Mohon tunggu...
Anak Laki
Anak Laki Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas

Suka sepak bola

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Megengan: Tradisi Menyambut Ramadhan oleh Masyarakat Jawa

20 Maret 2023   18:52 Diperbarui: 20 Maret 2023   19:03 509
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Katerina Kerdi on Unsplash

Bulan Ramadhan akan datang sebentar lagi dalam beberapa hari ke depan. Di berbagai daerah di Indonesia terdapat beberapa tradisi dalam menyambut bulan suci Ramadhan, salah satunya adalah tradisi megengan yang dilakukan oleh masyarakat Jawa.

Megengan merupakan tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Jawa (Jawa Timur, Yogyakarta, dan Jawa Tengah) dalam menyambut datangnya bulan Ramadhan. Di daerah lain tradisi ini juga dikenal dengan nama Nyadran atau Ruwahan.

Megengan berasal dari kata "megeng" yang memiliki arti "menahan/ngempet". Dalam konteks di bulan Ramadhan, Megengan memiliki arti menahan hawa nafsu yang berkaitan dengan minum, makan, serta hal-hal yang mengakibatkan batalnya puasa.

Tradisi ini dilaksanakan untuk mengingatkan masyarakat akan datangnya bulan suci Ramadhan. Bulan dimana umat muslim wajib melakukan ibadah puasa. Dalam melaksanakannya, umat muslim harus menahan segala bentuk perbuatan yang bisa membatalkan ibadah puasa.

Tradisi megengan ini merupakan akulturasi atau percampuran budaya antara Islam dan Jawa yang dilakukan oleh Wali Songo ketika menyebarkan agama Islam di Jawa. Tradisi megengan ini ditandai dengan kegiatan selametan yang bersamaan dengan dilakukannya doa bersama.

Pelaksanaan tradisi megengan ini dilakukan di minggu terakhir bulan Syakban. Sebelum melaksanakan tradisi megengan, orang-orang akan terlebih dahulu berziarah kubur atau nyekar (datang kuburan/makam untuk menabur bunga dan berdoa).

Acara selametan dilaksanakan di mushola atau masjid, dengan mengumpulkan makanan di satu tempat, lalu dilanjutkan dengan acara berdoa bersama. Makanan yang sudah disiapkan akan dimakan bersama-sama.

Setelah selesai berdoa, orang-orang yang datang ke acara dapat mengambil makanan yang telah dikumpulkan.

Makanan ikonik dalam tradisi megengan ini adalah kue apem. Kue apem dalam tradisi megengan adalah sebagai simbol permohonan maaf bagi sesama. Kata apem diambil dari kata "ngafwun" atau "ngafwan" yang memiliki arti permohonan maaf.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun