Mohon tunggu...
Helga Evlin Zendrato
Helga Evlin Zendrato Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pecinta Tinta

Berlarilah yang kuat, setidaknya tetap berjalan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Merdeka Belajar di Sekolah di Mana Pun

14 Mei 2023   16:44 Diperbarui: 14 Mei 2023   16:53 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Suatu kali, di dalam kelas seorang pengajar (dosen) mengajukan satu pertanyaan "Siapa kalian?" Pada intinya, beliau menerangkan bahwa sebagai pelajar maka satu-satunya tugas yang perlu kami pahami adalah melakoni kehidupan sebagai tukang belajar. Pada pertemuan ini terjadi diskusi dua arah tanpa penghakiman atau label terhadap berbagai jawaban.

Suasana kelas sangat antusias mengawali Senin pagi (yang bagi kebanyakan orang mula-mula penderitaan sepanjang minggu) diselingi canda tawa yang secara langsung menyindir dan menyegarkan otak yang terbelenggu. Saya tertarik pada teknik pengajaran beliau juga lelucon-lelucon ditawarkannya di saat beberapa mahasiswa hampir membiarkan kepalanya terantuk di meja.

Apakah ada penjajah dalam pendidikan?

Merdeka belajar merupakan kondisi pendidikan yang memperjuangkan pengembalian hak dan kewajiban belajar kepada para tukang belajar. 

Pada pengertian tersebut, mengisyaratkan bahwa ada penjajah di dalam pendidikan. Mari kita uraikan kondisi kelas yang ada. Pada satu momen pengajaran poin-poin yang tercatat di dalam PPT/Modul pengajaran merupakan template yang sama dengan tahun pengajaran sebelumnya. Hal ini mengindikasikan bahwa sumber belajar untuk setiap generasi adalah sumber yang sama. Meskipun, kenyataan mengungkapkan adanya regenerasi tukang belajar serta informasi terbaru berdasarkan kondisi kehidupan manusia yang tidak stagnan.

Ada banyak penelitian yang berujung pada pembakaran kertas-kertas cetakan karena minim pembaca, kondisi yang miris. Hal ini diperparah dengan pengajaran yang tradisional berbasis satu arah. 

Munculnya istilah 3D (duduk, diam, dengarkan) merepresentasikan suasana kelas yang pasif dan didominasi oleh pengajar. Para pelajar perlu diberikan kesempatan untuk menyampaikan ide pikirannya di dalam kelas untuk meyakinkan bahwa pengetahuan yang ditransfer tidak berhenti pada kata "menerima" tetapi dilanjutkan dengan istilah "pengolahan" yang menghasilkan pertentangan (karena tidak setuju) kebingungan (karena adanya pendobrakan ide awal yang menghasilkan pertanyaan) dan evaluasi (yang merujuk pada kemampuan untuk membuat peta konsep terhadap ilmu pengetahuan lainnya atau kesimpulan yang dibuat). 

Ditambah lagi dengan keterikatan oleh pembuatan administrasi yang membelenggu. Administrasi yang memberikan batasan pada aktivitas kelas serta keterjangkauan capaian yang tidak selalu sesuai kenyataan yang ada. (Atas dasar pertimbangan perlu ada catatan untuk istilah "living document" yang diterjemahkan sebagai dokumen hidup. Adanya perombakan atau perbaikan atas agenda yang dimuat dalam perencanaan pembelajaraan (RPP).

Penjajah Pendidikan

  • Ketidakmampuan memperbarui sumber belajar dan akses terhadap sumber belajar yang terbatas.
  •  Sistem pengajaran tradisional yang berbasis satu arah masih digunakan sebagai metode pengajaran di dalam kelas
  • Sistem administrasi (rancangan pembelajaran) yang kaku sebagai referensi aktivitas kelas.

Kenyataan yang ada telah menyadarkan pentingnya untuk merebut kembali hak dan kewajiban belajar dari para penjajah.

