Peduli pada diri sendiri adalah cara terbaik untuk meyakinkan bahwa kita manusia.
Siapa yang pernah merasa seorang diri di dunia? Jika itu Anda, yakinlah bahwa Anda tidak sendirian. Ada begitu banyak tumpukan masalah, beban berat, dan tugas-tugas yang tak kunjung usai untuk dikerjakan. Anda lelah, bosan, dan kehilangan motivasi. Pilihan-pilihan untuk menyerah, menangis, menyesal, dan seperti menemui jarang buntu membuat kita berhenti untuk waktu yang panjang.Â
Tak jarang ada orang yang merasa kesulitan untuk berbagi kondisi terburuknya kepada orang lain. Faktornya bisa terjadi karena kurangnya lingkungan untuk bercerita, tidak punya ruang atau kesempatan untuk mengeluarkan peluh, atau belum menemukan orang yang bisa dipercaya untuk tidak menyebarkan kondisi kita saat ini. Sulit juga sih, belum lagi jika kita tipe orang yang suka berjuang sendiri dan memendam sendiri segala rasa yang kita miliki. Kita memaksakan diri kita untuk paham dan mengerti tentang kondisi kita. Kita menjauh dari orang lain dan terus menuntut diri kita untuk mencapai sempurna.
Hal lain yang bisa terjadi kita mulai merasa kita tidak punya cukup kekuatan untuk bangkit. Kita memilih untuk berdiam dan menyalahkan keadaan kita. Mengapa aku masih di sini? Mengapa ini tidak selesai? Kapan aku seperti mereka? Setelah menyalahkan diri sendiri, kita mulai membandingkan diri dengan orang lain. Tindakan ini secara tidak langsung sedang membawa penghancuran terhadap kepercayaan kita pada kemampuan kita sebagai pribadi.
Di dunia ini kita bukanlah satu-satunya orang yang sedang berada di gelanggang pertandingan hidup. Semua orang hampir tiap hari menemui kebuntuan dan kekalahan dalam perjalanan. Banyak orang yang letih dan merasa tidak mampu untuk melanjutkan pertandingan. Namun, kenyataannya ketika mereka memilih untuk melanjutkan mereka bisa menyelesaikan pertandingan yang ada.
Uniknya, setiap saat kita selalu ada di dalam pertandingan. Berdiam pun adalah pilihan kita untuk mengatur strategi berperang kepada diri sendiri. Namun, menyalahkan diri saat belum tiba di garis final adalah pilihan yang berdampak buruk bagi kita sebagai manusia. Kita adalah pribadi yang punya potensi, punya kekuatan, dan keunikan masing-masing.
Kebanyakan orang bermimpi untuk menjadi orang lain, menginginkan prestasi orang lain, dan berharap menjadi orang lain. Siapa yang tidak ingin menjadi cukup untuk segala hal?Â
Cukup kebutuhannya, cukup keinginannya, dan cukup menerima diri sendiri. Namun, siapa yang dapat menduga orang-orang yang sedang kita pikir baik-baik saja, sedang dalam kondisi tidak sedang baik-baik saja. Mungkin saja mereka pun merasa tidak cukup dengan ukuran yang mereka punya.Â
Menjadi manusia membuat kita sadar bahwa kita adalah kekuatan yang paling peduli pada kita. "Saya adalah kekuatan yang paling bisa mengenali saya". Menaruh pengharapan pada orang lain menjerumuskan saya pada penyesalan. Berharap bisa menjadi orang lain sama halnya menyangkal bahwa saya bisa untuk menjadi diri saya sendiri.
Ada momen yang membuat kita sangat butuh kepada orang lain, sangat ingin didengarkan, sangat ingin diperhatikan, tetapi itu semua bisa kita kontrol jika kita yakin bahwa kekuatan utama adalah dalam diri kita.Â
Hal yang mungkin bisa dilakukan saat kita menumpuk banyak persoalan dan tak seorang pun dalam kondisi siap mendengarkan atan siap untuk emmberikan saran, maka hal yang paling mungkin untuk dilakukan adalah yakin bahwa Anda adalah manusia.
1. Dengarkan diri sendiri
Pada bagian ini, Anda dapat meluapkan segala kondisi yang sedang membuat Anda merasa sulit untuk menceritakannya kepada orang lain. Sampaikan dengan bahasa lisan agar kedua telinga Anda mendengarkan Anda.Â
Jika Anda lebih nyaman untuk menulis, maka tuliskan semua perasaan, pikiran, dan hal-hal yang belum sesuai ekspektasi Anda yang seharusnya didengarkan oleh orang lain. Entah itu perasaan marah, kecewa, sedih, dan bahagia sekali pun ceritakan kepada diri Anda. Anda adalah pribadi yang paling bisa mendengarkan Anda ketika Anda merasa sukar untuk menemui orang-orang untuk berbagi kisah Anda.
2. Beri jeda untuk diri sendiri
Mengalihkan pikiran dari suatu permasalahan memang tidak akan menyelesaikan persoalan, tetapi hal ini dapat menjadi obat yang melepaskan energi negatif dan menjadi sumber energi positif baru buat Anda. Misalnya, Anda bisa melakukan kegiatan olahraga, istrahat/tidur sejenak, mandi, mendengarkan musik, membaca buku, dan berdoa. Hal-hal positif ini dapat membuat Anda mendapatkan inspirasi baru daripada Anda duduk dan menyalahkan diri sendiri.
3. Fokuslah pada pemecahan masalah, bukan pada masalah yang Anda alami
"Aku belum selesai" "Ini pasti ga kelar" "Aduh, soal ini menyulitkan" "Aku ga bisa diburu-buru" "Mengapa sih mereka begitu?" dan berbagai keluhan lainnya. Berhenti untuk berfokus pada persoalan. Berhenti untuk memusatkan fokus pada keterbatasan dan kelemahan Anda. Ingat, di dunia ini Anda bukanlah satu-satunya yang berada di gelanggang pertandingan.Â
Semua orang sedang berjuang. Namun, Anda punya kesempatan untuk mencapai garis akhir jika Anda menemukan cara untuk berlari ke garis akhir. Jika Anda hanya berfokus pada sepatu Anda yang rusak, minuman Anda yang habis, baterai laptop yang tidak tahan lama, uang saku yang menipis, tugas matematika yang ribet, orang-orang kantor yang banyak berekspektasi, dan sebagainya tidak akan membuat Anda menemukan titik terang.Â
Sebaliknya, Anda mencari lem untuk merekatkan sepatu Anda atau membawa ke tukang sol sepatu agar menjahit, atau jika Anda punya cukup uang dengan menggantinya dengan yang baru. Berikan fokus yang lebih besar pada penyelesaiannya daripada terhadap masalah yang sedang memberati Anda.
Mungkin tips ini bisa bekerja pada beberapa orang, tetapi saya sarankan untuk mencari lingkungan untuk Anda bisa mencurahkan semua "sampah" Anda. Dengan ini, Anda akan mengetahui bahwa Anda tidak benar-benar sendiri di dunia ini seperti pikiran Anda. Anda adalah orang pilihan yang punya kebebasan dan sedang berada di sebuah gelanggang pertandingan. Pastikan diri Anda sampai di garis akhir karena Anda adalah kekuatan yang paling mengerti Anda sendiri.Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H