Kiri da..!!! aku bergegas turun dari bus kota berlari-lari kecil sembari menutup kepala dengan backpack eig*r merah kesayangan setidaknya  kepala dan seragamku tidak basah. Akhir-akhir ini senja setelah magrib di kota 'P' selalu diguyur hujan. Oya namaku A.T.M asal JBI, yang saat ini merantau sebagai siswa kelas 3 di salah satu STM swasta favorit di kota ini, seperti biasa selalu pergi pagi pulang petang, memang begitu padatnya jadwal sekolahku.
Huuhh... basah juga, sambil kukibaskan rambutku kuusap-usap dengan tangan agar sedikit kering. Ku arahkan langkah kaki ke pangkalan angkot Tunggul H yang akan membawaku ke tempat kos ku. Sesaat.... Ada sesuatu yang menarik perhatianku. "Senyum Itu" tanpa sadar terbius akan pesona senyuman seseorang yang sama sekali tak ku kenal. Seorang gadis berseragam SMA, yaa SMAN 7 Kota P terlihat jelas di badge seragamnya, rambut lurus sebahu sedikit diwarnai kecoklatan, seragam putih rok abu selutut berdiri tepat didepan wartel, luar biasa mampu mengalihkan perhatianku sesaat. Aku yakin senyum itu ditujukan untukku dan kubalas senyumnya sembari berlalu dihadapannya.
Rintik hujan tak terdengar bising, riuh sekitar pun tak teracuh, aku hanya bisa diam berdiri mematung persis disampingnya, sedangkan benak bergejolak ingin bereaksi lebih. Sesaat kucoba untuk bertindak seperti si gentelman, kuawali dengan menghela nafas panjang lalu kuberanikan sedikit melirik dan ah kenapa harus beradu pandang sih. Cantik bana.. gumamku dalam hati.
Di kamar ku belum bisa memejamkan mata, walaupun sudah menunjukkan jam 12 malam. Tak seperti biasanya malam ini ku begitu menikmati lagu-lagunya Yovie and The Nuno dari album Semua Bintang, tentu saja track favoritku Indah, Kuingat Dirimu, dan Maukah Denganku kuputar berulang-ulang di tape mini compo p*lytr*n bazzoke, tentu saja dengan cara di rewind. Tapi kejadian tadi masih saja terpikirkan. Siapa gadis itu?? Apa dia mengenalku??? Mmm... entahlah, kurebahkan tubuhku sambil tersenyum menatap langit-langit kamarku "Sungguh Bidadari kecil yang manis". Terselip penyesalan kecil kenapa tidak ada keberanian untuk menyapa, jabat tangan dan berkenal diri. Kupaksakan pejamkan mata berharap terlelap dan bermimpin melihat senyum itu lagi.
Esoknya, seperti biasa tepat pukul 18.00 bel sekolahku berbunyi. Bergegas kutancap langkah keluar gerbang sekolah dan berjalan ke simpang presiden tempat biasanya aku menunggu bus kota langgananku. Tak berselang lama aku sudah duduk dibangku paling belakang bus kota ABG, "apa mungkin ketemu dia lagi?? pikirku mengingat senyum manis yang kulihat kemarin. Pikirku tak mungkin secara kemarin kebetulan saja, lagian siapa dia dan namanya aku juga tak tau. Ku alihkan pandangan ke kampus UNP yang kulewati, lapangan basket fakultas teknik tampak ditumbuhi beberapa ilalang kecil, terlihat durjana.
Dan bener saja tak ada senyuman itu, tidak ada bidadari misterius di pangkalan angkot cintaku ahha. Ku lepas pandangi sekeliling hanya terlihat angkot kuning kosong berjejer mengantri. Yah.. dengan gontai dan agak kecewa ku naiki angkot paling depan dan memilih duduk di pojok belakang sambil menunggu penumpangnya penuh.
"Geser Kak" Â dengan kurang gairah, lemes atau apalah, kugeser posisi duduk sambil menoleh ke arah asal suara. "Senyum" kembali senyum itu kulihat lagi. Tepat disampingku, senyum yang semalam membuat mataku tak bisa terlelap, senyum sang bidadari senja yang sama sekali tak kukenal. Hmmm.. Ku hela nafasku pelan, sambil mengumpulkan keberanian untuk menyapa atau paling tidak bisa berkenalan.
Tapi.. tapi mulut ini hanya bisa diam, tanpa ada sepatah kata pun yang mampu ku ucapkan. Dan dia memilih duduk tepat disebelahku, lenguh nafasnya terasa kencang dilengan kiriku, hembusan nafas itu dua kali, apakah itu isyarat untuk bersapa. Sungguh sang bidadari sukses lagi-lagi membuatku membeku, terpesona, tanpa bisa berbuat lebih dari itu. Grogi..?? Jatuh cinta mungkin..?? Ahh sudahlah, ku tak peduli apa namannya (Cemen?? menurut kalian aku begitu??? whatever lah, sungguh ku tak peduli). Yang penting aku bisa menikmati senyum itu lagi dan satu hal yang ingin ku sampaikan, yang menurutku sangat berharga buat proses selanjutnya yaitu ku berhasil tau namanya "Z" yang kulihat diseragam sekolahnya.. Hehe
Hari-hari berlalu, pertemuan selanjutnya tak berulang. Sepertinya dia setahun dibawahku, mungkin kelas 2. Suatu ketika pernah kucoba turun dari angkot ditempat dia turun sepulang sekolah sebelumnya. Kutelusuri lorong kecil itu, tak jauh dari jalan utama terpampang signbox "Wartel Z", rumahnya kah? Aku tak mencari tau. Dan kulanjutkan langkah dengan berjalan kaki lumayan jauh sampai ke kosanku.
Apakah diriku berhasil bersapa? tekadku kuat, senyumnya melekat, lucu gigi kelincinya selalu teringat, tapi nyaliku sungguh tak cukup hebat. Seandainya dia tau haha.
-----------
Cerita ini terjadi sekitar tahun 2003/2004 silam dan lanjutannya....... aku tidak berhasil untuk berkenalan dengan si Dia haha sampai aku menamatkan sekolahku dan kembali ke kotaku. Kini.. 21 tahun berlalu, aku baru tahu nama panjangnya Zara Herzya Gazi yang sudah memiliki pangeran kecil nan lucu. Diakui cantik 21 tahun silam tetap tak berubah. Ah kenapa penyesalan selalu datang kemudian ya..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H