Bagaimana menerapkan merdeka belajar di dalam pendidikan?

Pendidikan atau edukasi berasal dari bahasa Latin educare yang diartikan sebagai menuntun ke luar. Pada persimpangan sebuah jalan ditemukan banyak jalur yang menuju ke berbagai tujuan yang berbeda. Dalam kondisi ini diperlukan penuntun yang memberikan arahan untuk menerangkan tujuan (capaian) dari setiap perjalanan yang ditempuh. Pengalaman berjalan ini tidak cukup dengan penjelasan singkat saja, tetapi juga perlu pengalaman yang nyata bagi setiap penjelajah (murid). 

Oleh karena itu, berikan kesempatan bagi mereka untuk berjalan tidak dengan menggendong mereka, tidak dengan mengikat lehernya, tidak mendorong tubuhnya, tetapi dengan memberikan peta yang benar untuk menggerakkan kakinya.

Pada persimpangan kelas-kelas dibutuhkan beberapa hal untuk mengembalikan hak dan kewajiban belajar kepada para tukang belajar, antara lain:

  • Akses sumber belajar

Sediakan waktu di kelas untuk siswa melakukan eksplorasi pembelajaran dari berbagai referensi yang ada seperti riset jurnal, membaca artikel, mendiskusikan buku, menonton video, atau mengkritisi lagu atau podcast, mendengarkan berita, dan melakukan adu argumen antara siswa dengan siswa atau siswa dengan guru. Maksud dari aktivitas ini adalah menyatakan bahwa siswa memiliki akses yang banyak terhadap sumber informasi yang ada, tetapi perlu membangun diskusi yang hidup antara siswa dengan siswa dan siswa dengan guru. Pertanyaan dan argumen yang dibangun di dalam kelas menjadi sumber belajar yang paling efektif untuk pengalaman nyata belajar siswa.

  • Dua arah lebih baik

Menyampaikan informasi di depan kelas dengan metode ceramah (satu arah) tidak akan menimbulkan proses belajar yang aktif. Pendidikan bukan soal seberapa paham pengajar terhadap teori atau bahan pengajarannya, tetapi urgensi tukang belajar terhadap keingintahuannya. Oleh karena itu, tidak berhenti pada aktivitas bertukar ide atau menyalurkan ide saja. Penting juga untuk tukang belajar (murid) berinteraksi dengan tukang belajar lainnya.

  • Dokumen hidup

Sistem belajar yang kaku tidak efektif bagi manusia. Rancangan pembelajaran tidak dibuat untuk mengatur keberlangsungan kelas yang ada. Pada akhirnya rancangan pembelajaran yang dibuat dan diterapkan di dalam kelas adalah pemaksaan. Pembuatan rancangan pembelajaran digunakan sebagai pedoman yang mengarahkan sehingga keberadaannya bisa berubah, dirombak, atau diperbarui sesuai dengan konteks penerapan terhadap kelas yang ada. Rancangan pembelajaran yang sempurna tidak akan pernah berlaku bagi kelas yang berisi manusia di dalamnya.

Hal-hal di atas menguraikan beberapa praktik pendidikan yang mengembalikan hak dan kewajiban para tukang belajar melalui pengajar yang tidak tersistem saja tetapi dapat mengalami pembaruan sesuai dengan kebutuhan manusia. 

Penegasan bahwa merdeka belajar tidak berhenti pada gedung sekolah yang berbataskan pagar dengan logo instansi yang tampaknya "akademis". Merdeka belajar juga membawa narasi kontribusi yang sama antara pengajar dan orang tua dalam memberikan hak dan kewajiban belajar bagi tukang belajar. Merdeka belajar bukan saja sistem yang ada di sekolah tetapi siklus yang diterapkan juga di dalam rumah tukang belajar. Pada akhirnya, merdeka belajar adalah kesempatan bagi semua manusia dalam membebaskan akal sehatnya demi menjalani kehidupan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun