Aku harus pergi malam sekali menuju ibu kota agar sampai sebelum fajar. Pekerjaan kadang mendesak tidak tahu keadaan. Masih di tol Pemalang-Batang, belum terlalu jauh perjalanan, aku merasa sedikit menggigil. Demamku masih belum turun dan lemas. Satu kilometer ke depan aku melihat tanda akan segera sampai di sebuah rest area. Lebih baik menepi untuk istirahat, pikirku.
Pada parkiran yang lengang aku memilih dekat pojok yang tidak begitu dekat dengan kios-kios. Selain agar tidak terganggu, juga lebih aman dari penglihatan orang-orang. Aku memasang alarm satu jam tepat pada pukul satu, membuka setiap jendela mobil sedikit agar tidak pengap, lalu aku tertidur.
“Tuk…tuk…tuk”
Suara jendela mobil diketuk. Terperanjat kaget, melirik ke belakang. Karena gelap, aku mencoba melihat menembus kaca nampak tidak ada siapapun. Mungkin salah dengar, pikirku, lalu kembali mencoba tidur.
“Tuk…tuk…tuk”
Aku mulai was-was. Mataku memincing terus melihat ke arah jendela samping kiri belakang. Tidak ada apapun. Aku duduk seketika memerhatikan sekelilingku. Ada yang berlari sangat kecang, terlalu kencang sampai tidak terlihat lagi sosoknya.
“Ah, apa demamku sangat parah sampai berhalusinasi?”
“TOK..TOK…TOK!!!”
Kali ini aku mendengar ketukan pada jendela mobil belakangku sangat kencang. Melirik ke belakang dan lagi aku melihat sekelebat bayangan berlari ke belakang mobil.
“Hey, siapa itu?!” Aku turun dari mobil dan meneriakkan siapa pun yang berlari tadi.
“Hihihi…”
Segera aku ikuti bayangan tersebut, tapi ternyata belakang mobil tak ada apapun. Bulu kudukku meremang. Jujur saja aku mulai takut dan dalam pikiranku sekarang hanyalah segera pergi dari rest area ini. Baru saja hendak masuk mobil, dari pintu yang terbuka aku melihat pada belakang samping kiri jendela mobil terdapat wajah seorang anak kecil berkulit hitam legam memandangiku dengan matanya yang bulat kuning kemerahan, menyeringai dengan lidahnya yang panjang.
“Hihihi…”
Aku terdiam, tidak bisa berkata atau bergerak. Anak pada jendela itu menembus masuk ke dalam mobil, kini sosoknya berada di depanku. Lidahnya yang panjang bergerak-gerak, meneteskan liur lalu diangkatnya seperti berusaha menjilatku. Aku terjatuh ke belakang. Kepalaku berputar, semua jadi gelap.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H