Ada dua manusia berjalan, sebelumnya tidak pernah berjanji untuk bertemu. Namun, di sebuah perjalanan menemukan titik temu. Mereka memiliki kesempatan untuk cerita satu dengan yang lainnya.
Manusia Pertama:
Aku sudah bosan hidup sendiri.
Manusia Kedua:Â
Mengerikan!
Manusia Pertama:
Apa-apa sendiri, tanpa banyak pilihannya.
Manusia Kedua:Â
Sudahlah, sudah nasib bagimu!
Manusia Pertama:
Susah berjalan ke satu arah yang pasti. Tujuannya selalu diombang-ambing, bukan A bukan B, babibubabibu.
Manusia Kedua:
Jalani aja dulu, mungkin kelak akan bertemu.
Manusia Pertama:
Andai saja engkau mengerti, dirongrong oleh kepedihan, kesunyian, kesepian, dan gelap sendirian. Engkau akan menemukan dirimu yang kecut dan tak berdaya sama sekali. Api amarahmu tak akan membakar apapun. Kamu akan semakin terbakar adanya!
Manusia Kedua:
Diam!
Manusia Pertama:
Aku belum menguraikannya satu per satu. Rasa kelam itu menghantui, menembus kulitmu dan bersatu dalam darahmu. Ia menjalar dari batang lehermu menuju pikiranmu. Ia mencengkeram kepalamu dan menyesakkan dadamu. Saat itu terang disekitarmu, tetapi gelap penglihatanmu. Apa kamu pernah merasa secuil dari keadaan ini?
Manusia Kedua:
Diam!
Manusia Pertama:
Ah, tak perlu kuhiraukan teriakmu. Kau selalu tampak baik-baik saja dihadapan sebangsamu yang sekarat dan bersedih tengah malam. Engkau berupaya kuat dalam cadarmu, sampai berapa lama?
Manusia Kedua:
Ku puja diam, ku puja diam. Tapi, dia tak selamanya berkuasa!
Manusia Pertama:
Kau pembohong, berlaku seolah-olah kau masih kuat menentangku. Berhenti menjadi pura-pura dan lepaskan tangan dari indra pendengaranmu. Dengarkan! Dengarkanlah!
Manusia Kedua:
Sampai kapan kau juga merasa kuat? Seakan aku yang lemah sendiri dan menanggung seluruhnya?
Manusia Pertama:
Aku memang kuat, lihat! Dalam gelap dan kesunyian, aku tidak menuturkan sepatah kata atau setetes air mata pun.
Manusia Kedua:
Jantungmu masih berdetak?
Manusia Pertama:
Kurasa baik-baik saja, sempat di pinjam malaikat maut
Manusia Kedua:
Kamu berikan?
Manusia Pertama:
Dia memaksa, hingga aku pingsan dalam ruang sendirian.
Manusia Kedua:
Bagaimana sekarang?
Manusia Pertama:
Aku kembali hidup.
Manusia Kedua:
Aku juga
Manusia Pertama:
Kita hidup
Manusia Kedua:
Apa jantungmu sudah kembali?
Manusia Pertama:
Aku rasa bukan, ia tumbuh lagi.
Manusia Kedua:
Berdetak di mana?
Manusia Pertama:
(mendekatkan diri dalam pelukan manusia kedua)
Di akhiri dengan pertemuan, bukan bersemi. Tapi tumbuh (sesuatu yang baru) bukan yang patah tumbuh kembali, yang tiada sudah di dalam pelukan.
-Tamat-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H