[caption id="attachment_172783" align="aligncenter" width="480" caption=""][/caption]
Bila Anda memperhatikan tulisan saya mengenai playlist di RRI tahun lalu, jangan heran bila mayoritas isinya merupakan cover songs. Saya sangat menggemari lagu-lagu daur ulang. Sehingga, tanpa diminta radio sekalipun saya kerap membuat playlist sendiri yang berisi lagu cover. Sebelumnya, apakah definisi lagu cover?
Menurut Wikipedia, istilah cover muncul karena di masa lalu, beberapa musisi sering merendisi karya yang sama sebagai tandingan dari musisi lain. Misalnya lagu yang diciptakan si A, dinyanyikan oleh penyanyi B. Lalu penyanyi C mengeluarkan lagu yang sama (diciptakan oleh A) dengan tujuan untuk menutupi (cover) penyanyi B.
Kini, meski dengan fungsi yang berbeda, lagu daur ulang tetap dinamakan cover. Bentuk istilah lainnya mungkin bermacam-macam. Ada yang menyebutnya versi X, tribut, recycle/daur ulang, dan sebagainya. Poinnya tetap membawakan lagu yang pernah dibawakan musisi lain secara populer. Kata terakhir tetap penting peranannya dalam mendefinisikan cover song, untuk membedakan dari penyanyi yang memang "diberi lagu" oleh sang komposer. Seperti misalnya Bernie Taupin yang acap mempercayakan lagunya dinyanyikan oleh Elton John. Lagu "Pesawatku" yang dinyanyikan Memes tidak bisa dibilang cover karena sang penciptanya, Nugie, tidak membuat versinya sendiri sebelumnya.
Cover song barangkali memang lebih dekat ke terminologi awal yang diusulkan Wikipedia, yakni sebagai versi yang tujuannya "menutup" versi aslinya. Beberapa menggunakan lagu cover sebagai jembatan untuk meraih sukses lebih cepat. Di tangga lagu mainstream barangkali banyak musisi yang menggunakan lagu cover sebagai single andalan untuk meraih atensi. Bila jarak antara lagu asli terlalu jauh, maka bisa jadi pendengar baru tak akan sadar bahwa itu lagu yang sempat beredar di linimasa berbeda.
Oleh karena alasan itu, lagu cover sering menjadi paradoks dalam menakar orisinalitas musisi. Bagi kalangan idealis, beberapa mengharamkan lagu cover dan berkonsentrasi membuat seni musikalitas sendiri.
Bagi sebagian lagi, cover song juga sering digunakan sebagai sarana tributasi. Membuat album cover yang berisi lagu yang mempengaruhi seorang musisi adalah praktek jamak di luar negeri. Di Indonesia, band seperti Boomerang pernah membuat satu album yang berisi full lagu-lagu cover. Mereka membawa God Bless, Duo Kribo, Leo Kristi, Gito Rollies, dan sebagainya ke generasi yang berbeda.
Tak hanya musisi baru membawakan karya lama, sekarang bahkan banyak juga hal sebaliknya. Johnny Cash, musisi dari dekade 1950-an pernah membuat album yang berisi musik-musik baru, antaranya adalah Hurt yang dipopulerkan oleh band 1990-an, Nine Inch Nails. Di sini cover song juga digunakan dengan fungsi yang sama dengan paragraf sebelumnya, yakni sebagai mediasi untuk meraih atensi - dalam hal ini generasi yang berbeda.
Apapun tujuannya, lagu cover memang selalu menarik disimak. Lagu-lagu cover memiliki keuntungan berupa masa. Ada jeda waktu untuk menentukan evaluasi konsep, rendisi, atau perbaikan dari versi asli/sebelumnya. Masa juga membawa lagu cover lebih familiar dengan nuansa musik yang sesuai dengan generasinya. Teknologi bisa membawa perbaikan atau pengenalan ke sound-sound baru yang barangkali cocok dengan suatu lagu lama. Meski demikian, pepatah klasik "tak ada yang seindah aslinya" selalu bisa diterapkan untuk menangkisnya. Selalu ada ruang bagi kita untuk mengapresiasi komposer asli.
Saya sendiri banyak mengenal musisi dari lagu cover yang dibawakan oleh orang lain. Apalagi bila musisi originalnya bisa dikatakan kurang populer. Contohnya adalah bagaimana saya "menemukan" Joan Baez yang diawali dengan mendengarkan lagu "Diamonds and Rust" versi Judas Priest. Kini saya malah banyak menggali karya-karya Baez juga yang sedikit kurang familiar bagi generasi saya.
Saya juga menyambut baik musisi yang mau membawakan lagu cover. Dengan banyak catatan tentunya. Misalnya, lagu yang dibawakan mempunyai kesesuaian baik dari karakter maupun tema. Agak aneh akhir-akhir ini mendengar lagu dari grup Bening dibawakan oleh boyband. Menurut saya, ada mismatch dari sisi karakter dan tema yang memang aslinya diciptakan untuk perempuan. Cover dengan rendisi lintas genre juga cenderung kurang saya suka. Misalnya versi bossa atau lullaby dari beberapa lagu metal. Ada beberapa yang bisa masuk, tapi lebih banyak yang dipaksakan.