Mohon tunggu...
Hellobondy
Hellobondy Mohon Tunggu... Pengacara - Lawyer, Blogger, and Announcer

A perpetual learner from other perspectives. Find me on IG : nindy.hellobondy Blog : Hellobondy.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Pelakor Lagi, Pelakor Lagi, Salah Siapa Sih?

14 Juli 2020   15:31 Diperbarui: 15 Juli 2020   17:54 713
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemudian otaku bekerja "Bisa jadi dia gak ada waktu untuk mengurus dirinya sendiri, bisa jadi suaminya seperti saat ini karena istrinya, bisa jadi juga ia jadi korban KDRT, who knows?, mereka diam.

Memang, sangat mudah dan enak mencari kambing hitam lalu kita pun dihadapkan sesama perempuan untuk saling menjatuhkan, lagi-lagi posisi laki-laki yang diuntungkan. Setiap kesalahan akan dilimpahkan kepada perempuan, termasuk terjadinya perselingkuhan.

Saya mencoba mengambil sebuah ilustrasi . Anggaplah pasangan yang berumah tangga tinggal di satu rumah dan didalamnya ada sebuah tangga, okay walapun tidak ada tangga anggap saja ada.

Ketika ada seseorang bertamu, hampir setiap rumah tidak dibiarkan terbuka biasanya kita akan memasuki pagar terlebih dahulu, memberi salam terdahulu atu membuat janji dengan tuan rumah.

Selanjutnya, tamu disambut oleh tuan rumah dan menyampaikan maksud tujuan apakah untuk bisnis, silaturahim dsb. Lalu tamu pulang dan bisa jadi tamu senang dan menguhubungi lagi.

Lallu tuan rumah sebenarnya sudah mengetahui ada sesuatu yang tak biasa, dan tergatung apakah tuan rumah tersebut menutup pintunya atau membiarkan dirinya mengobrak-abrik rumahnya sendiri. Atau tuan tumah tersebut yang senang dan terus mengejar tamu tadi

Ilustrasi ini menggambarkan tuan rumah yakni suami dan tamu tadi adalah pelakor, fenomena pelakor ini apakah perempuan atau laki-laki yang lemah akan komitmen rumah tangga yang ia bangun bersama keluarganya. 

Di sisi ini, saya melihat kedua belah pihak adalah korban dari pelaku kekerasan itu sendiri yakni suami. Tetapi, ada hal yang menarik lagi. Ketika ada orang yang dengan bangga menjadi pelakor malah membuka konsultasi. 

Perlu juga digarisbawahi ketika kita mengetahui seseorang telah memiliki ikatan sebaiknya dan jangan sampai kita malah memutus ikatan itu. Ketika kita sudah tahu, kemudian kita memposisikan kita sebagai korban jelas itu pun salah.

Berdasarkan cerita ini saya menjadi teringat, bahwa perempuan harus membangun kekuatanyya sendiri, baik secara ekonomi hingga pendidikan. Sehingga perempuan tidak hanya ketergantungan atau sengaja dibuat ketergantungan untuk melanggengkan patriarki. itu sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun