konflik keluarga, dengan balutan adegan pertarungan MMA. Anda penggemar film laga juga tak akan kecewa karena, meski tak vulgar, banyak adegan-adegan seru dari pertarungan di dalam kerangkeng. Sebagai film laga/olahraga, mungkin alur dan polanya bisa kita tebak. Tapi yang paling menarik adalah sampai dengan klimaks, kita masih dibawa dengan pertanyaan: "Kepada siapa kita akan berpihak?"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun