Mohon tunggu...
Hellobondy
Hellobondy Mohon Tunggu... Pengacara - Lawyer, Blogger, and Announcer

A perpetual learner from other perspectives. Find me on IG : nindy.hellobondy Blog : Hellobondy.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Ketika Tubuh Perempuan Dianggap Sebuah "Mesin"

18 Juni 2021   08:47 Diperbarui: 20 Juni 2021   11:15 1284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa waktu lampau, aku pernah kagum pada tokoh public yang terkenal dengan suaranya yang lembut dan menyajikan cerita begitu mudah diterima oleh masyarakat. Tidak perlu bernada tinggi dan berapi-api namun pesan-pesan yang dulu pernah ia sampaikan terasa begitu sejuk di hati.

Kemudian, dalam suatu tayangan lain. Ia mulai menjelma menjadi sesuatu yang saat itu akupun tidak tahu. Aku masih ingat jelas di tayangan itu ia bercerita tentang mengapa ia memilih untuk beristri lagi karena sang Istri yang telah menemani dan memberikan ia tujuh anak itu telah "turun mesin". Aku yang saat itu masih belum mengerti apa-apa saja merasa naik pitam.

Tidak lama berita itu berhembus Kembali beriringan dengan kasus diduga perseteruan tokoh ini dengan sang anak. Tentu saja reaksi netijen pun menjadi-jadi.

Ketika Beban Reproduksi hanya diberikan kepada perempuan

Perempuan dihadapkan banyak sekali stigma dan label. Ketika ia tidak bisa melahirkan keturunan, rahimnya diserang "Perempuan Mandul", "Belum sempurna menjadi perempuan". Ketika ia bisa memberikan keturunan pun pilihan normal dan cesar tetap akan dipergunjingkan.

Ketika ia mengalami keguguran, perempuan dianggap gagal menjaga diri dan bayi. Bahkan Ketika ia telah memberikan keturunan, rahimnya akan dilabeli "turun mesin" dan dijadikan alasan untuk mencari "mesin-mesin reproduksi lainnya".

Re = mengulang /Produksi = membuat / Reproduksi = membuat ulang. Tujuan bereproduksi selain melanjutkan keturunan tentu saja ada "beban-beban dan harapan". Sayangnya, stigma-stigma ini dilekatkan pada perempuan lajang maupun yang telah menikah.

"Rahim perempuan itu baik-baik saja, hingga benda asing ditanamkan ditubuhnya", aku teringat ketika mengikuti sebuah pelatihan oleh Ibu Lies Marcus tentang Kesehatan Seksual dan Reproduksi.

Ia pun mengambil kata Rahim sebagai salah satu nama kebesaran yang Maha Kuasa Ar Rahim Yang Maha Penyayang. Begitu Tuhan memuliakan perempuan. 

Namun, apa yang terjadi? Tubuh perempuan sering kali dianggap sebagai sebuah objek, sedihnya bahkan reproduksinya dianggap sebuah mesin yang memiliki "expired dan bisa rusak"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun