Mohon tunggu...
Hellen Nur Qolbi
Hellen Nur Qolbi Mohon Tunggu... lainnya -

orang gak penting yang lagi belajar menulis tanpa ditunggangi kepentingan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Nopirinomics

15 November 2013   15:28 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:08 391
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kegemaran googling terkadang membawa saya ke blog-blog menarik. Pernah suatu ketika, saya ketemu blog yang membahas secara gamblang tentang Nopirinomics. Tentu saja saya penasaran, karena setau saya Nopirin adalah nama dosen favorit semasa kuliah sedangkan akhiran mics dibelakangnya biasanya digunakan sebagai penunjuk ilmu pengetahuan seperti statistics yakni ilmu tentang statistik, economics adalah ilmu tentang ekonomi dsb. Lalu apa hubungannya antara Nopirin dengan ilmu pengetahuan? Ternyata yang punya blog juga grupiesnya Prof. Nopirin. Penulis blog mengatakan sangat suka belajar dengan Profesor Nopirin. Cara Profesor mengajar di kelas sangat mudah diserap, teori makro yang rumit plus ribet bisa disampaikan dengan santai karena selalu memberikan contoh-contoh kejadian sehari-hari. Saya langsung setuju banget sama uraian di blog. Menurut saya, Profesor Nopirin adalah sosok ekonom cerdas namun tidak pernah ditunjukkan dengan penggunaan bahasa rumit biar kelihatan cerdas seperti yang dilakukan Vicky dengan Vickibularynya :D Cara mengajar teori makro ekonomi menggunakan bahasa sehari-hari inilah penulis blog menamakan dengan sebutan Nopirinomics alias belajar ekonomi ala Nopirin.  Teori makroekonomi layaknya ilmu sosial lainnya adalah teori berdasarkan peristiwa-peristiwa sehari yang diformulakan agar kelihatannya rumit dan cerdas sehingga akhirnya layak dijadikan sebagai bahan ajar serta bahan diskusi ;). Iseng saya juga melakukan oret-oretan, menghubung-hubungkan kemudian memformulakan, jadilah sebuah kurva, menggambarkan fungsi yang terinspirasi dari ilmu agama (Islam). Dalam Islam, seseorang dinyatakan baligh jika aqil (akal) dewasa. Dijelaskan juga bahwa orang yang aqil baligh itu memiliki tanda-tanda kedewasaan secara fisik. Fisik berkembang biasanya sejalan dengan pertambahan Usia. Artinya ada korelasi positif antara dewasa secara akal dengan bertambahnya usia. Baligh dapat dilihat melalui sebuah fungsi sama dengan dewasa secara akal dan pertambahan usia atau dapat diformulakan fB = (A,U), dimana B lambang dari baligh, A mewakili aqil dan U untuk usia. Fungsi ini kemudian dapat digambarkan dengan kurva sebagai berikut: Dengan asumsi baliqh itu hanya dipengaruhi oleh 2 faktor, maka semakin bertambah usia seseorang (angka 4) akan bertambah dewasa juga akalnya (angka 4) dan sebaliknya jika seseorang usianya 1 maka akalnya juga 1.   Hal ini mutlak adanya karena dalam Islam seseorang dikatakan sudah bisa diminta pertanggungjawabannya jika sudah aqil baligh, dimana ia sudah sampai pada tahap dewasa secara akal. Dewasa secara akal biasanya diperlihatkan melalui dewasa secara fisik yang notabene seiiring dengan pertambahan usia. Jika kenyataannya usia bertambah tidak diiringi dengan kedewasaan cara berfikir maka yang perlu dipertanyakan bukan aqil baligh menurut Islam yang salah tapi bisa saja ini disebabkan pola ajar salah alias salah asuhan.. :D #jangan terlalu serius.. :D

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun