Mohon tunggu...
Helma Mardiana
Helma Mardiana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa yang memiliki minat tinggi dalam bahasa Indonesia khususnya dalam kepenulisan.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Ketepatan Berbahasa dalam Diplomasi: Membangun Komunikasi yang Efektif dan Meningkatkan Citra Bangsa

20 Desember 2024   06:14 Diperbarui: 20 Desember 2024   06:14 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Sugiono sebagai Menteri Luar Negeri, belakangan ini menjadi sorotan publik terkait kemampuan pidato bahasa inggrisnya yang dinilai sangat kacau. Hal ini terlihat dalam momen pidatonya di acara Conference on Indonesia Foreign Community (CIFP) 2024. Video pidatonya viral mengundang banyak cibiran dari warganet. Dalam video yang beredar, Sugiono terlihat terbata-bata, dengan penguasaan vocabulary-nya yang terbatas serta pronunciation-nya yang tidak jelas. Tak hanya itu, kemampuan bilingualnya dianggap sangat rendah dan tak memenuhi harapan, mengingat jabatannya sebagai Menteri Luar Negeri yang aktif dalam forum internasional.

Kemampuan berbahasa yang rendah seperti yang terlihat dalam video pidato Sugiono, dapat memicu permasalahan berupa kesalahpahaman dan kegagalan dalam komunikasi, terutama dalam konteks internasional. Bagi pejabat publik, lebih-lebih lagi Menteri Luar Negeri, Bahasa bukan hanya sekedar alat komunikasi, tetapi juga sebagai refleksi kredibilitas dan kualitas seseorang. Pidato atau komunikasi yang dilakukan dengan pengucapan yang tidak jelas dan penggunaan kosakata yang terbatas, dapat menyebabkan terhambatnya penyampaian pesan kepada audiens. Lebih buruknya lagi, dapat menimbulkan kesalahan dalam interpretasi. Oleh karena itu, perlu adanya kesadaran tentang pentingnya  penggunaan bahasa yang tepat dan sesuai dengan kaidah yang telah ditetapkan demi terciptanya komunikasi yang efektif.

Kesadaran intelektual tentang pentingnya ketepatan dalam berbahasa, patut ditumbuhkan melalui edukasi pada khalayak luas. Salah satu cara yang efektif untuk menyampaikan edukasi ini ialah melalui lagu. Lagu sebagai sarana rekreatif sekaligus alternatif media penyampaian pesan yang sangat efektif. Dengan sifatnya yang lebih familiar serta dekat dengan kehidupan sehari-hari, menjadikan lagu lebih mampu menjangkau berbagai kalangan masyarakat.  Melalui langkah ini, diharapkan upaya menumbuhkan kesadaran penggunaan bahasa yang tepat dapat terinternalisasi dengan cara yang menarik dan menyenangkan.

Lagu yang tersusun dari banyaknya elemen tanda yang mendalam, berpotensi besar dalam terciptanya kelancaran penyampaian pesan. Sejalan dengan teori semiotik saussure, elemen-elemen lagu, baik lirik serta instrumennya, memiliki perannya tersendiri yakni sebagai penanda. Penanda yang dimaksud ialah bentuk fisik yang dapat diindrai wujudnya, misalnya komponen kata, frasa serta kalimat  sebagai unsur pembangun lirik, serta melodi dan irama sebagai unsur pembentuk instrumen, keduanya berkolaborasi dalam membangun petanda yaitu pesan serta nilai yang akan disampaikan. Dalam konteks ini,  penanda yang dimaksudkan ialah tentang pentingnya kesadaran berbahasa sesuai norma yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, lagu dipilih sebagai alat yang amat efektif untuk memperkenalkan, mengajarkan, dan memberikan wawasan yang mendalam kepada khalayak ramai tentang hal tersebut.

Adapun alasan-alasan kuat yang mendorong pentingnya dilakukannya menumbuhkan kesadaran akan ketepatan penggunaan bahasa, dapat diketahui melalui video pidato Menteri Luar Negeri yang sempat menjadi sorotan. Hal ini bersinggungan erat dengan teori semiotik De Saussure bahwa penanda (signifier) dan petanda (signified) merupakan satu kesatuan utuh yang tak dapat dipecah. Keduanya harus beriringan untuk memastikan terciptanya komunikasi yang efektif.  Bila salah satu unsur dari keduanya terkendala, maka akan menimbulkan terhambatnya kelancaran dalam penyampaian pesan. 

Dalam konteks video pidato Menteri Luar Negeri tersebut, dapat diinterpretasikan bahwasanya petanda yang disampaikan mengalami kecacatan. Hal ini terjadi sebab adanya keterbatasan dalam penguasaan bahasa, sehingga pengucapan sebagai bentuk dari penanda, disampaikan secara tidak jelas dan terbata-bata. Kemudian, pemilihan kosakata yang kurang tepat serta intonasi yang salah pun turut serta memperkuat kecacatan tersebut. Secara otomatis, penanda yang mengalami hambatan, memicu terjadinya gangguan dalam penyampaian petanda, yakni berupa pengaburan makna yang seharusnya sampai dengan tepat kepada audiens. Hal ini berpotensi menyebabkan kesalahan dalam interpretasi di kalangan audiens, bahkan sampai merugikan citra individu sebagai penyampai pesan atau komunikator. Terutama bagi seorang Menteri Luar Negeri, kemampuan berkomunikasi sangat krusial karena akan berimbas pada hubungan diplomatik internasional.

Dengan demikian, dalam kasus pidato Menteri Luar Negeri Sugiono, dapat dipetik pelajaran berharga mengenai krusialnya ketepatan berbahasa dalam dunia diplomasi. Pentingnya kemampuan berbahasa bukan untuk sekedar kelancaran komunikasi saja, tetapi juga berperan sebagai refleksi kredibilitas seseorang. Sebagaimana diungkapkan dalam teori semiotik Saussure, hubungan antara penanda dan petanda sangatlah vital dalam memastikan tersampainya suatu pesan. Oleh karena itu, tak hanya bagi pejabat publik, tapi juga penting bagi kita untuk menyadari bahwa ketepatan berbahasa adalah tanggungjawab bersama, terutama dalam penggunaan interaksi individu sehari-harinya. Adapun lagu sebagai sarana edukasi yang efektif, dapat menjadi media yang ampuh dalam menyampaikan pesan tersebut pada masyarakat luas. Melalui pendekatan yang familiar dan rekreatif ini, diharapkan mampu membangun budaya komunikasi yang lebih baik serta dapat meningkatkan citra dan kredibilitas bangsa di mata dunia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun