Mohon tunggu...
Arahayu
Arahayu Mohon Tunggu... -

Hi! Saya Aristya. Masih belajar menulis sejak tahun 2010 hingga sekarang. Sangat tertarik dengan isu lingkungan, kesetaraan gender, dan pariwisata. Oh iya, silahkan berkunjung ke "rumah" saya yang lain disini: http://hellohayu.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Love-Hate Relationship with Plastic

10 November 2018   11:00 Diperbarui: 8 Agustus 2019   17:35 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wajah-wajah bahagia peserta DBA walaupun punya hubungan yang complicated dengan plastik (Foto: Tim Danone Blogger Academy)

Pernah punya hubungan yang complicated? Kalau terkait dengan hubungan percintaan sih pasti pernah, ya? Tapi, gimana kalau hubungan yang rumit ini terjadi antara kita (manusia) dan plastik?

Sadar atau tidak, ternyata hidup kita penuh dengan plastik. Mulai dari laptop, ponsel, kacamata, bahkan pakaian pun mengandung unsur plastik. Sepertinya cukup sulit untuk hidup berjauhan dengan plastik, iya kan? It seems nearly impossible.

Secara global, rata-rata konsumsi plastik setiap orang dalam satu tahun mencapai 25 kg. Amerika Utara dan Eropa Barat yang paling sering "teriak" penolakan plastik saja tercatat menggunakan 90 kg dan 65 kg plastik per orang setiap tahunnya. Angka ini jauh dari rata-rata konsumsi plastik secara global. Sedangkan penggunaan plastik di Indonesia masih berada di bawah garis rata-rata, yaitu sebesar 10 kg per orang setiap tahunnya.

Why do we 'love' plastic?

Tingginya angka konsumsi plastik menggambarkan bahwa material ini masih menjadi prioritas bagi setiap orang. Setidaknya inilah alasan mengapa plastik selalu menjadi pilihan:

  • Ringan. Karena bentuknya yang ringan, gak perlu kelelahan setiap kali membawa plastik. Bahkan anak kecil pun punya berbagai mainan dari plastik.
  • Tahan lama. Mau panas atau hujan, kondisi barang yang terbungkus plastik pasti akan aman-aman saja. Jadi, gak heran kalau plastik tahan lama.
  • Murah. Kalau dibandingkan dengan paper bag, harga kantong plastik jauh lebih murah. Makanya, para penjual lebih memilih kantong plastik dibandingkan karton atau tas kertas.
  • Bisa digunakan lagi. Mulai dari wadah makanan dan minuman yang terbuat dari plastik, hingga kantong plastik sekalipun bisa digunakan hingga beberapa kali.

Why do we hate it?

Setelah tau keuntungan menggunakan plastik, lalu kenapa ada yang menolak bahkan membenci plastik, ya? Bisa jadi karena hal ini:

  • Bahan dasar plastik. Ternyata jauh sebelum Alexander Parkes dan Leo Baekeland menemukan plastik sintetis di pertengahan abad ke-19 dan 20, suku Olmec di Meksiko telah lebih dulu menggunakan plastik.
    Tiga setengah abad yang lalu, mereka memanfaatkan pohon karet sebagai sumber pembuatan plastik. Sedangkan saat ini, kebanyakan plastik yang kita gunakan bersumber dari crude oil (minyak bumi), sumber daya alam yang bakal habis dan gak bisa diperbarui.
  • Proses pembuatan plastik . Berhubung crude oil ada di dalam bumi, jadi satu-satunya cara untuk mengambilnya adalah dengan pengeboran. Minyak bumi hasil pengeboran tadi haru melewati proses destilasi dengan suhu dan tekanan yang tinggi
    Proses tersebut memisahkan minyak bumi menjadi beberapa bagian sesuai dengan titik didihnya. Nah, minyak bumi mana yang diolah menjadi plastik? Minyak bumi pada titik didih 70 derajat celcius (Naphtha) lah yang akan diolah menjadi plastik.
    Dari sini, naphtha akan didistribusikan ke pabrik plastik dan diolah menjadi pelet plastik. Pelet plastik inilah yang akan diproduksi menjadi berbagai macam barang yang kita gunakan sehari-hari.
  • Dampak lingkungan. Mulai dari polusi udara berupa pembakaran plastik, polusi air berupa sungai yang tercemar, hingga ancaman terhadap hewan laut merupakan beberapa akibat dari bahaya plastik.
  • Sulit terurai. Enak sih bisa tahan lama dan bisa digunakan saat siang ataupun panas, tapi ternyata butuh waktu ratusan tahun bagi plastik untuk dapat terurai.

How can we fix the problems? 

Ada beberapa upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah dampak negatif plastik. Mulai dari upaya yang dilakukan secara pribadi maupun secara massa.

Di hari ketiga Danone Blogger Academy 2018, kami diminta untuk menentukan langkah prioritas dalam mencegah bahaya plastik oleh bu Dini Trisyanti (Founder Sustainable Waste Indonesia). Antara ban, recycle, reduce, reuse, dan recovery, mana yang patut diutamakan?

Mencoba menyelesaikan permasalahan plastik lewat ban dan 4R (Foto: Tim Danone Blogger Academy)
Mencoba menyelesaikan permasalahan plastik lewat ban dan 4R (Foto: Tim Danone Blogger Academy)
  • Reduce. Membatasi penggunaan plastik, mulai dari kantong plastik, sedotan, botol kemasan, dan bahan plastik lainnya merupakan langkah yang paling mudah untuk dilakukan. Tas dari kain, sedotan bambu atau stainless, dan tumbler (botol minum) bisa dijadikan sebagai barang alternatif untuk kantong plastik, sedotan dan botol kemasan.
  • Reuse. Menggunakan plastik secara berkali-kali dapat membantu mencegah volume sampah plastik.
  • Recycle. Mendaur ulang plastik menjadi berbagai macam bentuk yang fungsional
  • Recovery. Memanfaatkan plastik untuk dijadikan sebagai sumber energi.
  • Ban. Melarang penggunaan plastik. Langkah ini menjadi pilihan terakhir ketika pengelolaan plastik sudah tidak dapat diatasi lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun