Mohon tunggu...
Helga Evlin Zendrato
Helga Evlin Zendrato Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pecinta Tinta

Berlarilah yang kuat, setidaknya tetap berjalan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Merasa Paling Benar

22 November 2021   09:00 Diperbarui: 22 November 2021   09:21 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Padahal topik yang disampaikan tentu tidak sama persis dengan kejadian yang dialaminya. Selain itu, tips yang diberikan belum tentu bekerja dengan maksimal pada konteks yang berbeda. 

Oleh karena itu, merasa diri paling benar menjadi persoalan yang rumit dalam sebuah dialog. Dampaknya, orang tidak merasa cocok saat hendak berdiskusi dengan kita. Pada kesempatan-kesempatan berikutnya, orang yang senang menyela dan merasa paling benar akan dihindari keberadaannya. 

Ada beberapa hal yang bisa dilakukan agar dialog yang terjadi dapat terjalin dengan baik. Misalnya, memberikan kesempatan kepada orang yang sedang ngomong untuk mengutarakan segala yang ingin disampaikannya. 

Pada tahap ini, orang yang sedang berbicara akan merasa bebas dan nyaman dalam memaparkan konteks yang sedang dihadapinya dari perspektifnya. 

Kemudian, berikan ruang kepada lawan bicara untuk menyatakan pandangannya terhadap konteks tersebut. Lalu, pastikan bahwa orang tersebut membutuhkan saran atau umpan balik. 

Dalam beberapa konteks, ada orang yang hanya ingin didengarkan tanpa diberikan saran. Pada kesempatan ini kamu berhasil menjadi telinga baginya dalam istilah kasarnya, "tempat sampah" yang berguna buat orang yang sedang berdialog.

Namun, jika orang yang sedang menyampaikan perspektifnya meminta pendapat dari kamu. 

Sebaiknya hindari penggunaan kata "aku pun begitu" atau "saya juga". Berusahalah memberikan pandangan yang universal dan netral. Hal ini membantu untuk kita memandang secara objektif. Memunculkan kontras dari pandangan yang bersangkutan bukan berarti memojokkan atau mempersalahkan orang tersebut. 

Namun, kita memberikan kemungkinan-kemungkinan yang dapat dipertimbangkan sehingga orang yang berargumen pun tidak merasa dirinya paling benar. 

Memberikan saran bukan berarti memaksakan orang lain harus menerima dan melakukan setiap hal yang kita sampaikan. Oleh karena itu, setiap percakapan akan menjadi hangat apabila kita dapat memberikan pandangan yang berbeda dan objektif dalam menanggapi sebuah persolan. 

Merasa diri paling benar atau mencari pembenaran hanya dilakukan oleh orang-orang yang sepenuhnya salah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun