Mohon tunggu...
Hella NovitaZami
Hella NovitaZami Mohon Tunggu... Guru - be yourself

Hella Novita Zami

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Skripsi Seharusnya Menjadi Option Mahasiswa

28 Maret 2021   11:44 Diperbarui: 28 Maret 2021   11:48 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

By Hella Novita Zami

week 8

Sejak Pak Nadiem Makarim menjadi Menteri Pendidikan, banyak sekali program-program baru yang di usulkan demi kemajuan pendidikan di Indonesia. Seperti skripsi seharusnya menjadi option bagi mahasiswa, dihapuskannya Ujian Nasional, adanya Merdeka Belajar, guru penggerak, dan masih banyak lagi usulan lain yang di rumuskan oleh Bapak Nadiem Makarim. Mengenai salah satu option Nadiem Makarim, skripsi yang seharusnya menjadi pilihan ini tentunya pihak yang paling berbahagia tentunya mahasiswa. 

Skrpsi berbeda dengan kuliah, mahasiswa harus menelitu atau mengobservasi kemudia menuliskan nya di dalam sebuah karya tulis ilmiah. Skripsi dianggap beban terberat mahasiswa karena, lulus atau tidak nya mahasiswa ditentukan oleh skripsi. Selain itu, lama atau cepat nya mahasiswa menyelesaikan perkuliahan juga ditentukan oleh skripsi. 

Tentu saja hal ini sangan menekan para mahasiswa semester akhir. Menurut saya pribadi, saya setuju dengan program usulan ini. Mengingat skripsi merupakan beban terberat bagi mahasiswa semester akhir, ternyata banyak sekali hal hal yang menyulitkan bahkan menghambat siswa dalam penyusunan skripsi dengan baik. Berikut adalah ulasan ulasan yang menjadi dasar alasan yang kuat skripsi seharusnya menjadi pilihan bagi mahasiswa.

Mengurangi terjadinya dosen pembimbing yang bersikap seperti raja. Dosen pembimbing adalah dosen yang bertugas membimbing mahasiswa dalam jangka waktu tertentu saja. Dosen pembimbing ini akan memberi masukan terhadap judul maupun proposal yang akan diajukan. Namun di balik dosen yang bertugas untuk membimbing mahasiswanya, tak sedikit dosen yang memanfaatkan keadaan dengan bersikap seolah olah menjadi raja. Misalnya seperti dosen dengan santai memerintah mahasiswa bimbingannya untuk membersihkan rumah, meminta imbalan dari mahasiswa, meminta hadian dan lain sebagainya.

Mengurangi kecurangan-kecurangan dalam penyususnan skripsi. Mengingat skripsi merupakan beban terberat bagi mahasiswa, program ini akan membantu mahasiswa untuk bebas berkarya sesuai dengan pilihannya tanpa adanya tekanan. Mengerjakan skripsi sendiri merupaakan keniscayaan dan sebuah keharusan bagi mahasiswa. 

Namun banyak nya tekanan dalam penyususnan skripsi ini yang menyebabkan timbulnya kecurangan-kecurangan seperti, membeli skripsi, membayar orang lain untuk mengerjakan skripsinya atau skripsi upahan, meng copy paste skripsi dari internet, bahkan membayar dosen pembimbing agar dimudahkan dalam proses penyususnan skripsi dan masih banyak kecurangan lain yang mungkin akan terjadi. Tentunya ini sangat mengesampingkan keadilan bagi mahasiswa lainnya. Akan banyak mahasiswa yang lulus dengan asal asal an.

Skripsi banyak menghabiskan uang. Dating membawa proposal peneletian pada dosen pembimbing, diterima lalu ditanga oleh dosen merupakan rutinitas bimbingan penulisan skripsi. Lalu dengan tenang pulpen dosen menari nari membentuk sketsa tak berpola diatas lembar proposal kita. Timbul pertanyaan dari mana dasar materi? Data ini kurang, tambahkan data lain, masukkan kutipan ini, masukan kutipan itu, penulisannya salah, data ini tidak boleh dipakai, dan masih banyak lainnya. 

Berlembar lembar proposal memiliki coretan di setiap lembarannya yang harus di revisi oleh mahasiswa, pusing bukan?. Perasaan kesal, kecewa, lelah, bercampur menjadi satu. Bimbingan skripsi tidak dilakukan hanya sekali atau dua kali saja, namun berkali-kali dan itupun dengan dua dosen yang berbeda. Tentunya bukan sedikit uang yang dihabiskan untuk membayar biaya print proposal penelitian tersebut. Mengerjakan skripsi 3 bulan sudah berapa kertas yang kita habiskan untuk skripsi ini? Sudah berapa uang yang kita keluarkan? Banyak sekali bukan?. Skripsi terlalu banyak menghabiskan uang tentunya. Padahal untuk kebutuhan setelah skripsi juga banyak membutuhkan uang seperti wisuda salah satunya.

Dilihat dari tiga alasan diatas, dosen semakin menjadi-jadi, tekanan skripsi yang menimbulkan banyak kecurangan hingga skripsi terlalu menghabiskan banyak uang membuat saya setuju jika skripsi seharusnya menjadi option bukan peraturan wajib dari kampus untuk menjadi satu satunya syarat kelulusan mahasiswa.

           

           

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun