Mohon tunggu...
Hellen Nur Qolbi
Hellen Nur Qolbi Mohon Tunggu... lainnya -

orang gak penting yang lagi belajar menulis tanpa ditunggangi kepentingan

Selanjutnya

Tutup

Money

Saya NEOLIB...Kenapa Memangnya?

14 Agustus 2011   11:27 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:47 410
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Aku dong neolib..

"Hahhh kamu neolib, enyah sana, kamu gak berhak ada di Indonesia Raya ini."

Bingung..sebenarnya kenapa alergi dengan neolib? Toh kenyataannya dengan menganut paham Liberal, Amerika pernah jadi penguasa dunia. Trus kenapa juga kalau saya sosialis? Sekarang China bisa dibilang hampir merajai pasar dunia dengan sosialisnya. Inti dari Neolib adalah pasar bebas sedangkan sosialis banyak intervensi dari pemerintah.

Pasar bebas salah? Melulu salah sih gak, justru kalau tercapai pasar bebas konsumen diuntungkan, kenapa begitu? Ya namanya pasar bebas tentu yang dulunya gak ada jual produk tertentu (karena kita sendiri tidak mampu memproduksinya) sekarang jadi ada karena siapa saja boleh masuk pasar. Pasar bebas akan mendobrak yang namanya monopoli karena memang rulenya begitu. Ruginya kalau Indonesia masuk dalam pasar bebas, mungkin banyak produsen lokal yang kalah dalam mengambil hati konsumen tapi sepanjang produsen lokal punya produk yang bermutu, ongkos produksinya murah karena kinerja dalam menghasilkan produk bagus dan efisien kenapa takut bersaing dengan produsen luar negeri? Jika terjadi persaingan (sehat) antar produsen maka sang produsen akan mati-matian menekan cost dalam produksi alias bekerja secara efektif dan efisien, yang akhirnya produk akan sampai ke tangan konsumen dengan kondisi bermutu sedangkan harga masuk akal. Bukannya sebagai konsumen asyik tuh kalau para produsen berlomba-lomba mengambil hati kita dalam memasarkan produknya, akhirnya pembeli adalah raja benar-benar bisa terwujud (hahaha...).  Sekarang saya mau tanya, di Indonesia ini banyak produsen apa konsumennya sih? Kadang saya curiga yang alergi sama neolib dimotori oleh pengusaha lokal yang takut bersaing dalam menyenangkan hati konsumen.

Ini hanya referensi lain untuk neolib, kalau menurut saya pribadi terserah mau neolib, sosialis ataupun ekonomi Pancasila seperti yang kita anut sekarang, yang penting implementasinya. Setau saya waktu saya SD, guru saya pernah mengajarkan kalau ekonomi Pancasila itu mencaplok yang baik-baik dari Liberal dan Sosialis dan menghilangkan yang jelek-jelek dari keduanya, kenyataannya ekonomi Pancasila hanya dalam angan, prakteknya kita lebih liberal dari negara liberal manapun dan lebih sosialis dari negara sosialis manapun.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun