Mohon tunggu...
Hellobondy
Hellobondy Mohon Tunggu... Pengacara - Lawyer, Blogger, and Announcer

A perpetual learner from other perspectives. Find me on IG : nindy.hellobondy Blog : Hellobondy.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Membongkar Stereotip Lapas Perempuan

2 Oktober 2019   13:05 Diperbarui: 2 Oktober 2019   16:10 4331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Memendam Rindu di balik tembok tinggi

"Saya ingin cepat pulang mbak."
"Saya ingin bisa jadi lebih baik."
"Saya Rindu anak dan keluarga."

Lebih kurang itu curahan hati mereka ketika kami sharing. Ada dari mereka yang cukup beruntung masih dikunjungi keluarga, ada juga ditinggalkan dan tidak ada kabar.

Saya melihat ketegaran dan kekuatan para perempuan untuk bertahan dan berjuang. Mereka menghadapi kehidupan di balik dinding dengan orang-orang yang sama sekali tidak mereka kenal, berkumpul menjadi satu di ruangan yang sudah sesak.

Mereka juga berbagi betapa kehidupan di balik tembok itu mengubah kehidupan mereka, sempat stress dan mau bunuh diri ketika mereka pertama kali masuk ke lapas. Namun, perlahan mereka berjuang dan beradaptasi, bahwa hidup tidak berhenti di sana. 

Hampir 80% penghuni lapas adalah pengguna dan pengedar Narkoba. Beberapa dari mereka bertutur bagaiamana kehidupan mereka di luar lapas. Putus asa akibat perceraian, menggantikan suami yang pengedar, terlilit hutang dan masalah ekonomi. Benar-benar kompleks dan tentu saja kita tidak bisa menjudge dengan mudah.

Ada lagi yang lebih pilu, ketika pasangan mereka juga masuk lapas dan kondisi hamil ketika masuk ke dalam lapas, bisa bayangkan betapa perjuangan melahirkan dan membesarkan bayi di lapas. Saya pun kehabisan kata-kata. Hanya berusaha menjadi pendengar yang baik dan membuat suasana senyaman mungkin.

Mereka juga berpesan, jangan sampai yang mereka alami dialami teman-teman di luar sana. Cukuplah berhenti di sana. Betapa dinginnya lantai lapas dan kerinduan akan kehidupan bebas menjadi lebih dari solusi sesaat yang ditawarkan dari Narkotika.

Lapas Perempuan rasa Pesantren
Matahari makin naik, azan mulai berkumandang. Namun dari lantai dua aku melihat aktivitas warga binaan yang lalu lalang dengan mukena dan membawa buku. Aku penasaran, apa yang mereka lakukan. 

Saya mencari tahu dari salah satu perempuan yang berdiri dekat saya. Ternyata mereka habis mengaji, dan ketika adzan semua warga binaan tepat waktu untuk shalat.

Ternyata pendekatan religius cukup kental di lapas, selain mereka diharuskan shalat waktu, mereka juga diminta untuk hafalan ayat-ayat pendek sebagai salah satu syarat jika telah memenuhi ketentuan untuk pengurangan hukuman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun