Mohon tunggu...
Rahmad Mokoolang
Rahmad Mokoolang Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Indonesia always in My Heart

Orang yang simple dan mudah bergaul

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pasar Tradisional Nuansa One Stop Shopping

18 Desember 2014   06:59 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:04 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya : Saking dija, bu? (asal darimana, bu?)

Pedagang buah : Tiang saking Banyuwangi (saya dari Banyuwangi).

Awalnya saya mengira bahwa pedagang-pedagang  ini fasih berbahasa bali karena sudah lama menetap di Bali namun ternyata ada beberapa pedagang yang belum genap setahun tinggal di Bali namun karena sering berinteraksi dengan penduduk lokal maka ia bisa berbahasa bali. Tidak hanya itu pembeli yang notabane-nya bukan masyarakat asli Bali juga menerapkan penggunaan bahasa bali dalam proses tawar menawar. Berinteraksi dengan menggunakan bahasa bali selain untuk sosial juga memudahkan proses tawar menawar saat berbelanja. Bukanlah rahasia umum bila pedagang saat berjumpa dengan pembeli sebagai warga pendatang akan memberikan harga yang lebih mahal dibandingkan masyarakat setempat. Strategi menggunakan bahasa bali menjadi cara ampuh untuk menyiasati hal ini. Secara tidak langsung bahasa bali pun semakin terjaga oleh masyarakatnya.

[caption id="attachment_341753" align="alignright" width="300" caption="Adanya Pelangkiran di atas stand dagang (dok.pribadi)"]

14188355431955231824
14188355431955231824
[/caption]

Bila menyusuri pasar ini  dan bertemu dengan pedagang asli bali maka kita akan menjumpai sebuah tempat persembahan yang dipasang diatas tempat usaha atau disebut pelangkiran. Setiap pagi atau sore, para pedagang akan menghanturkan doa dan persembahan yang ditaruh dalam pelangkiran tersebut. Tujuannya untuk meminta berkat atas usahanya 1 hari tersebut. Tidak hanya itu terdapat pula pura kecil yang dikenal sebagai merajan peken (merajan pasar). Disaat adanya piodalan (hari keagamaan bagi masyarakat Hindu), merajan peken ini akan dihiasi oleh umbul-umbul, anyaman janur, hingga sarana upacara lainnya. Para pedagang yang beragama Hindu akan silih berganti melakukan persembahyangan dan menghanturkan persembahan ke merajan peken. Ini sebagai bentuk rasa syukur mereka atas rejeki yang diberikan oleh Tuhan atau Ida Sang Hyang Widhi. Saya sangat tertarik melihat tradisi ini tetap kuat terjaga serta persembahyangan ini dilakukan di dalam pasar. Hal yang sulit dijumpai di daerah lain.

Saya memiliki satu saudara yang memiliki stand usaha di pasar ini dan ternyata para pedagang di pasar ini juga terdapat sistem arisan bagi para penjual dalam satu atau dua blok. Saya baru tahu bahwa sistem arisan juga diterapkan oleh para pedagang di pasar. Tujuannya selain untuk memperkuat silahturahmi juga untuk sebagai bentuk investasi uang. Saya semakin kagum dengan tindakan mereka ini.

Banyak hal unik yang sulit saya jelaskan satu persatu tentang keunikan Pasar Umum Negara. Alangkah baiknya disaat kompasianer memiliki kesempatan datang ke Kabupaten Jembrana tidak ada salahnya untuk mengunjungi pasar ini karena sesuai judul tulisan saya, Pasar Umum Negara sebagai One Stop Shopping.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun